Menurutnya, perlu ada perhitungan yang rinci untuk jumlah anggaran stimulus untuk penanganan COVID-19 dan dampaknya. Misalnya berapa untuk untuk sektor kesehatan, dukungan pekerja informal, pengangguran, UMKM hingga anggaran untuk pemulihan ekonomi ketika wabah berakhir.
"Pasti untuk bangkit lagi dunia usaha memerlukan suntikan energi pendorong. Kadin menghitung besarnya stimulus di angka Rp 1.600 triliun. Angka Kadin ini mirip dengan angka rata-rata stimulus negara lain yang berkisar di angka 10% dari PDB. Bisa jadi kebutuhan kita lebih besar dari itu, mungkin angka Rp 2.000 triliun diperlukan, terutama apabila jangka waktunya berkepanjangan. Jepang minggu lalu memutuskan stimulus sebesar 108 triliun yen atau sekitar 20% dari PDB-nya," terangnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak hanya Jepang, lanjut Sutrisno, Australia menganggarkan 10,9% dari PDB, Jepang 20%, Malaysia 10%, Singapura 10,9% dan Amerika 10,5%.
Untuk sumber dananya menurut dia ada beberapa alternatif seperti melakukan pinjaman ke Bank Indonesia (BI) melalui misalnya Quantitative Easing (QE), atau dengan kata lain cetak uang.
(das/ara)