Namun, kini di tengah serangan pandemi Corona yang menghantam industri pariwisata Bali membuat usaha Benny mengalami tantangan besar. Dagangan tempenya cukup sulit terjual karena sedikitnya wisatawan. Dia pun mengaku omzetnya merosot hingga 30%.
Namun tak mau menyerah, dirinya kini mengakali kondisi ini dengan fokus menjual produknya langsung kepada konsumen. Hal itu dilakukan dengan memanfaatkan channel distribusi online, dia merambah berjualan lewat sosial media, website, hingga ke marketplace.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Penurunan kita kan sampai 30%, ini kita mikir lah agar survive gimana ya? Ya kita jadi fokus ke online, kita main ke website, sosmed, marketplace. Semua itu malah baru sebulan dua bulan lho," kata Benny.
Bagi yang berminat untuk memesan iniTempe bisa melalui Instagram @initempeid ataupun mengunjungi toko online iniTempe di beberapa marketplace seperti Shopee hingga Tokopedia.
Tantangan lain yang dirasakan Benny adalah kebosanan dan kecemasan sebagai anak muda yang menjadi pengusaha. Kadang bila mendapat masalah dirinya tak jarang mengeluh dan ingin menyerah. Bila sudah begitu, Benny mengatakan dirinya akan langsung berpikir apa alasan dirinya melakukan hal itu semua.
"Kalau tantangan sejauh ini lebih ke diri sendiri, bagaimana handle usaha, karena saya ini kan masih muda, jadi ada rasa bosan, cemas, sampai wah aku mau nyerah aja lah ini. Kayak lebih ke internal sih kalau kena masalah," kisah Benny.
"Kalau udah begitu aku akan inget lagi why, kenapa aku mau mulai ini, wah aku dulu mau apa tujuannya," sambungnya.
![]() |
Ada tiga hal yang jadi pegangan Benny sebagai pengusaha yang merintis usaha sendiri. Pedoman itu dia sebut 3P, pertama adalah passion alias keinginan dan hasrat untuk jadi pengusaha.
Kemudian yang kedua adalah patience atau kesabaran dan rasa tidak pernah bosan dalam memulai usaha. Lalu yang terakhir adalah persistence alias kegigihan dalam melakukan usaha. Ketiga hal itu menurutnya harus dimiliki oleh semua pengusaha muda yang mau merintis usahanya.
Benny juga mengungkapkan salah satu hal yang membuat dirinya yakin menekuni usaha tempe adalah hasrat untuk membanggakan produk-produk lokal. Menurutnya, tempe merupakan produk lokal, namun pengembangannya di masyarakat itu-itu saja, sehingga anak-anak muda pun tak terlalu tertarik untuk mengkonsumsi tempe.
Di sisi lain, harusnya tempe bisa juga menjadi makanan yang semakin dikenal di dunia dan menjadi representasi bangsa Indonesia. "Ini kan sayang ya banyak produk lokal nggak dikembangkan, biar bisa internasional gitu lho jadi kan jelas ya Indonesia punya budaya sendiri. Makanan Eropa aja bisa gitu masuk ke mana-mana. Buat anak muda juga harus bangga makan tempe," kata Benny.
![]() |
Di sisi lain, dia mengatakan usahanya ini juga mendorong petani lokal kembali bergairah menanam kedelai, karena masih ada pasarnya. Pasalnya, belakangan ini banyak petani lokal yang tidak mau menanam kedelai karena kebanyakan produsen tempe pun menolak pakai produk lokal. Alhasil kedelai impor membanjiri pasar lokal.
"Jadi kita kan pakai kedelai lokal, kita ingin fokus back to local. Agar petani juga yuk nanem lagi kedelai. Kan selama ini peminat kedelai ini menurun, produsennya banyak yang nggak mau pakai. Kalau nggak ada yang tanam kedelai bisa punah," ungkap Benny.
"Bedanya kita dengan tempe lain itu gimana? Kita bikin tempe itu kedelainya dari Grobogan dan kedelai Bali itu di Bali Barat," sebutnya.
(ara/ara)