Isu beredar di pasar pergerakan saham BUKA belakangan ini merupakan bagian dari strategi investor eksisting untuk keluar melalui IPO. Isu itu didasari karena rentetan aksi jual investor asing di saham BUKA.
Sebelumnya juga ada informasi bahwa GIC Private Ltd. melakukan penambahan kepemilikan saham Bukalapak sebanyak 1,6 miliar dengan nilai Rp 1,36 triliun. Menariknya transaksi itu dilakukan pada 5 Agustus 2021. Artinya CIG menambah kepemilikannya sebelum BUKA mencatatkan sahamnya di pasar modal.
GIC merupakan perusahaan yang mewakili pemerintah Singapura (Government of Singapore/GOS) dan Monetary Authority of Singapore (MAS).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Reza menilai apa yang terjadi di saham BUKA saat ini merupakan momentum aksi ambil untung atau profit taking para investor, termasuk pihak asing.
"Kalau bicara exit strategy kita harus lihat dulu datanya, pemegang saham lamanya siapa dan kemudian sudah berkurang berapa. Kita kan belum tahu ini asing yang keluar apakah ini asing yang eksisting atau yang masuk pada saat bookbuilding," tuturnya.
Menurut Reza wajar jika para pemegang saham BUKA saat ini melakukan aksi ambil untung. Sebab saham BUKA sudah sempat naik hingga Rp 1.325 di hari kedua setelah IPO, sedangkan harga penawarannya di level Rp 850.
Lalu ketika melihat para investor asing melakukan aksi jual, investor lokal pun ikut-ikutan ambil untung. Alhasil saham BUKA sekarang terjun ke level Rp 970.
"Mungkin dari sisi pelaku pasar mungkin sedang menunggu bottom-nya untuk mereka masuk lagi," ucapnya.
Sedangkan Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Sukarno Alatas meyakini bahwa yang terjadi di saham BUKA saat ini memang tengah dilakukan aksi jual oleh pemegang saham eksisting. Bahkan menurutnya mereka memanfaatkan euforia investor ritel.
"Iya asing terus jual sebagai bagian dari exit strategy dalam memanfaatkan minat investor ritel," ucapnya.
(das/ara)