Udin Zia kini hidup sejahtera sebagai pengusaha perkakas dan sparepart sepeda motor di Saumlaki, Kabupaten Kepulauan Tanimbar. Kehidupannya berubah menjadi lebih baik lantaran uang modal dari pinjamannya ke bank. Bagaimana ceritanya?
Udin yang akrab disapa Labesi, dulunya memulai usaha dengan berjualan perkakas seperti obeng, palu, dan sebagainya di emperan. Beralaskan sebuah meja berukuran 2x1 meter, dia membuka lapak di bawah pohon mangga di wilayah Pasar Omele, Tanimbar Selatan.
Sekira tahun 2010, ia ditawari pihak BRI untuk mengambil kredit usaha. Awalnya ia menolak, lantaran takut tak bisa membayar cicilan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya sempat menolak, karena takut tidak bisa bayar. Itu kan uang orang, saya berpikir harus bisa kasih balik. Jadi saya tidak mau ambil awalnya," cerita Labesi kepada detikcom beberapa waktu lalu.
"Saya takut ambil kredit itu. Bisa tidak bisa tidur pikir cicilan," ungkap Labesi.
Namun, setelah berpikir berkali-kali dan memperhitungkan pendapatan secara matang, ia mantap untuk mengambil kredit usaha. Dia ingat, nilainya waktu itu Rp 20 juta.
"Pada waktu itu bukan kita yang cari (pinjaman) tapi orang BRI sendiri yang datang. Tapi mereka lihat-lihat dulu bisa tidak orang ini untuk kembalikan uang. Bukan dia kasih sembarang dulu," kata Labesi.
Dari uang pinjaman itu, ia bisa menambah modal dan menyewa kios di pasar Omele. Labesi mengambil barang-barang perkakas dari Surabaya dengan jumlah lebih banyak dari sebelumnya. Usaha alat perkakasnya pun mulai merangkak naik.
"Saya dikasih pinjaman uang (kredit BRI). Saya ke surabaya putar (modal) terus," jelas Labesi.
Berlanjut ke halaman berikutnya >>>