Rencana Penyelamatan Industri Nuklir RI di Tangan Bio Farma

Rencana Penyelamatan Industri Nuklir RI di Tangan Bio Farma

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Selasa, 24 Jan 2023 21:15 WIB
Suasana fasilitas produksi vaksin COVID-19, di kantor Bio Farma, Bandung, Jawa Barat, Selasa (4/8/2020). ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/hp.
Foto: ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto
Jakarta -

PT Bio Farma (Persero) mengungkapkan rencana 'penyelamatan' perusahaan pelat merah nuklir PT Industri Nuklir Indonesia (Persero) alias Inuki.

Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir mengungkapkan Inuki sendiri menurutnya punya keunikan yang sangat langka, yaitu Inuki punya sertifikasi industri nuklir yang sangat langka untuk dimiliki.

"Karena sudah bagian dari anggota kita, mereka ini memiliki kompetensi langka, fungsi nuklir, mereka ada sertifikasi industri nuklir itu langka sekali," ungkap Honesti dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR, Selasa (24/1/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nah untuk menyelamatkan Inuki, Honesti mengungkapkan sudah ada rencana dan solusi yang juga sudah dapat lampu merah Menteri BUMN Erick Thohir.

Solusi yang pertama adalah, Inuki akan masuk ke dalam rencana spin-off Bio Farma dalam rangka membentuk holding farmasi BUMN.

ADVERTISEMENT

"Seperti disampaikan kan Bio Farma mau di-spin-off jadi holding. Sementara yang operating akan jadi anak usaha. Nah nanti Inuki akan jadi vehicle untuk itu, mungkin namanya berubah," ujar Honesti.

Bersambung ke halaman selanjutnya.

Lebih lanjut, Honesti menjelaskan pihaknya sudah menyiapkan proyek agar Inuki kembali hidup. Bio Farma juga bakal melakukan investasi untuk proyek tersebut.

Proyek tersebut adalah memproduksi partikel radiofarmaka yang bisa digunakan sebagai pengobatan kanker melalui mesin siklotron. Sejauh ini fasilitas siklotron cuma ada di 3 rumah sakit besar yang ada di Indonesia.

Masalahnya, karena berhubungan dengan partikel nuklir fasilitas ini hanya bisa digunakan untuk kebutuhan sendiri, artinya apa yang dihasilkan siklotron tidak bisa diperbanyak dan diperjual belikan. Hal tersebut membuat pengobatan yang butuh fasilitas siklotron menjadi sangat mahal.

"Nah untuk karyawan yang memiliki kompetensi nuklir khususnya pada sektor radiofarmaka, produk farmasi nuklir kita bikin bisnis baru untuk operasikan siklotron," ungkap Honesti.

Berbeda dengan 3 rumah sakit yang menyediakan siklotron sebagai layanan khusus, Inuki akan masuk menggarap siklotron sebagai industri. Apalagi perusahaan ini sudah memiliki sertifikasi industri nuklir. Dengan begitu fasilitas siklotron bisa lebih banyak dirasakan masyarakat.

Bicara soal pasar pelayanan siklotron, Honesti bilang Inuki sebetulnya sudah memiliki pasar tersendiri. Pasar utamanya adalah di rumah sakit yang juga dimiliki oleh BUMN, setidaknya ada sekitar 72 rumah sakit 'pelat merah' yang pasti siap menerima layanan siklotron dari Inuki.

"Ini pasarnya sudah ada, di rumah sakit BUMN saja sudah 72 rumah sakit, nanti Inuki akan supply produk nuklir di rumah sakit BUMN dulu," papar Honesti.

Studi kelayakan bisnis baru Inuki ini sudah dilakukan. Bila semua berjalan sesuai rencana, Honesti bilang di tahun ini juga bisnis siklotron yang bakal digeluti Inuki sudah bisa dilakukan. Pihaknya sendiri menyiapkan investasi sekitar Rp 200 miliar.

"Dengan investasi Rp 200 miliar itu dalam 5 tahun kita bisa balik modal, kita akan besarkan Inuki sambil mencari peluang pengobatan nuklir lainnya juga," pungkas Honesti.


Hide Ads