Naik 110%, Laba Bukalapak Kuartal II 2023 Tembus Rp 614 M

Aulia Damayanti - detikFinance
Jumat, 13 Okt 2023 16:39 WIB
Foto: detikINET/Anggoro Suryo Jati
Jakarta -

PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) membukukan laba bersih Rp 614 miliar sepanjang kuartal II 2023. Jika dibandingkan dengan kinerja periode yang sama tahun lalu (yoy), ini terjadi peningkatan 110%, sedangkan secara kuartal ke kuartal (qtq) meningkat 161%.

Dalam paparannya, pada kuartal II 2022 Bukalapak mencatat rugi bersih sebesar Rp 5,9 triliun. Sementara pada kuartal I 2023 mencatat laba bersih Rp 614 miliar.

"Seperti kuartal sebelumnya, kuartal kedua tahun 2023 merupakan kuartal yang baik bagi kami. Bisnis Marketplace maupun online-to-offline kami terus memberikan hasil yang baik dari seluruh aplikasi dan platform kami," kata Presiden Bukalapak, Teddy Oetomo, dalam public expose, Jumat (13/10/2023).

Meski berhasil membukukan laba pada kuartal II 2023, BUKA masih mencatatkan rugi secara kumulatif sepanjang semester I tahun ini. BUKA mencatatkan rugi Rp 394 miliar pada semester I 2023.

Pendapatan e-commerce itu juga tercatat meningkat menjadi Rp 1,17 triliun pada kuartal II 2023 atau tumbuh sebesar 30% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya atau year on year. Hal ini diumumkan dalam public expose kinerja keuangan Bukalapak untuk kuartal kedua yang berakhir pada 30 Juni 2023.

"Kami semakin yakin dalam mewujudkan misi jangka panjang kami meraih keuntungan pada kuartal keempat tahun 2023 setelah mencatat peningkatan adjusted EBITDA selama 6 kuartal berturut-turut," ujar Teddy.

Kemudian, Beban Umum dan Administrasi (G&A) di kuartal II-2023 sebesar Rp 265 miliar, turun 27% dari tahun sebelumnya. Untuk kas/setara kas dan investasi lancar mencapai Rp 19,8 triliun per 30 Juni 2023.

Lebih lanjut, EBITDA Bukalapak mencapai Rp 125 miliar pada kuartal II tahun 2023, meningkat 65% dari tahun sebelumnya. Angka itu meningkat sebesar 30% dari proyeksi awal yang diberikan bersamaan dengan hasil kinerja keuangan 2022 dan kuartal I 2023, di mana diproyeksikan adjusted EBITDA loss sebesar Rp 150 miliar hingga Rp 175 miliar untuk kuartal kedua.

"Kami sangat puas dengan hasil kinerja ini karena kami dapat mempertahankan pertumbuhan pendapatan yang kuat dan peningkatan menuju profitabilitas di semua segmen kami, sambil tetap menjaga kondisi keuangan yang kuat. Oleh karena itu, kami tetap yakin untuk tetap mengacu pada proyeksi kami dalam mencapai keuntungan pada akhir tahun dengan basis adjusted EBITDA", tambahnya.

Bukalapak juga meningkatkan take rate sebesar 28 basis poin menjadi 2,67% di tengah tahun pertama dari 2,39% pada periode yang sama tahun sebelumnya dengan didorong oleh kemajuan dalam penyediaan dan efisiensi rantai pasokan.

"Terdapat potensi lebih lanjut untuk meningkatkan take rate di masa depan karena manfaat dari berbagai produk dengan take rate yang lebih tinggi dapat dirasakan di seluruh platform," lanjut Teddy.

Dalam kesempatan yang sama, Director Strategy, Corp Comms and IR Bukalapak, Carl Reading mengatakan salah satu integrasi yang dilakukan Bukalapak dengan Allo Bank masih berjalan baik. Integrasi ini dengan penjualan Allo Fresh.

"Integrasi Allo Fresh berjalan dengan sangat baik. Kami telah mengintegrasikan antara 65 dan 70 penjualan. Jadi, itu adalah yang paling mudah. Saya rasa itu cukup adil. Jadi, integrasi Allo Fresh sangat menarik," terang dia.

Lebih lanjut, Bukalapak juga membukukan pendapatan marketplace tumbuh 74% year-over-year (YoY) menjadi Rp 684 miliar. Take rate keseluruhan telah meningkat sebesar 28 basis poin menjadi 2,67% di tengah pertama tahun ini dari 2,39% pada periode yang sama tahun lalu yang didorong oleh kemajuan dalam penyediaan dan efisiensi rantai pasokan.

Margin kontribusi keseluruhan yang dihitung sebagai pendapatan dikurangi beban pokok pendapatan dan beban penjualan dan pemasaran mengalami peningkatan sebesar 622% YoY karena biaya penjualan dan pemasaran sebagai persentase TPV menurun menjadi 0,42% dari 0,75%.

Rasio yang lebih rendah tersebut mendorong margin kontribusi tumbuh menjadi Rp 124 miliar pada kuartal kedua dari kerugian Rp 24 miliar di periode yang sama tahun lalu. Sebanyak 70% dari TPV perusahaan berasal dari luar wilayah Tier 1 di Indonesia.




(ada/eds)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork