Jakarta -
Satu per satu negara tetangga resmi mengumumkan masuk jurang resesi seperti Singapura, Filipina, Malaysia hingga Thailand. Bukan tidak mungkin, Indonesia bisa saja mengalami nasib serupa pada pengumuman capaian kuartal III-2020 mendatang.
Hal itu dikhawatirkan dapat memicu efek domino terhadap perekonomian Indonesia, mulai dari pelemahan rupiah, utang luar negeri yang makin membengkak hingga efeknya ke masyarakat penurunan daya beli akibat PHK.
Lalu, apa yang harus dilakukan oleh masyarakat agar bisa bertahan di tengah resesi?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Siapkan Dana Darurat
Agar bisa bertahan saat resesi masyarakat harus bisa membuat pertahanan finansialnya masing-masing. Menurut, Perencana Keuangan sekaligus pendiri dari Mitra Rencana Edukasi, Mike Rini Sutikno yang dimaksud ketahanan finansial adalah kemampuan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari meski tanpa adanya pemasukan atau penghasilan sama sekali.
"Ketahanan finansial itu maksudnya kita mampu untuk bisa bertahan, kita mampu menyediakan kebutuhan dasar kita selama masa resesi tersebut, jadi ketahanan supaya kita merasa aman, aman itu artinya bisa survive melakukan aktivitas sehari seperti makan, minum, listrik, telepon artinya kebutuhan dasar itu kita memiliki cukup dana jika terjadi apa-apa, kita tetap bisa mengaksesnya," ujar Mike kepada detikcom, Rabu (19/8/2020).
Ketahanan finansial yang baik dibarengi dengan cadangan dana yang mumpuni pula. Setidaknya, kata Mike, masyarakat harus punya cadangan dana yang mampu menyokong kehidupan minimal 3-6 bulan ke depan.
"Seharusnya, kalau sudah dengar kabar resesi dari sebulan atau dua bulan lalu atau bahkan awal tahun pandemi masuk ke Indonesia, sebenarnya kita harus sudah cek terlebih dahulu kita punya persediaan dana tunai atau setara dengan tunai, itu cukup atau tidak untuk bisa membuat nafas kita cukup panjang gitu sampai pandemi ini bisa terkendali. Pada umumnya, sekitar 3-6 bulan harus punya ya," sambungnya.
Bila sudah memiliki dana darurat, ada baiknya ditambah lagi jumlahnya untuk pertahanan jangka panjang. Sebab, untuk kembali normal seperti sebelum COVID-19, mungkin akan memakan waktu yang tidak sebentar, bisa saja dampaknya terus terasa 1-2 tahun ke depan.
"Kalau sudah punya dana darurat ditambah, saran saya kombinasinya begini, kalau Anda punya dana darurat sama dengan 1 kali pengeluaran 1 bulan Anda, maka ditambah dari alokasi gaji atau pendapatan Anda sekarang, bertahap, tambah jadi 2 atau 3 bulan, dan seterusnya," tambahnya.
Lanjut ke halaman berikutnya
2. Simpan Duit di Instrumen yang Gampang Dicairkan
Cadangan dana yang harus dimiliki pun harus mudah dicairkan dan disimpan dalam instrumen yang tidak fluktuatif. Lebih baik lagi, bila dana yang kita simpan dalam periode tertentu bisa bertambah nilainya seperti deposito.
"Harus likuid ya, tidak fluktuatif dan untung, jadi ketika Anda butuh sewaktu-waktu, nilai pokok dana itu tidak akan berkurang, dan harus kasih keuntungan," kata Mike.
Untuk menyimpan dana cadangan sebaiknya dibagi-bagi ke beberapa instrumen tertentu bisa sebagian ditaruh di bank, deposito atau bisa juga di reksa dana pasar uang (RDPU).
"Untuk dana darurat sebenarnya kombinasi ya jangan ditaruh di tabungan semuanya (bank), kalau taruh di bank khawatir gampang terpakai ya, apalagi sekarang zamannya online, jadi perlu kombinasi bisa di deposito, reksa dana pasar uang," tuturnya.
3. Bagi Dana Cadangan ke Instrumen Investasi yang Berbeda-beda
Namun, bila dana Anda pas-pasan, cukup meletakkan dana cadangan tadi ke satu instrumen saja. Bila punya kelebihan dana, bisa dibagi-bagi ke beberapa instrumen, masing-masing sebesar 1/3 total dana yang disimpan menjadi dana cadangan.
"Kalau uang Anda pas-pasan taruh saja di salah satu saja tabungan atau deposito, deposito ada yang Rp 1 jutaan kok, kalau memang ada kelebihan baru bisa kombinasi lainnya, tabungan sepertiganya, deposito sepertiganya, pasar uang sepertiga, semuanya tadi setara tunai, likuid, dan tidak fluktuatif," tambahnya.
Emas, tidak bisa dimasukkan menjadi instrumen penyimpanan yang aman, karena kata Mike, nilainya terlalu fluktuatif, tidak terprediksi kapan naik dan turunnya.
"Menurut saya emas itu tidak cocok ya, karena emas itu fluktuatif, dia hanya cocok untuk jangka menengah dan panjang, misal Anda belinya di Rp 800 ribu, dan saat butuh buy back-nya masih Rp 700 ribu, kan rugi," imbuhnya.
Lanjut ke halaman berikutnya
4. Cari Sumber Penghasilan Tambahan
Untuk para korban PHK yang baru mau memulai mengumpulkan dana darurat, hal pertama yang harus dilakukan segera tentunya berhemat atau memotong pengeluaran. Lalu, setelah itu menambah sumber penghasilan.
"Jika Anda sudah tidak punya sumber penghasilan atau pendapatan, maka dana yang ada harus betul-betul digunakan sehemat mungkin, kalau tadinya hanya cukup 1-2 bulan, gimana caranya dana harus cukup sampai 2-3 bulan, jadi di double, jadi dipotong pengeluaran kita setengahnya, itu yang ekstrem," katanya.
Kiat menghemat ini, alangkah baiknya mulai diterapkan juga bagi mereka yang masih memiliki sumber penghasilan. Lalu, selain itu, penting juga untuk menambah sumber penghasilan baik yang jadi korban PHK maupun yang masih bekerja atau punya usaha.
"Kalau penghasilannya awalnya tutup, mungkin karena kena PHK atau usaha terdampak COVID-19, ini gimana caranya, ya harus menciptakan penghasilan baru, yang kena PHK bisa bekerja kembali kalau masih memungkinkan fisiknya dan kalau bisa dapat pekerjaan, kalau tidak ya ciptakan pekerjaan sendiri, ciptakan bisnis, seperti pekerja paruh waktu disesuaikan dengan skill kita, demikian pun bisnis jangan ikut-ikutan, ciptakan peluang bisnis sendiri," paparnya.
5. Harus Punya Asuransi Kesehatan
Masyarakat juga perlu memiliki asuransi kesehatan yang bisa digunakan sewaktu-waktu terkena sakit atau kecelakaan. Tujuannya agar tidak memotong dana darurat yang sudah dikumpulkan tadi.
"Pastikan iuran BPJS Kesehatannya lancar, kalau punya asuransi kesehatan swasta, periksa, itu asuransinya bisa meng-cover penyakit apa saja, cari yang bisa meng-cover banyak penyakit, dan pastikan preminya lancar," tuturnya.
Apalagi, ancaman resesi saat ini ialah karena adanya pandemi COVID-19, maka salah satu obatnya adalah ketahanan asuransi kesehatan ini. "Pengaturan keuangan juga perlu disesuaikan dengan penyebab resesinya, kalau sekarang karena pendemi, maka perhatian juga perlu tertuju ke instrumen asuransi ini," pungkasnya.
Simak Video "Pesan Jokowi ke Pemerintah yang Baru: Hati-hati Mengelola Negara"
[Gambas:Video 20detik]