Nilai proyek kereta cepat Jakarta-Bandung kembali membengkak. Nilai proyek yang sempat disebut bohongan tersebut membengkak dari sebelumnya US$ 5,988 miliar, menjadi US$ 6,071 miliar atau sekitar Rp 81,96 triliun (kurs US$ 1 = Rp 13.500).
Menanggapi hal itu, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan mengatakan proyek ini merupakan langkah investasi jangka panjang. Sehingga, memang diperlukan adanya asuransi proyek dan komponen debt service reserve account (DSRA).
"Yang penting adalah selama 50 tahun itu kita mengembalikan itu, bagaimana proyek ini. Tapi kalau menurut saya, kita dalam 30 tahun ke depan, Jawa sudah berubah, jadi kita jangan hanya melihat 5-10 tahun saja, jadi lihat juga 20 -30 tahun ke depan," kata Luhut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Hanya yang kita ingin angka-angka itu seefisien mungkin sehingga dia butuh feasible untuk dikerjakan, keinginan kita untuk hitung-hitung sampai Kertajati, Yogyakarta, Solo mungkin juga sampai ke Surabaya itu masih kita hitung sampai sekarang," katanya.
Dia juga berharap agar nilai proyek ini sudah pasti dan tidak kembali mengalami kenaikan.
"Kita berharap tidak ada lagi (kenaikan), saya kira cukup oke," tutupnya.
Seperti diketahui, bertambahnya nilai proyek kereta cepat Jakarta-Bandung dikarenakan asuransi proyek dan komponen DSRA. Kedua komponen tambahan ini mendongkrak nilai proyek sekitar US$ 100 juta.
Dari nilai proyek tersebut, 75% di antaranya berasal dari pinjaman China Development Bank (CDB) dan 25% berasal dari ekuitas perusahaan. Ekuitas sebesar 25% berasal dari PT PSBI yang memiliki 60% saham di KCIC dan Beijing Yawan konsorsium lima BUMN China yang memiliki 40% saham di KCIC.