ESDM Ungkap Konsumsi Energi Fosil Masih Dominan, EBT Masih Jauh dari Target

ESDM Ungkap Konsumsi Energi Fosil Masih Dominan, EBT Masih Jauh dari Target

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Kamis, 22 Des 2022 14:51 WIB
Sejumlah kendaraan antre mengisi bahan bakar minyak (BBM) di SPBU Tol Sidoarjo 54.612.48, Sidoarjo, Jawa Timur, Senin (11/4/2022). Pemerintah menetapkan Pertalite sebagai jenis BBM khusus penugasan yang dijual dengan harga Rp7.650 per liter dan Biosolar Rp5.510 per liter, sementara jenis Pertamax harganya disesuaikan untuk menjaga daya beli masyarakat yakni menjadi Rp 12.500 per liter dimana Pertamina masih menanggung selisih Rp3.500 dari harga keekonomiannya sebesar Rp16.000 per liter di tengah kenaikan harga minyak dunia. ANTARA FOTO/Zabur Karuru/rwa.
Ilustrasi/Foto: ANTARA FOTO/Zabur Karuru
Jakarta -

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkap energi fosil masih mendominasi bauran energi nasional hingga 87,4%. Sedangkan pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) baru 12,6%.

Hal ini diungkapkan Plt Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana dalam Forum Transisi Energi disiarkan melalui saluran YouTube Humas SKK Migas, Kamis (22/12/2022).

"Jadi memang angkanya ini tidak terlalu baik ya dari sisi persentase, karena ini dibagi dengan total. Fosil ini naiknya cepat, EBT-nya memang naiknya kecil, sehingga persentase ini sepertinya tidak naik," ucapnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kendati demikian, Dadan mengatakan, kalau dihitung secara mendetail sumbangsih EBT dalam bauran energi nasional terus meningkat walau tidak terlalu signifikan. Salah satu contohnya dalam pembangkit listrik bertenaga EBT.

"Kalau dihitung misalnya dari total pembangkitnya, kita nambah terus. Setiap tahun itu rata-rata 500 megawatt masuk dari pembangkit EBT. Memang ini kecil, tapi dari sisi pembangkit, karena pembangkit EBT kecil-kecil, ini sudah cukup banyak masuk," kata Dadan.

ADVERTISEMENT

Namun ia mengakui, untuk mengejar target penurunan emisi karbon hingga 23% di 2025, terbilang cukup menantang. Dadan menyebut, angka sumbangsih tahunannya harus mencapai 2.000 megawatt. Artinya, empat kali lipat dari jumlah yang sekarang baru terpenuhi.

"Mungkin menurut saya kalau kita sama-sama bersepakat, mungkin (tercapai). Kan kalau kita bangun PLTS, itu setahun kita bisa bangun kalau barangnya ada. Ini kembali lagi nanti, rantai suplainya memang lagi agak terganggu," katanya.

Atas hal inilah, hingga kini bauran energi masih didominasi oleh energi fosil, seperti batu bara, gas, dan minyak bumi. Walaupun, lanjut Dadan, sebetulnya gas digolongkannya masuk ke dalam transisi ke energi rendah karbon karena emisi jauh lebih rendah dari batu bara.

Dadan mengatakan, saat ini pemerintah pun terus melakukan berbagai upaya, salah satunya melalui kebijakan pensiun dini PLTU berbahan bakar batu bara. Sementara dari sisi hilir, pemerintah juga terus berupaya mendorong transisi dari kendaraan yang mengkonsumsi bahan bakar fosil (BBM) ke kendaraan listrik (electric vehicle/EV).




(ara/ara)

Hide Ads