Konsumsi Sektor Ekonomi Islam Diprediksi Tembus US$ 2,3 T di 2024

Konsumsi Sektor Ekonomi Islam Diprediksi Tembus US$ 2,3 T di 2024

Tim detikcom - detikFinance
Selasa, 01 Des 2020 21:42 WIB
Petugas Cash Center BNI menyusun tumpukan uang rupiah untuk didistribusikan ke berbagai bank di seluruh Indonesia dalam memenuhi kebutuhan uang tunai jelang Natal dan Tahun Baru. Kepala Kantor perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Papua mengungkapkan jumlah transaksi penarikan uang tunai sudah mulai meningkat dibanding bulan sebelumnya yang bisa mencapai penarikan sekitar Rp1 triliun. Sedangkan untuk Natal dan tahun baru ini secara khusus mereka menyiapkan Rp3 triliun walaupun sempat diprediksi kebutuhannya menyentuh sekitar Rp3,5 triliun. (FOTO: Rachman Haryanto/detikcom)
Ilustrasi/Foto: Rachman Haryanto

Dalam Global Islamic Economy Indicator yang tertera dalam laporan tersebut, ada 81 negara yang dievaluasi tahun ini. 1) Malaysia, 2) Arab Saudi, 3) Uni Emirat Arab, 4)Indonesia, dan 5) Yordania berada di peringkat teratas. Peringkat yang diperoleh Arab Saudi dan Indonesia meningkat dari sebelumnya.

Tahun ini, beberapa negara baru yang masuk dalam posisi 15 besar antara lain Singapura, Sri Lanka, dan Nigeria. Global Islamic Economy Indicator mengukur bagaimana ekosistem nasional menyumbang andil terbesar untuk pengembangan aktivitas bisnis dan perekonomian Islami.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Masuknya Singapura dalam 15 besar menandakan peran penting dalam momentum ekonomi Islam bagi negara tersebut. Kinerja Singapura yang kuat dalam produk halal serta segmen media dan pariwisata adalah tanda positif dari peran ekonomi Islam dalam kebangkitan ekonomi pasca pandemi. Singapura menghasilkan lebih dari US$ 255 miliar per tahun dalam sektor perdagangan halal. Angka tersebut, seperti yang disorot dalam laporan SGIE, merepresentasi 1% (US$ 2,4 miliar) potensi dan peluang untuk berkembang lebih jauh," kata CEO CollabDeen, Fateh Ali dalam keterangan tertulis, Selasa (1/12/2020).

Founder Have Halal, Will Travel, Mikhail Melvin Goh, menyebutkan bahwa seluruh kawasan Asia Tenggara adalah pemain penting dalam ekonomi Islam global.

ADVERTISEMENT

"Selain pemimpin pasar seperti Malaysia dan Indonesia; Singapura, Thailand, Filipina, Korea Selatan, dan Brunei juga disorot secara mencolok dalam laporan ini. Peringkat #14 yaitu Thailand memiliki nilai ekspor produk halal global senilai US$ 6,2 miliar (di atas Malaysia) dan perkiraan 4,48 juta turis Muslim pada tahun 2019 (melampaui Indonesia. Hal ini menunjukkan ekosistem ekonomi Islam regional yang kuat telah berkembang pesat dari waktu ke waktu," ujar Melvin.

Usai mencapai rekor tahun 2018/19, investasi perusahaan terkait ekonomi Islam secara global melambat pada 2019/20. Tercatat penurunan sebesar 13% menjadi US$ 188 miliar. Lebih dari 54% investasi berada dalam kategori produk halal, sementara keuangan dan gaya hidup Islami masing-masing menarik 41,8% dan 4% dari investasi.

Angka pertumbuhan didorong oleh penggabungan dan akuisisi yang dipimpin perusahaan, investasi modal ventura dalam masa awal teknologi, serta investasi ekuitas swasta.

Abdulla Mohammed Al Awar, CEO Dubai Islamic Economy Development Centre (DIEDC) mengatakan bahwa laporan SGIE adalah publikasi tahunan yang telah mendapatkan daya tarik sebagai referensi terpercaya mengenai ekonomi Islam global. Hal ini berkontribusi untuk memperkuat posisi Dubai sebagai ibu kota global ekonomi Islam.

"Di masa yang tidak pasti ini, ekonomi Islam dengan ekosistemnya yang etis dan transparan tetap menjadi pilar kekuatan dan jaminan untuk masa depan yang lebih baik. Saat kami melihat ke depan, nilai dan prinsip yang menjadi dasar ekonomi Islam ditambah 'sinyal peluang' yang diidentifikasi dengan cermat dalam laporan, memberikan peta jalan bagi pemerintah dan perusahaan untuk menavigasi tantangan dengan mulus. Terus berjalan di jalur mereka menuju pemulihan, dan tetap berjalan sesuai jalur untuk kemakmuran jangka panjang," paparnya.

Langsung kilk halaman selanjutnya.


Hide Ads