Aidil mengatakan, jika portofolio sebuah saham yang dimiliki turun 5%, maka orang tersebut harus memperoleh keuntungan 5% atau lebih, dan seterusnya. Namun, tak berarti harus menunggu saham itu harus naik lagi.
"Jadi di antara semua portofolio yang merah, mana nih yang kira-kira sudah tidak ada prospek sama sekali, yang nyangkut terutama Rp 50/lembar itu masih bisa ke luar dari pasar negosiasi di luar bursa. Jadi kalau ada yang negosiasi beli di Rp 35-40/lembar, di luar bursa ya itu, ya ambil saja, karena sudah tak ada potensi dia kembali membaik. Toh itu hanya sebagian dari portofolio teman-teman," terangnya.
"Kalau sudah 50% loss, maka balikin uangnya harus di atas 50%. Tapi belum tentu balikinnya di saham yang sama. Jadi bisa jadi cut loss di saham jelek, lalu uangnya masukin saja di saham bagus yang diskon, sehingga mengurangi kerugian. Tapi kembali lagi harus selalu menggunakan uang dingin," imbuhnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam kesempatan yang sama, praktisi pasar modal Ellen May membeberkan, ada beberapa saham yang punya prospek cukup bagus. Pertama, saham dari emiten yang bergerak di industri kelapa sawit.
"Disclaimer ini edukasi bukan perintah beli-jual. Bisa untung, bisa ada risiko juga. Jadi kalau sekarang ini saya lihat sektor CPO (crude palm oil) itu sudah sangat murah, dan saya suka LSIP karena secara fundamental dia utangnya kecil, kemudian kebutuhan akan CPO juga naik, dia perusahaannya sangat efisien, technically murah, valuasi juga oke. Jadi LSIP untuk CPO sangat menarik," ujarnya.
Kedua, saham-saham dari emiten konstruksi yang terdampak oleh berdirinya Lembaga pengelola dana abadi (Sovereign Wealth Fund/SWF) atau Lembaga Pembiayaan Indonesia (LPI).
"Kedua, saya sedang menunggu saham-saham konstruksi yang terdampak SWF, seperti WSKT ini kita sudah masuk tadi untuk investing juga, tapi kalau dikasih diskon lagi kita mau," ujar Ellen.
Kemudian, saham di emiten pertambangan. "Kita lagi menunggu diskonnya Antam. Kenapa? Karena Antam ini story pembangunan pabrik baterai di Indonesia sangat bagus. Masalahnya, secara valuasi dia mahal sekali, dan teknikal juga agak kemahalam. Jadi kita menunggu diskonnya dia," tutur Ellen.
Terakhir, saham di emiten sektor ritel. Namun, untuk membeli saham ini ia sarankan jauh-jauh hari, sebelum perayaan Hari Raya Idul Fitri.
"Lalu ritel, sekarang murah banget. Nanti kalau vaksin sudah diedarkan, dan berjalan dengan baik Ramayana dan MAPI itu bakalan naik kencang, dan jangan belinya pas Lebaran, itu profit taking. Masuknya sekarang. Makanya investor harus sabar," tutup Ellen.
(fdl/fdl)