Serangan Oposisi ke Pemerintah: Dari Tiang LRT Sampai Utang

Serangan Oposisi ke Pemerintah: Dari Tiang LRT Sampai Utang

Eduardo Simorangkir - detikFinance
Kamis, 28 Jun 2018 14:00 WIB
Serangan Oposisi ke Pemerintah: Dari Tiang LRT Sampai Utang
Foto: Dok

Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah mengaku curiga dan menduga ada mark up di proyek pembangunan light rail transit (LRT) di Indonesia. Dia mempertanyakan kenapa tiang LRT dibangun tinggi-tinggi.

"Kenapa bikin LRT tiangnya tinggi-tinggi, ya kan. Bikin saja LRT di bawah tanah. Supaya nggak perlu ada biaya tiang. Tiangnya tinggi-tinggi, mahal banget itu," kata Fahri.

Merespons tudingan ini, Menko Maritim Luhut Binsar Panjaitan meminta Fahri menghitung sendiri biaya pembangunan LRT. Luhut bilang, pembangunan LRT menggunakan standar internasional dan dihitung dengan presisi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Suruh dia hitung, bawa ke sini. Saya cium kakinya kalau saya salah," kata Luhut.

Luhut pun menuturkan, lebih baik tidak ikut bicara mengenai LRT jika tidak mengerti.

"Kami itu pakai anak-anak muda yang hitung semua dan kita pakai standar dari Prancis. Jadi modelnya ini kita beli model yang sudah Perancis, yang nanti kita bisa jual juga ke orang lain. Sudah ada studinya. Standar-standar internasional sudah kita penuhi. Sangat kita penuhi. Jadi nggak usahlah, kalau nggak ngerti nggak usah ngomong," kata dia.

Biaya pembangunan LRT sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor. Hal tersebut membuat biaya pembangunan LRT di berbagai negara pun berbeda-beda.

Deputi III Bidang Koordinasi Infrastruktur Ridwan Djamaluddin menerangkan, jika dibangun sejajar dengan tanah maka akan bersinggungan dengan banyak perlintasan. Risikonya, lalu lintas jalan terhambat atau operasional LRT yang terhambat.

Padahal, tujuan pembangunan LRT untuk menyediakan alat transportasi serta mengurangi kepadatan lalu lintas.

"Terlalu banyak perlintasan, nanti jadi nggak efisien juga. Tujuannya mengurangi kepadatan lalu lintas kalau banyak perlintasan sebidang nanti salah satu LRT terhambat atau lalu lintas jalannya terhambat," katanya.

Direktur Utama PT Adhi Karya Tbk Budi Harto mengatakan, ada sejumlah pertimbangan yang membuat LRT harus dibangun melayang. Dia mengatakan, hal itu disebabkan oleh banyaknya persimpangan di Jakarta.

"Jadi elevated itu karena di dalam kota ini, itu banyak persimpangan. Jadi di samping tol kota nggak mungkin bangun at grade, sampai Jagorawi sampai Cibubur itu nggak mungkin pakai at grade karena ruangnya terbatas," katanya.

Budi mengatakan, pembangunan LRT bisa dilakukan sejajar dengan tanah (at grade) jika pemukiman masih minim. Hal itu akan dilakukan Adhi Karya pada LRT Jabodebek tahap selanjutnya. Adapun pembangun LRT di bawah tanah (underground) sendiri justru membutuhkan biaya yang lebih tinggi.

"Yang dari Cibubur sampai Bogor itu kita mendesain kira-kira 60-70% bisa at gradekarena di sana pemukimannya belum banyak. Cibubur ke Bogor," ungkapnya.

Perbandingan Biaya LRTPerbandingan Biaya LRT Foto: Tim Infografis Zaki Alfarabi
Hide Ads