Ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia harus beradaptasi dengan perkembangan zaman. Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menjelaskan pengembangan ekonomi dan keuangan syariah harus mengoptimalkan teknologi digital. Hal ini dilakukan agar akselerasi dan inisiasi pengembangan ekonomi serta keuangan syariah bisa berjalan dengan baik.
"Sejak 2014 kita terus memperkuat sinergi untuk membangun peradaban baru. Kita akselerasi bersama sebagai kekuatan dalam perekonomian Indonesia," kata Perry dalam acara Kick Off ISEF ke-7, Jumat (7/8/2020).
Selain itu, pemberdayaan ekonomi syariah dengan strategi utama pengembangan ekosistem halal value chain (HVC). Kedua, pendalaman pasar keuangan syariah. Ketiga, penguatan riset, asesmen, dan edukasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Hal tersebut membutuhkan sinergitas dari kita semua sehingga dapat efektif dalam mendukung upaya kita menjadikan Indonesia sebagai pusat pengembangan ekonomi syariah dunia," kata dia.
Upaya dalam mendorong ekonomi syariah diyakini dapat berkontribusi positif bagi pemulihan ekonomi nasional.
Sejak Juni 2017, BI telah mengeluarkan cetak biru (blueprint) Ekonomi dan Keuangan Syariah sebagai panduan internal maupun dengan pihak eksternal yang berhubungan dengan aktivitas dan pelaksanaan cetak biru tersebut.
Dengan cetak biru ekonomi dan keuangan syariah ini, BI sebagai otoritas moneter dan stabilitas sistem keuangan tetap berperan serta dalam pengembangan ekonomi dan keuangan syariah bersama dengan pihak terkait.
Pengembangan tersebut mengacu kepada prinsip dan nilai-nilai ekonomi dan keuangan syariah yang berdimensi keadilan, transparansi, produktifitas dan tata kelola yang baik (governance).
Cetak biru ekonomi dan keuangan syariah ini secara garis besar memuat empat hal utama yaitu pertama, nilai-nilai dasar dan prinsip dasar pengembangan ekonomi dan keuangan syariah.
Berlanjut ke halaman berikutnya.