Terpopuler Sepekan

Mengejutkan! Ada Luhut di Laporan Pandora Papers

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Minggu, 10 Okt 2021 22:41 WIB
Foto: Edi Wahyono/detikcom
Jakarta -

Nama Luhut Binsar Pandjaitan masuk dalam laporan Pandora Papers. Laporan itu mengungkap kepemilikan aset dan perusahaan cangkang di negara bebas pajak.

Luhut yang merupakan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi disebut memiliki kaitan dengan salah satu perusahaan cangkang di Panama.

Dia disebut pernah menghadiri rapat direksi perusahaan bernama Petrocapital SA, yang terdaftar di Republik Panama. Dia hadir langsung dalam beberapa kali rapat yang berlangsung selama 2007-2010.

Bahkan, Luhut ditunjuk menjadi Presiden Petrocapital dalam rapat yang digelar 19 Maret 2007. Dia dipilih bersama dua orang lain dan berkantor di Guayaquil, 400 kilometer sisi barat daya ibu kota Ekuador, Quito. Pertemuan itu juga mengesahkan perubahan nama perusahaan dari Petrostar International SA menjadi Petrostar-Pertamina International SA.

Perusahaan yang berganti nama itu ditugasi memproduksi sekaligus mengangkut produk minyak bumi. Petrostar juga diperintahkan melakukan ekspor-impor, sayangnya perusahaan hanya berumur tiga tahun karena dewan direksi membubarkannya dalam rapat pemegang saham luar biasa pada Juli 2010.

Juru bicara Luhut, Jodi Mahardi pun buka suara menanggapi laporan tersebut. Dia memang membenarkan kabar bahwa Petrocapital dibentuk di Republik Panama dan Luhut sempat menjabat di perusahaan tersebut.

"Perusahaan ini didirikan pada 2006 oleh Edgardo E.Dia dan Fernando A.Gil. Petrocapital memiliki modal disetor senilai US$ 5.000.000, yang salah satu bidang usahanya adalah minyak dan gas bumi. Bapak Luhut B. Pandjaitan menjadi Direktur Utama/Ketua Perusahaan pada Petrocapital S.A pada 2007-2010," kata Jodi kepada detikcom, Senin (4/10/2021).

Perusahaan itu, kata Jodi, rencananya akan digunakan untuk pengembangan bisnis di luar negeri terutama di wilayah Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Sayangnya ketika Luhut memimpin, perusahaan itu gagal memperoleh eksplorasi migas yang layak dan akhirnya Luhut memilih mundur.

"Ada berbagai kendala terkait dengan kondisi geografis, budaya, dan kepastian investasi sehingga Pak Luhut memutuskan mundur dan berfokus pada bisnis yang ada di Indonesia," tutur Jodi.

Terlepas dari itu, Jodi membantah kabar bahwa Luhut berkongsi dengan perusahaan minyak milik pemerintah Indonesia dan mengubah nama perusahaan. Simak cerita lebih lengkap di halaman selanjutnya.




(hal/dna)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork