Kata Analis soal BNI yang Mau Akuisisi dan Bikin Bank Digital

Kata Analis soal BNI yang Mau Akuisisi dan Bikin Bank Digital

Angga Laraspati - detikFinance
Minggu, 17 Okt 2021 21:32 WIB
Ilustrasi Gedung BNI
Foto: Dok. BNI

Permodalan

Soal permodalan sebenarnya bukan jadi masalah untuk BNI. Rasio kecukupan modal BNI hingga semester I 2021 masih terjaga dengan CAR 18% di atas ketentuan minimum 12%. Artinya untuk mengakuisisi suatu bank dengan biaya Rp 1-2 triliun seharusnya bukanlah hal yang harus dikhawatirkan oleh BNI.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ditambah lagi rencana BNI untuk memperkuat permodalan lewat penerbitan global bond. Untuk itulah BNI melakukan audit terhadap laporan keuangan interimnya untuk kuartal 2 tahun ini.

Tren penguatan nilai tukar rupiah dan appetite investor seharusnya menjadi katalis positif untuk penerbitan obligasi global BNI. Di tahun 2021, BNI telah menerbitkan global bond tepatnya Maret lalu.

ADVERTISEMENT

Hasilnya permintaan dari investor membludak mencapai US$ 2,2 miliar atau setara dengan Rp 31,2 triliun dengan asumsi kurs Rp 14.200/US$. Padahal targetnya hanya Rp 7 triliun saja. Artinya global bond BBNI sampai oversubscribed hingga 4,4x.

Buyback saham

Aksi korporasi BNI lain yang patut dicermati adalah rencana untuk melakukan buyback saham. Rencana buyback ini telah mendapatkan izin untuk periode 21 Juli-21 Oktober 2021. BNI sendiri telah menganggarkan buy back sebesar Rp 1,7 triliun dengan target paling sedikit 7,5% dari modal disetor.

Adanya aksi buy back memang dapat mendorong harga saham mengalami apresiasi karena berdampak pada penurunan suplai di pasar. Sepanjang Oktober 2021, harga saham BNI telah naik lebih dari 20%. Tentu ini adalah return yang besar mengingat market cap BNI tidaklah kecil.

Di sisi lain kinerja keuangan BNI juga menunjukkan adanya perbaikan. Berdasarkan laporan keuangan interim auditan perseroan per Juni 2021, laba bersih BNI naik 12,8% year on year (yoy) menjadi Rp 5,03 triliun.

Kenaikan laba bersih tersebut didorong oleh kenaikan pendapatan bunga maupun non-bunga lebih dari 15% yoy. Total dana murah (CASA) BNI konsolidasian juga meningkat dobel digit hingga 11,5% yoy. Di saat yang sama, deposito BNI menurun drastic 8,7% yoy.

Tren kenaikan CASA di tengah penurunan deposito membuat biaya dana (Cost of Fund/CoF) yang dikeluarkan oleh BNI menjadi turun 1,2 poin persentase. Hal inilah yang menyebabkan marjin bunga bersih (net interest margin/NIM) perseroan mampu naik 0,4 poin persentase.

Apabila dilihat dari kualitas asetnya, memang ada peningkatan rasio kredit macet (NPL) sebesar 0,9 poin persentase menjadi 3,9% hingga semester I tahun ini.

Namun demikian rasio Loan at Risk (LaR) BBNI mencatatkan penurunan sebesar 2,2 poin persentase. Dengan adanya pencadangan yang mencukupi dan NPL coverage ratio hingga 215% maka NPL masih cenderung manageable.

Dari sisi aset penyaluran kredit BNI juga mencatatkan pertumbuhan yang positif. Penyaluran kredit BNI hingga paruh pertama tahun ini tumbuh 4,5% yoy di tengah pertumbuhan kredit industri perbankan yang cenderung terkontraksi hingga Juni 2021.

Adanya rencana untuk mencaplok bank BUKU I atau BUKU II, upaya memperkuat permodalan dengan risiko yang terkalkukasi secara cermat, aksi korporasi buy back saham dan perbaikan kinerja keuangan menjadi katalis positif untuk harga saham BBNI.

Konsolidasi Bank Umum Jadi Upaya Penguatan

Sementara itu, Deputi Komisioner Hubungan Masyarakat dan Logistik OJK Anto Prabowo mengatakan konsolidasi Bank Umum merupakan suatu upaya penguatan struktur, ketahanan dan daya saing industri perbankan. Dengan begitu bisa mendukung stabilitas dan pertumbuhan ekonomi nasional.

Konsolidasi juga bisa menjadi upaya untuk mendorong industri perbankan mencapai level yang lebih efisien menuju skala ekonomi yang lebih tinggi.

"Sehingga bank tidak hanya tangguh di lingkup domestik, namun juga kompetitif di lingkup regional dan global," ujar Anto.

Menurut Wimboh, dengan mempertimbangkan persaingan industri jasa keuangan ke depan yang akan semakin ketat dengan era digitalisasi. Dengan demikian, kebutuhan modal juga harus semakin kuat, terutama di sektor perbankan.

"Trennya [di 2021] akan lebih banyak lagi bank yang melakukan akuisisi dan merger," kata Wimboh saat itu.

Kabar dan berita rencana BNI melakukan akuisisi bank sudah pernah terdengar di kalangan para pelaku pasar. Adapun kandidat bank yang diincar ialah bank yang bisa melengkapi bisnis BNI ke depan.


(ncm/ega)

Hide Ads