Kolom

Danantara: Harapan Lama, Kecemasan Baru

Riant Nugroho - detikFinance
Senin, 03 Mar 2025 10:21 WIB
Presdien Prabowo Subianto saat meluncurkan Danantara. Foto: ANTARA FOTO/MUHAMMAD ADIMAJA
Jakarta -

Mencapai Indonesia emas 2045, tidak ada yang tidak setuju. Namun, memang jalanan tidak lagi terjal, namun teramat terjal. Pada tahun 1990, cita-cita Pemerintah agar tahun 1995, lima puluh tahun kemerdekaan, pada ulang tahun emas, Indonesia mencapai kegemilangannya.

Pada tahun tersebut, Indonesia berpesta. Tiga tahun setelah itu, Indonesia terasa 'didepak dari surga'. Dari negara dengan PDB per kapita US$ 1.129 (1996) menjadi US$ 459 (1998). Perekonomian Indonesia 'hancur lebur'.

The only player in town adalah BUMN, karena konglomerat swasta masuk ICU, koperasi dan UKM, sebagai ekonomi resipien (sekedar menerima keadaan), masih jauh dari kuat. Presiden Soeharto mendirikan Kementerian Pendayagunaan BUMN/Badan Pendayagunaan BUMN, atas konsep Tanri Abeng, yang saat itu dikenal sebagai 'Manajer Satu Miliar'.

Hasilnya, BUMN berhasil menjadi penggerak lokomotif ekonomi Indonesia yang macet total (Abeng, Indonesia Incorporated, 2001).

Harapan Lama

Menjadi negara makmur sejahtera adalah harapan lama yang terus relevan. Pada Desember 2015, Direktur Kebijakan Ekonomi Bank Indonesia (sekarang Deputi Gubernur BI) menyampaikan bahwa PDB Indonesia adalah US$ 3.412, dan dengan bonus demografinya, pada tahun 2030 akan keluar dari jebakan pendapatan menengah (middle income trap) dengan pendapatan US$ 14.129 pada tahun 2030, artinya melampaui threshold US$ 13.000.

Dengan catatan, pertumbuhan ekonomi sejak tahun tersebut hingga 2030 mencapai 10%. Atau mendekati, sebesar US$ 9.652, dengan catatan pertumbuhan ekonomi stabil di 7,1%. Namun, jika konstan 5%, pada akhir 2030 hanya mencapai US$ 7.247. jebakan pendapatan menengah hampir pasti tidak dapat dicapai 2030. Untuk itu perlu narasi baru, mengundurkan target.

Pada tahun 2024, Indonesia memiliki PDB per kapita US$ 4,960. Pada 9 Mei 2019, Presiden Jokowi meletakkan Visi Indonesia Emas 2045 dengan PDB US$ 7,3 triliun, atau PDB per kapita US$ 25.000. Wakil Menkeu Thomas Djiwandono menyebut US$ 30.300.

Karena itu, pada Pidato di Qatar Economic Forum (15/5/2024) calon Presiden Prabowo Subianto, yang sekarang menjadi Presiden terpilih resmi, menyampaikan percaya diri, Indonesia mencapai pertumbuhan ekonomi 8%. Tujuannya jelas, agar Indonesia dapat keluar dari jebakan pendapatan menengah (middle income trap) dan mencapai Indonesia emas.

Jelas, sangat tidak mudah. Kuncinya adalah pertumbuhan investasi dan ekspor, karena belanja atau konsumsi masyarakat, yang tahun 2024 menyumbang 54% PDB, tidak dapat diandalkan untuk menjadi 'genjotan ekonomi', karena daya nilai tambahnya terbatas.

Untuk ekspor, jelas tidak mudah. Berdasarkan data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) 2024, defisit transaksi berjalan mencapai 0,6% dari PDB (US$ 8,85 miliar), meningkat dari tahun sebelumnya yang 0,1% dari PDB (US$ 2,04 miliar), dan diperkirakan melebar menjadi 1,18% dari PDB 2025 karena agenda kebijakan percepatan pro-pertumbuhan.

Efek lanjutannya adalah Rupiah cenderung tertekan. Pilihannya tinggal satu: pertumbuhan investasi. Karena itu, untuk mendapatkan pertumbuhan 8%, perlu Rp 13.032,8 triliun dalam lima tahun ke depan. Danantara adalah solusinya.

Lanjut ke halaman berikutnya



Simak Video "Video: Danantara Akan Dapat Kucuran Dividen Rp 170 T per Tahun"

(ang/ang)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork