Stock Watchlist

Prospek Saham Perusahaan Gas Negara di Tengah Rencana Impor LPG

Andi Hidayat - detikFinance
Senin, 28 Jul 2025 11:10 WIB
Halaman ke 1 dari 2
Ilustrasi/Dok. PGN
Jakarta -

Saham entitas anak usaha PT Pertamina (Persero), PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) dibuka menguat pada perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (28/7). Menyusul kesepakatan dagang Amerika Serikat (AS) dengan Indonesia usai pemangkasan tarif menjadi 19%. Dalam kesepakatan tersebut, Indonesia diwajibkan mengimpor energi dari AS dengan nilai yang sudah disepakati sebesar US$ 15 miliar.

Berdasarkan data perdagangan RTI Business, PGAS naik ke harga 0,62% usai menutup perdagangan akhir pekan lalu dengan pelemahan sebesar 1,23%. Saham PGAS menguat 10 poin ke level Rp 1.615 per lembar. Pada awal perdagangan hari ini, saham PGAS mencatat volume transaksi sebesar 1,50 juta, nilai transaksi Rp 2,42 miliar dengan frekuensi saham yang diperdagangkan sebanyak 695 kali hingga pukul 09.43 WIB.

Saham PGAS terpantau menguat sepanjang 2025 sebesar 1,57% dari rentang harga Rp 1.425-1.895 per lembar. Selama sebulan terakhir, saham PGAS tercatat stagnan dengan rata-rata kenaikan 14% dalam 10 hari terakhir dan melemah 9,65% di 10 hari sisanya.

Mengutip analisis Mirae Asset Sekuritas, saham PGAS menunjukkan potensi kenaikan harga karena beberapa indikator teknikal yang mendukung. Mirae Asset merekomendasikan Accumulative Buy untuk saham PGAS di level Rp 1.570-1.620.

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menjelaskan, saham PGAS menunjukkan pola Baji yang menunjukkan harga saham berada dalam fase kenaikan yang berpotensi berlanjut ke gelombang [iii], yang biasanya merupakan fase kenaikan kuat dalam analisis gelombang.

"PGAS pergerakan harga sahamnya mulai stabil, ya, sudah mulai stabil. Jadi, dengan demikian diharapkan akan terjadi fase eskalasi atau fase uptrend ke depannya," terang Nafan kepada detikcom, Senin (28/7/2025).

Nafan menyebut, kesepakatan dagang Indonesia dan AS juga dapat mendorong pertumbuhan fundamental. Menurutnya, pertumbuhan kinerja fundamental ini dapat mendorong teknikal saham PGAS ke depan. Secara tidak langsung, kesepakatan dagang ini juga mendongkrak pertumbuhan pendapatan PGAS.

"Perjanjian dagang itu penting agar supaya perekonomian Indonesia bisa lebih sustain, yang paling esensial seperti itu," jelasnya.

Meski pemerintah menyepakati perjanjian dagang tersebut, PGAS masih berupaya memenuhi kebutuhan gas melalui hasil produksi domestik. Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyebut, Indonesia akan mengimpor tiga komoditas energi, yakni minyak mentah, Liquified Petroleum Gas (LPG), dan bahan bakar minyak (BBM).

Direktur Utama PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) Arief Setiawan Handoko menyebut, pihaknya terus berupaya untuk memenuhi kebutuhan gas dari produksi dalam negeri. Menurutnya, untuk memenuhi kebutuhan gas, industri tidak melulu harus melakukan impor.

"Saya berharap sih apa yang kita punya itu, kita bisa pakai di dalam. Saya nggak melulu harus izin impor, harus impor," ujar Arief di Amanaia Satrio, Kamis (17/7/2025).




(ara/ara)
HALAMAN SELANJUTNYA
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork