Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan, strategi pertama yang dilakukan ialah mengoptimalkan proses produksi.
"Jadi pertama adalah mengoptimalisasi tingkat produksi yang ada. Dengan cara apa? Bagaimana kita betul-betul yang ada di Work Program and Budget (WP&B) itu dilaksanakan dengan baik," kata Dwi Soetjipto di Hotel JS Luwansa, Jakarta, Senin (14/10/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Kontrak Migas Selat Panjang Rp 1 T Diteken |
Kedua, kata Dwi, pemerintah mendorong kemudahan dalam hal prosedur. Salah satunya terkait dengan pengembangan.
"Bagaimana mentranformasikan, men-speed up dari resources ke production dengan cara proses pengurusan plan of development (POD). Sembari menunggu cadangan yang lebih besar," ujarnya.
Ketiga, optimalisasi atau pengurasan sumur dengan teknologi enhanced oil recovery (EOR). Dwi mengatakan, EOR akan terlihat dampaknya ke produksi di 2023.
"Yang ketiga adalah bagaimana kita mendorong implementasi enhanced oil recovery (EOR). Memang ini membutuhkan waktu tapi kita berharap di 2023 sudah mulai ada pengaruh dampak dari upaya-upaya EOR saat ini bisa menghasilkan tambahan produksi kita," katanya.
Yang terakhir, tambah Dwi Soetjipto, ialah mendorong eksplorasi. Dwi bilang, untuk mendorong eksplorasi pihaknya akan berupaya mendorong investasi.
"Kita harapkan 2030 bisa mendorong kenaikan produksi dari 770 ribu barel per hari mencapai 1 juta barel per hari," jelasnya.
(dna/dna)