Jakarta -
Pemerintah melalui Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) telah menargetkan bauran energi baru terbarukan (EBT) mencapai 23% hingga tahun 2025. Tapi tampaknya target tersebut sulit tercapai.
Bahkan bila dikaitkan dengan investasi di sektor energi baru terbarukan dan konservasi energi (EBTKE) saja, pertumbuhannya tidak terlalu positif.
Pemerintah pun berupaya menggejot bauran EBT hingga 23% tersebut. Salah satu langkahnya dengan mendorong pemakaian pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di atap.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lantas bagaimana nasib target bauran EBT sebesar 23% sampai 2025? Mampukah tercapai? Baca halaman selanjutnya untuk informasi selengkapnya.
Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Ditjen EBTKE (Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi) Kementerian ESDM Harris menjelaskan realisasi bauran EBT di 2017 sekitar 7,34%. Capaian di 2018 dia sebut tak banyak berubah.
"Kalau tahun lalu (2017) 7,34 sekian persen, (2018) belum banyak berubah," kata dia dalam paparan di kantornya, Selasa (8/1/2019).
Capaian tersebut cenderung bergerak stagnan, kata dia karena konsumsi energi fosil naik lebih tinggi. Oleh karenanya secara persentase, pemanfaatan EBT sulit naik.
"Hanya saja energi fosil yang naik lebih tinggi lagi dari sebelumnya sehingga (EBT) share-nya, persentasenya tidak menanjak," paparnya.
Dalam kesempatan yang sama, Dirjen EBTKE Rida Mulyana menekankan bahwa dari segi volume, energi terbarukan mengalami pertambahan walaupun dari segi persentase tidak.
"Ini berlomba EBT dan non EBTnya. Ini kan persentase, tapi nominalnya tetap naik," tambahnya.
Realisasi investasi di sektor Energi Baru Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) 2018 meleset dari target. Capaiannya hanya US$ 1,6 miliar dari target US$ 2,01 miliar di 2018. Artinya yang terpenuhi hanya 79,6%.
"2018, dari target US$ 2,01 miliar. Apa yang bisa kita catat sampai akhir Desember itu US$ 1,6 miliar, kurang lebih 79,6% dari target yang ingin kita capai," kata Dirjen EBTKE Kementerian ESDM Rida Mulyana dalam paparan di kantornya, Selasa (8/1/2019).
Sebagai catatan, untuk capaian investasi di panas bumi sebesar 105%, bioenergi mendekati 101%. Sedangkan aneka EBT diakui Rida belum maksimal.
Meski meleset dari target, dia menekankan bahwa investasi di sektor EBTKE tetap berjalan.
"Kita tidak mandek, artinya masih ada investasi yang masuk, kebanyakan yang datang dari luar negeri," sebutnya.
Pemerintah menargetkan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) atap terpasang 1 juta unit dalam 4 tahun atau hingga 2023 sejak aturannya berlaku per 1 Januari 2019.
"Ya mungkin 3 tahun lah, 3 tahun kita berharap itu bisa kita capai, 3-4 tahun lah ya," kata Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Ditjen EBTKE Kementerian ESDM Harris di kantornya, Selasa (8/1/2019).
Hal itu memungkinkan dicapai, mengingat jumlah pelanggan PLN ada lebih dari 40 juta. Artinya ada potensi yang besar untuk pelanggan PLN memasang listrik atap.
"Pelanggan kita itu kan ada puluhan juta ya, pelanggan PLN itu. Kalau nggak salah 40 jutaan pelanggan. Ya tidak semua kita berharap bisa. Kalau dapat 10%-nya saja sudah lumayan lah itu ya sampai 1 juta atap itu," paparnya.
Dari segi kapasitas, dalam 4 tahun itu ditargetkan mencapai 1 gigawatt.
Saat ini pihaknya pun masih melakukan sosialisasi soal aturan baru mengenai listrik atap.
Halaman Selanjutnya
Halaman