Rusia akan kembali memutus pasokan gasnya ke Eropa, khususnya ke negara-negara yang mendukung Ukraina. Padahal, ada harapan bahwa krisis global dapat mereda setelah ekspor biji-bijian kembali dibuka di Laut Hitam.
Kapal dari Ukraina kembali berlayar di Laut Hitam. Hal ini dilakukan setelah Rusia dan Ukraina menyepakati pembukaan blokade di Laut Hitam, yang dimediasi Turki dan PBB.
Konflik Rusia-Ukraina telah menimbulkan dampak luas bagi perekonomian dunia. Memasuki bulan ke enam, dunia menghadapi lonjakan harga energi serta ancaman krisis pangan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Awal bulan ini Presiden Vladimir Putin memperingatkan Barat bahwa sanksi kepada Rusia berisiko memicu kenaikan harga energi global.
Melansir dari Reuters, Selasa (26/7/2022), perusahaan migas Rusia, Gazprom mengatakan, mulai hari Rabu pihaknya akan mengurangi pasokan gas ke Jerman melalui pipa Nord Stream 1.
Gazprom hanya akan mengirim 33 juta meter kubik per hari, atau setengah dari jumlah yang biasa dikirim. Russia sendiri merupakan pengekspor 40% gas dan 30% minyak bagi negara-negara Eropa.
Langkah yang diambil Rusia didasari oleh faktor pemeliharaan dan sanksi negara Barat. Tetapi Uni Eropa menuduh Rusia sedang melakukan pemerasan energi. Menurut Jerman, tidak ada alasan teknis bagi Rusia mengurangi pasokan gasnya.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy memperingatkan bahwa Kremlin sedang melancarkan perang energi melawan Eropa.
Politisi Eropa berulang kali memperingatkan jika Rusia dapat memotong aliran gas musim dingin ini, langkah yang bisa mendorong Jerman ke jurang resesi. Sementara itu, Moskow mengatakan tidak tertarik dengan rencana penghentian total pasokan gas ke Eropa.
Sebelum invasi dan sanksi Barat, Rusia dan Ukraina menyumbang hampir sepertiga dari ekspor gandum global.
Lanjut ke halaman berikutnya.