Bukan 5,5% Pak Jokowi, Pertumbuhan Ekonomi 2021 Diproyeksi 4,4%

Bukan 5,5% Pak Jokowi, Pertumbuhan Ekonomi 2021 Diproyeksi 4,4%

Soraya Novika - detikFinance
Rabu, 19 Mei 2021 12:29 WIB
Pemulihan ekonomi nasional di tahun 2021 masih memiliki tantangan besar. COVID-19 masih menjadi faktor ketidakpastian alias hantu pemulihan ekonomi.
Foto: Rengga Sancaya
Jakarta -

Presiden Joko Widodo (Jokowi) meyakini Indonesia mampu mencapai target pertumbuhan ekonomi 2021 antara 4,5-5,5%. Akan tetapi, sepertinya target tersebut mungkin belum bisa dicapai tahun ini.

Berdasarkan proyeksi Bank Mandiri, pertumbuhan ekonomi tahun ini paling hanya bisa mencapai level 4,4%. Itu pun dengan syarat pemerintah mampu mengendalikan kasus COVID-19, jangan sampai muncul gelombang kedua seperti yang terjadi di India.

"Keseluruhan tahun ini kami memperkirakan ekonomi masih dapat tumbuh di 4,4%. Tentunya ini on the back asumsi pengendalian COVID-19-nya ini tetap bisa di-push jangan sampai kehilangan kendali misalnya seperti yang terjadi di India," ujar Head of Macroeconomic & Market Research Bank Mandiri, Dian Ayu Yustina dalam Media Gathering Virtual Economic Outlook & Industri Kuartal II-2021 secara virtual, Rabu (19/5/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, secara keseluruhan Bank Mandiri optimistis Indonesia sudah mulai bergerak ke arah pemulihan. Hal itu bisa dilihat dari pertumbuhan ekonomi kuartal I-2021, walau masih terkontraksi -0,7% akan tetapi sudah lebih baik dari sebelumnya. Grafik pertumbuhannya sesuai dengan proyeksi yaitu berbentuk logo Nike, bergerak lambat namun tetap tumbuh.

"Perekonomian kita sebenarnya masih on track dalam recovery secara gradual meskipun Q1 nya masih terkontraksi," katanya.

ADVERTISEMENT

Untuk itu, Dian meyakini kuartal kuartal II-2021, ekonomi Indonesia sudah bisa dikatakan pulih.

"Namun optimis sih ke depan di Q2 kemungkinan ini akan pulih. Jadi menurut kami di Q2 ini ada mencatat strong rebound karena beberapa indikator awal itu sudah menunjukkan pemulihan," imbuhnya.

Proyeksi serupa disampaikan oleh Direktur Treasury & International Banking Bank Mandiri Panji Irawan. Menurut Panji pertumbuhan ekonomi memasuki kuartal II-2021 telah menunjukkan tren perbaikan.

Hal itu tercermin dari tingkat kepercayaan masyarakat yang mulai pulih di Maret-April 2021 yang dipengaruhi beberapa faktor seperti menurunnya jumlah kasus harian COVID-19 serta perkembangan proses vaksinasi.

Indeks keyakinan konsumen pada bulan April 2021 pertama kalinya dalam satu tahun terakhir menunjukkan ekspektasi terhadap kondisi ekonomi sudah optimis. Hal itu pula, yang memicu terjadinya peningkatan belanja konsumen terutama pada periode menjelang perayaan libur Lebaran 2021.

Di samping itu, Panji menambahkan kebijakan moneter juga masih akomodatif dalam mendukung percepatan pemulihan ekonomi nasional.

Bank Indonesia (BI) juga telah menurunkan suku bunga acuan BI 7-day reverse repo rate (7DRR) ke level terendah sepanjang sejarah 3,5% untuk memicu pemulihan ekonomi. Berbagai kebijakan stimulus fiskal, moneter dan makroprudensial juga telah dilakukan seperti pembebasan PPn di sektor otomotif, pelonggaran aturan Loan to Value Ratio (LTV) bagi perbankan untuk memacu pertumbuhan kredit.

Berlanjut ke halaman berikutnya.

Panji menambahkan, digitalisasi sektor pembayaran juga terus ditingkatkan untuk menunjang pola hidup kenormalan baru yang sangat bergantung pada sistem dan transaksi online. Melihat pertumbuhan yang semakin optimis, Panji menilai intermediasi perbankan akan membaik di tahun ini sejalan dengan pemulihan ekonomi nasional.

"Dengan asumsi pertumbuhan ekonomi tahun ini sebesar 4,4%, kami melihat pertumbuhan kredit akan membaik sekitar 5%," ujar Panji.

Sementara itu, Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro menjelaskan, pemulihan juga terjadi di sejumlah sektor. Beberapa sektor mulai terlihat pulih lebih cepat yaitu terkait kebutuhan pokok baik produksi, distribusi dan perdagangannya seperti industri makan dan minum, pendidikan, jasa kesehatan, air, listrik, informasi dan komunikasi.

Lebih lanjut, ia memaparkan pemulihan ekonomi saat ini sudah bergerak ke sektor durable goods dan turunannya seperti industri manufaktur, angkutan darat dan logistik serta pertambangan.

"Di tahap akhir, pemulihan ekonomi terjadi di sektor angkutan udara, perhotelan dan properti untuk segmen menengah-atas," jelas Andrym

Di samping itu, komoditas seperti CPO, batu bara, minyak mentah dan nikel, telah menjadi faktor penting yang membantu pemulihan perekonomian terutama di wilayah berbasiskan komoditas, seperti Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi.

"Harga-harga komoditas penting bagi Indonesia seperti CPO, batubara, minyak, dan nikel sudah tinggi. Ke depan, harga-harga komoditas secara rata-rata masih akan di level yang relatif tinggi dibandingkan tahun lalu," tuturnya.


Hide Ads