Separah Ini Kondisi Bisnis Jual Sepeda, Sampai Gulung Tikar!

Ignacio Geordi Oswaldo - detikFinance
Kamis, 26 Sep 2024 07:30 WIB
Foto: Ignacio Geordy Oswaldo
Jakarta -

Penjualan sepeda di kawasan Pasar Rumput, Jakarta Selatan, terus mengalami penurunan seiring memudarnya minat masyarakat untuk bersepeda. Bahkan sejumlah toko harus gulung tikar imbas sepinya pembeli.

Salah seorang pedagang yang dalam waktu dekat juga berencana menutup tokonya, Kode, mengatakan pada 2020-2021 lalu saat kegiatan bersepeda sedang 'booming' tokonya bisa menjual hingga 20 unit sepeda per harinya.

Namun sekarang ini dalam sehari Kode belum tentu bisa menjual satu pun unit sepeda. Bahkan hingga siang hari ini saat ditemui detikcom, dirinya belum mendapat penglaris sama sekali.

Penurunan penjualan setajam inilah yang membuat banyak toko tak bisa bertahan. Terutama sejak pertengahan 2023 lalu yang menurutnya kondisi penjualan sepeda jauh lebih buruk dari masa sebelum pandemi.

"Pas pandemi memang booming, 2020 sampai 2021 lah masih banyak yang beli. Terus ke sini-nya mulai turun. 2022 masih normal lah (sama seperti sebelum pandemi). Tapi dari 2023 itu, pertengahan tahun lah sebelum ramai pemilu itu, turun terus," ucapnya kepada detikcom di kiosnya, Rabu (25/9/2024).

"Jadi lebih parah sekarang daripada dulu (sebelum pandemi). Ini banyak yang gulung tikar. Padahal (sebelumnya) orang jualan sepeda kan dari ujung ke ujung (sepanjang jalan Sultan Agung), sepeda bekas sepeda baru, kan banyak yang tutup ya," kata Kode lagi.

Bahkan kepada detikcom Kode mengaku juga akan menutup toko sepeda miliknya dalam waktu dekat. Hal ini dikarenakan ia tak sanggup lagi untuk membayar biaya sewa toko dengan kondisi penjualan saat ini.

"Besok-besok kayanya sudah nggak di sini lagi, pemasukan sudah nggak ke uber. Buat ngontrak saja nggak dapat. Padahal sudah di sini delapan tahun, delapan tahun ada lah. Makin ke sini makin nyungsep," katanya tertawa miris.

Terduduk lesu dengan wajah sedih, Kode mengaku akan tetap berjualan sepeda di kawasan itu, namun tidak lagi di dalam toko melainkan di pinggir jalan.

"Nanti jualan di luar saja. Lagian kita kan punya pelanggan satu dua, nanti kalau ada yang minta dicariin sepeda apa ya bisa saya bantu ke toko-toko sebelah kan. Ya nanti bisa bagi hasil tipis-tipis lah," kata Kode.

Senada dengan Kode, pedagang lain di kawasan Pasar Rumput bernama Rony mengatakan penjualan sepeda di tokonya kian menyusut. Bahkan dalam sehari atau seminggu ia belum tentu menerima pelanggan.

"Sekarang jualan sepeda sudah mau nangis saja. Sudah bukan turun lagi, ambruk, jauh (dibandingkan tahun-tahun sebelumnya)," ucap Rony.

"Kalau dilihat pembukuan mah minus. Buat makan aja ke warung sering kasbon, kalau belum dapat pelanggan ya kasbon lagi sampai besok. Kalau dapat penglaris baru bayar," tambahnya.

Banyak 'Korban Booming' Jual Sepeda Ketimbang Beli

Kode mengatakan alih-alih menerima pembeli, banyak orang berkunjung ke tokonya untuk menjual sepeda bekas. Sebab menurutnya banyak di antara mereka sebelumnya ikut-ikutan tren bersepeda mulai enggan untuk melanjutkan kegiatan itu.

"Orang datang banyakan yang jual daripada yang beli. Ya kita banyak yang jual tapi nggak bisa beli gimana? Di sini saja sepeda masih banyak yang nggak laku," katanya saat ditemui detikcom, Rabu (25/9/2024).

"Ya mungkin karena mereka sudah nggak mau lagi sepedaan. Coba lihat aja itu pas CFD (Car Free Day), dulu banyak yang sepedaan, sekarang bawa motor ke sana habis itu jalan aja. Dikit lah yang sekarang sepedaan," sambung Kode.

Mirisnya lagi, dengan jumlah pembeli yang dalam sebulan bisa ia hitung jari, Kode mengaku orang yang datang untuk menjual sepeda bekas datang hampir setiap hari. Sehingga ia menjadi sangat pilih-pilih saat ada yang menawarkan sepeda bekas kepadanya.

"Jadi ya nggak semua (orang jual sepeda bekas) kita beli, kalau saya paling nggak yang kondisinya masih 60-70% bagus lah. Kalau nggak keluar modal lagi besar, itu pun kalau harganya cocok sama liat kondisi kantong juga," sambung Kode.

Sementara itu, pedagang lain bernama Rony mengaku juga lebih sering menerima orang yang datang untuk menjual sepeda bekas ketimbang yang datang untuk membeli. Ia menyebut orang-orang tersebut sebagai 'korban booming' semasa pandemi lalu.

"Itu korban booming semua itu, pas pandemi kan banyak yang beli ikut-ikutan kaya orang jadi beli semua. Makanya tiap hari ada saja yang jual," katanya.

Belum lagi menurutnya harga jual sepeda saat pandemi, saat banyak orang beli sepeda, sudah jauh berbeda. Kondisi ini membuat banyak orang yang mau tak mau mengobral sepeda miliknya dengan harga sangat miring, terlebih jika dibandingkan saat mereka beli dulu.

Bahkan ia mengaku pernah menemui orang yang menjual sepedanya dengan harga Rp 1,2 juta, dari sebelumnya Rp 7 jutaan saat dibeli semasa pandemi. Rony menyebut jika harga jual yang ditawarkan terlalu mahal, ia enggan untuk membeli. Terlebih mengingat penjualan sepeda di tokonya saat ini yang sudah sangat rendah.

"Itu pun yang jual harganya sudah ambruk banget, orang waktu mereka belinya zaman booming ya kan, misalnya dia beli Rp 7 juta, kita beli paling Rp 1,2 juta," ucap Rony.




(fdl/fdl)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork