PT PLN (Persero) akan mengganti sejumlah Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) menjadi pembangkit listrik energi baru terbarukan (EBT) mulai tahun 2025. Langkah ini sebagai salah satu wujud komitmen PLN untuk mengejar bauran EBT sebanyak 23% di tahun 2025.
Serta, mengejar target tambahan pembangkit EBT dengan porsi 51,6% dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2021-2030.
"Program selanjutnya setelah tahun 2025 pembangkit yang sebelumnya dirancang menggunakan PLTU batu bara diganti PLT EBT base 1GW. Serta melakukan retirement 1,1 GW PLTU sub critikal di Muara Karang, Tanjung Priok, Tambak Lorok, dan Gresik pada tahun 2030," kata Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini dalam konferensi pers RUPTL PLN 2021, Selasa (5/10/2021).
Zulkifli juga menuturkan, pihaknya akan meningkatkan keberhasilan commercial operation date (COD) Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Kemudian, mendorong program dediselisasi Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD).
Tak hanya itu, pihaknya juga mendorong pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB). Kemudian, mendorong implementasi co-firing biomassa pada PLTU.
Lebih rinci, Direktur Perencanaan Korporat PLN Evy Haryadi menuturkan, sejumlah strategi dilakukan untuk mengejar bauran energi EBT 23% di tahun 2025. Sebutnya, meningkatkan keberhasilan COD PLTP 1,4 giga watt (GW) dan PLTA/PLTM 4,2 GW.
"Terdapat juga program dediselisasi PLTD sebesar 588 MW atau setara kombinasi PLTS 1,2 GW dengan baterai storage," katanya.
Kemudian, pembangunan PLTS 4,7 GW dan PLTB 0,6 GW yang tersebar di berbagai wilayah. Lalu, implementasi co-firing PLTU yang diperkirakan meningkatkan bauran energi sekitar 6%.
"Di samping juga seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya pembangkit EBT base load 1 GW, termasuk retirement 1,1 GW PLTU sub critical di periode 2026-2030," katanya.
Baca juga: Inggris Krisis BBM, RI Kena Getahnya? |
(acd/zlf)