"Rule of time rasio utang terhadap PDB masih bisa samlai 35%. Jadi masih aman karena ada ruang utangnya masih ada. Berarti masih aman," terangnya kepada detikFinance.
Kedua bisa dilihat dari pembagian jenis utang pemerintah dari sisi tenor. Jika pinjaman dengan tenor jangka pendek masih di bawah 50% maka masih aman.
Hal itu untuk membandingkan kemampuan cadangan devisa untuk membayar utang jangka pendek.
"Katakanlah utang jangka pendek 50% dari Rp 4 ribu triliun, berarti kan Rp 2 ribu triliun. Sementara cadev US$ 118 miliar itu sekitar Rp 1.600 triliun. Berarti kan utang jangka pendek masih jauh dibawah 50% dari cadev," tuturnya.
Selain itu untuk melihat kemampuan pembayaran bunga utang bisa dilihat dari neraca keseimbangan primer. Makin tahun defisit keseimbangan primer semakin baik, dari 1,24% di 2015 menjadi 0,59% di 2018.
"Kalau dilihat kinerja dari waktu ke waktu menurun, artinya pajak bisa untuk pakai bayar bunga utang. Walaupun masih defisit tapi sudah oke, defisit primer sudah terjadi sejak jaman SBY," tambahnya.
Menurut Lana jika ingin memperdebatkan soal hutang harus melihat dari kaca mata yang sama. "Kalau melihat pakai pakem ekonomi ya seperti itu, tidak bisa jadi bahan politik," terangnya.