- Indonesia diterjang air. Lho, kok Indonesia? Yes, ternyata banjir di awal tahun 2020 itu terjadi di mana-mana. Dimulai dari tiga provinsi berdekatan Banten, DKI, dan Jawa Barat. Ada juga di Denpasar Bali, Manado, dan banyak kota lainnya.
Jadi kalau ada yang bilang banjir di Jakarta itu hoax ya hahaha. Nah, kita tidak akan bicara masalah banjirnya kali ini, tapi kita akan menyoroti dari sisi keuangannya.
Buat Anda yang terkena musibah banjir, kami turut prihatin. Semoga diberikan ketabahan dan kesabaran dalam menata tahun 2020 ini.
Buat Anda yang tidak terkena banjir, harus lebih banyak bersyukur dan yuk kita sama-sama bantu teman-teman kita yang sedang tertimpa musibah ini. Karena bisa saja kita jadi korban banjir berikutnya.
Saya pribadi pernah merasakan menjadi korban banjir ketika banjir besar pertama kali melanda kota Jakarta di tahun 1996. Dan saya sendiri bisa melihat bagaimana mobil saya perlahan tapi pasti tenggelam oleh air dan hanya tersisa Âŧ kaca jendela atap atasnya saja (note: mobil saya waktu itu jenis sedan).
Waktu itu kejadiannya saya masih berkuliah di luar negeri dan sedang berlibur di Jakarta. Pas kejadian kebetulan saya sedang menginap ramai-ramai di rumah teman di daerah Cempaka Putih. Dan dilalahnya sebenarnya waktu liburan saya di Jakarta hanya tinggal tersisa dua hari lagi dan lusa saya harus kembali ke Amerika Serikat.
Saya teringat bahwa hujan sudah mulai gerimis dari siang tapi mulai deras sejak sore jam 3-an sampai pagi. Dan di malam hari itu dengan horornya saya bersama teman-teman harus dengan pasrah menyaksikan mobil kami tenggelam (mirip seperti yang teman-teman lihat di banyak video saat ini, masalahnya zaman itu belum ada smartphone pakai kamera).
Rumah teman kami pun letaknya cukup rendah dan tidak bertingkat. Sementara Jakarta belum pernah banjir hebat seperti saat itu (Itu banjir hebat pertama di era tahun 70-90an). Jadi semua orang terkaget dan panik.
Yang pertama kali kami lakukan adalah mencoba menyelamatkan diri. Seluruh daerah cempaka putih saat itu terendam air. Kami harus berjalan kaki menuju ke arah Pramuka.
Air berwarna coklat saat itu sudah setinggi dada sampai ke leher kami (kurang lebih sekitar 1,4 meter deh). Setelah sampai di Pramuka kami minta dijemput oleh teman-teman yang mempunyai 'mobil tinggi' (jenis Suzuki Jimmy, Hard Top, dan teman-temannya).
Kenapa mobil tinggi? Agar bisa masuk ke area banjir karena kalau sedan sudah terendam (daerah dekat pramuka tinggi air sepaha orang dewasa).
Setelah berhasil mendapatkan tempat berteduh dan menginap keesokan harinya kami kembali ke rumah teman kami tersebut untuk membantu membersihkan. Air sudah surut, tapi lumpur masih bersisa banyak.
Beruntung mobil-mobil zaman dahulu masih belum pakai komputer (masih system karburator) dan beruntung mobil saya meskipun pakai komputer, chipnya masih posisi di atas (katanya zaman sekarang komputer mobil banyak yang chipnya di bawah, jadi kalau kerendam banjir sudah pasti kena).
Yang pasti tidak satupun dari kami yang menghidupkan mesin mobil saat itu karena kami yakin masih banyak air di dalam mesin kami. Padahal kalau mesin mobil dinyalakan akibatnya bisa fatal (baca di tulisan artikel berikutnya hal-hal yang tidak dicover asuransi kendaraan ya).
Jadi perlahan kami dorong mobil-mobil kami ke lapangan agar terkena sinar matahari dan membuka seluruh pintu dan kap mobil. Sementara teman kami seluruh perabotannya rusak parah. Kasur tidak bisa dipakai lagi, peralatan elektronik seperti Televisi, Kulkas, dan lainnya semua rusak.
Kami membantu teman kami sebisanya. Saya sendiri masih panic memikirkan mobil saya yang tidak bisa dibawa karena besok malamnya saya harus terbang kembali ke Amerika. Beruntung saya bisa menitipkan kendaraan ke teman untuk di "urusi" mereka dengan baik.
Moral story dari pengalaman saya di tahun 1996 tersebut yang kemudian bisa diterjemahkan dalam konsep perencanaan keuangan untuk kondisi saat ini adalah, apakah Anda siap dengan segala musibah, terutama dari sisi keuangan?
Berikut ini beberapa daftar pertanyaan yang harus Anda jawab:
1. Musibah bisa datang kapan saja, tanpa diduga, dan bisa menimpa siapa saja?
2. Sudahkah Anda bersiap bila musibah tersebut datang?
3. Apakah Anda sudah punya Dana Darurat? Kondisi banjir seperti saat ini adalah salah satu bentuk kondisi darurat.
Apabila Anda mempunyai cukup dana maka uang tersebut bisa Anda pakai untuk :
a. Biaya selama pengungsian (bisa ke hotel atau sewa rumah/apartemen)
b. Biaya membersihkan rumah pasca banjir
c. Biaya membersihkan perabotan pasca banjir
d. Biaya membeli perabotan atau elektronik pasca banjir
e. Biaya berobat anggota keluarga,
f. dll
4. Apakah anda sudah memiliki asuransi untuk rumah beserta asuransi tambahan untuk kebanjirannya?
5. Apakah anda sudah memiliki asuransi kendaraan beserta tambahan asuransi untuk kebanjirannya?
Kalau dari pertanyaan-pertanyaan di atas kebanyakan Anda menjawabnya dengan TIDAK, berarti sudah waktunya Anda mempersiapkan diri lebih baik lagi. Lakukan perhitungan berapa besar dana darurat yang anda butuhkan.
Cari juga asuransi yang Anda butuhkan. Untuk melakukan perhitungan, Anda bisa menggunakan aplikasi ini secara GRATIS yaitu aplikasi Moneesa untuk download bisa cek
di sini.
Selain mencatat pengeluaran, Anda juga sebaiknya berinvestasi dan berasuransi. Sementara untuk memenuhi kebutuhan asuransi Anda bisa cek melalui aplikasi Bregaswaras, bisa diunduh
di sini.
Selain itu Anda juga bisa mengikuti kelas dan workshop, infonya bisa Anda dapatkan dari aplikasi tersebut di atas atau Anda bisa cek
di sini.
OK, kalau menurut pertanyaan-pertanyaan di atas ada sejumlah dana dan biaya yang harus dipersiapkan, seberapa besar sih sebenarnya? Nanti akan kita bahas di artikel berikutnya.