Dalam kesempatan yang sama, Andi Akmal Pasluddin dari fraksi PKS menyuarakan hal serupa. Menurutnya, Kementan perlu mempertahankan anggaran bukan hanya untuk menjaga ketersediaan pangan di tengah Corona, tapi juga mengantisipasi krisis pangan yang diprediksi Food Agriculture Organization (FAO).
"Sebagai anggota Komisi IV sangat menyayangkan adanya pemotongan 17% dari anggaran Kementan. Padahal sama dengan Pak Suhardi Duka katakan kita berperang bukan hanya dengan COVID-19. Tapi tentang ketersediaan pangan kita. Bahkan, FAO sudah memprediksi bahwa 2020 akan kesulitan pangan. Itu menjadi catatan dan kritis pada pemerintah, Presiden, dan Menkeu kenapa ini dilakukan," kata Andi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia juga menyoroti refocussing anggaran Kementan sebesar Rp 1,06 triliun yang diperuntukkan pada program social safety net. Sementara untuk pengamanan ketersediaan pangan hanya Rp 198,95 miliar.
"Padahal di social safety net ini semua Kementerian telah melaksanakan program ini, Kementerian PUPR dan lain-lain. Yang menurut saya harusnya kita perbanyak untuk program ketersediaan pangan yang anggarannya hanya Rp 198 miliar," imbuh Andi.
Ia meminta agar Kementan lebih cermat dalam merealokasi anggarannya.
"Saya kira banyak yang bisa dipotong dan difokuskan pada penyediaan pangan. Misalnya anggaran di hortikultura. Dikatakan Presiden tidak boleh ada kunjungan kerja, tidak boleh ada sosialisasi, tapi di sini masih ada bimbingan teknis, sosialisasi, dan peraturan Rp 85 miliar. Ini perlu dievaluasi," pungkas Andi.
Simak Video "Video Kala Mentan Endus 'Mafia' di Balik Harga Beras Naik saat Stok Aman"
[Gambas:Video 20detik]
(fdl/fdl)