BI Ramal Ekonomi RI Tumbuh 5,5% tapi Jangan Senang Dulu

BI Ramal Ekonomi RI Tumbuh 5,5% tapi Jangan Senang Dulu

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Selasa, 23 Agu 2022 16:42 WIB
Pemerintah dan Bank Indonesia resmi meluncurkan tujuh pecahan uang baru 2022. Warga pun mulai ramai-ramai menukarkan melalui kas keliling di Hall Basket Senayan, Jakarta, Jumat (19/8).
Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi (Foto: Agung Pambudhy/detikcom)
Jakarta -

Bank Indonesia (BI) memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III tahun 2022 ini di kisaran 5,5%. Namun ada ramalan yang perlu diwaspadai. Angka inflasi juga diramal lebih tinggi yaitu bisa berada di kisaran 5,24% untuk inflasi IHK.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan jika saat ini pertumbuhan ekonomi nasional lebih baik, bahkan lebih tinggi dari perkiraan BI sebelumnya.

"(Kuartal II) sudah tertinggi 5,44%, lebih tinggi dari perkiraan BI 5,1%. Di kuartal III ini dengan berbagai indikator menunjukkan PE kuartal III ini bahkan lebih tinggi dari kuartal II. Ini menunjukkan kekuatan dalam negeri dan mendorong ekonomi kita," kata Perry dalam konferensi pers, Selasa (23/8/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perry menyebut secara keseluruhan tahun 2022 ini akan bergerak bias ke atas dari perkiraan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan 4,5% - 5,3%.

Inflasi juga akan mengalami kenaikan. Saat ini BI terus berupaya untuk mengendalikan inflasi inti dan inflasi IHK.

ADVERTISEMENT

Memang akibat kenaikan harga BBM ini akan terjadi tekanan pada harga bahan pangan dan harga yang dikendalikan oleh pemerintah.

Pada Juli 2022 inflasi IHK tercatat 4,94%. Tingginya inflasi IHK ini karena tingginya kelompok harga pangan bergejolak yang mencapai 11,47%. Perry menyebut mestinya inflasi volatile food itu maksimal 5% atau 6%.

Menurut dia tingginya inflasi IHK 2022 ini disebabkan oleh harga yang diatur pemerintah seperti subsidi BBM.

Dia mengungkapkan inflasi inti memang masih rendah 2,86%. Tapi diperkirakan akan ada lanjutan second round effect dari tingginya inflasi harga bergejolak, kelompok administred prices. Nah inflasi inti ini menunjukkan daya beli dari sisi permintaan.

BI memprediksi angka inflasi inti akhir tahun ini berada di bawah 4%. Kemudian dengan dampak kenaikan harga BBM non subsidi dan kenaikkan inflasi volatile food, maka inflasi akhir tahun ini bisa sedikit lebih tinggi dari 4% yaitu kurang lebih 4,15%.

Lalu untuk inflasi IHK diprediksi mencapai 5,24%. "Ini pertimbangan pertama kenapa kenaikan BI rate sebagai langkah pre-emptive dan ekspektasi inflasi karena dampak dari harga BBM dan volatile food," jelas dia.

(kil/dna)

Hide Ads