Desa Karangreja, Kecamatan Karangreja, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, menjadi salah satu desa yang terkenal dengan produksi sapu rayung atau sapu gelagah. Bahkan, mayoritas penduduk di sana merupakan perajin sapu rayung.
Warga Desa Karangreja, Dirsan, menjadi salah satu yang menekuni kerajinan sapu rayung sejak 2015. Usaha ini berawal dari banyaknya tanaman rayung yang belum dimanfaatkan
"Kebetulan, saya ada organisasi untuk perajin sapu. Itu dari sapu rayung dan lidi. Namanya Lira, lidi dan rayung. Tapi kebetulan, saya mengelola di bidang rayungnya, sedangkan yang lidinya itu di Purbalingga," ujar Dirsan kepada detikcom belum lama ini.
"Kalau saya produksi sapu rayung itu dari mulai tahun 2015 sampai sekarang. Itu berarti sudah ada sekitar 8 tahun. Saya menggagas produk sapu rayung karena di sini ada banyak bahan baku rayung sehingga saya punya inisiatif bagaimana saya bisa memberdayakan masyarakat untuk memproduksi sapu tersebut biar ada masukan (penambahan) dari sini," imbuhnya.
Dirsan bercerita dalam seharinya dia bisa menggarap hingga 1.000 pcs sapu rayung. Proses pembuatannya pun dilakukan bersama-sama dengan warga lainnya.
"Untuk produksinya itu kalau setiap hari hampir sekitar 1.000 pcs karena saya bekerja dengan anak saya. Sistem kerjanya masing-masing dikerjakan di rumah sendiri. Jadi, kalau sudah selesai baru dibawa ke sini, setor. Rata-rata pekerjaannya ibu-ibu di beberapa desa," ungkapnya.
Bagi sebagian orang, bisnis sapu rayung mungkin terdengar sepele. Namun siapa sangka kalau omzet yang dihasilkan menggiurkan. Dirsan mengungkapkan setiap bulannya bisa mendapat orderan sapu rayung sampai 50.000 pcs. Tak heran omzet yang dikantonginya pun mencapai ratusan juta.
"Kita kan mengikuti pesanan. Paling per bulan satu kontainer lah sekitar 50 ribu pcs dengan pekerjaan sekitar 100 orang. Kalau 50 ribu dikalikan Rp 10 ribuan sekitar Rp 500 juta per bulan. Nah, labanya sekitar 10 persen dari semuanya, ya Rp 50 juta lah," jelasnya.
Bukan hanya mendulang cuan, bisnis sapu rayung milik Dirsan ternyata juga sudah tembus pasar luar kota, bahkan luar negeri. Saat tim detikcom berkunjung, ia mengaku baru saja loading sapu untuk dikirim ke Pakistan.
"Kalau yang lokal itu saya ada beberapa kota tujuan di antaranya, Jawa Timur, Gresik, Semarang. Terus kalau yang wilayah barat itu ada Tasik, Sukabumi, Jakarta. Berarti ada 6 kota tujuan kalau di dalam negeri. Kalau yang untuk ke luar negeri itu negara-negara tujuan ada Pakistan, Korea dan Taiwan," paparnya.
"Alhamdulillah. Ini juga mau berangkat ke Pakistan," lanjutnya.
Setiap usaha tentu ada tantangan, tak terkecuali bagi Dirsan. Ia mengaku sempat meminjam pinjaman KUR dari BRI sebagai modal untuk mengembangkan usahanya. Terutama untuk membeli bahan baku rayung.
"Awal mulanya kita pinjem BRI itu sebenarnya dari tahun 2010-an itu saya sudah mulai pinjem, dari angka Rp 10 juta, Rp 15 juta sampai sekarang udah pinjamannya udah ratusan juta," ucapnya.
"Kalau saya pinjem BRI itu sasarannya adalah untuk beli bahan baku. Kalau bahan baku kayak gini sekarang itu per kilonya sudah Rp 20 ribuan per kilogram. Sedangkan saya itu sudah ada sekitar 20 ton," sambungnya.
Dirsan pun berharap ke depan, sapu rayung masih memiliki banyak peminat sehingga usahanya dapat semakin berkembang.
"Kalau harapan saya ke depan itu saya bisa tetap eksis di usaha sapu dan bisa berkembang lagi," tutupnya.
detikcom bersama BRI mengadakan program Jelajah Desa Brilian yang mengulas potensi dan inovasi desa di Indonesia baik dari segi perkembangan ekonomi, infrastruktur, hingga wisata serta dampaknya terhadap masyarakat lokal maupun nasional. Untuk mengetahui informasi program Desa BRILiaN lebih lanjut, ikuti terus informasinya hanya di jelajahdesabrilian.detik.com!
Simak juga Video: Pesona Desa Serang, Desa Wisata di Purbalingga
(ega/ega)