Kiki ngotot mempertahankan usahanya ini bukan tanpa alasan. Dalam kacamatanya usaha keramik gerabah ini mempunyai peluang usaha tinggi di dunia internasional. Ia menargetkan pasar ekspor.
"Saya juga masih besar hati. Saya masih yakin selama dikasih umur inginlah nanti menawarkan ke dunia produk Indonesia ini (keramik gerabah)," kata Kiki.
Jika sudah bicara potensi pasar global, menurutnya, satu sentra keramik gerabah di Plered ini saja tidak mencukupi. Di Eropa dan Australia mempunyai pasar yang tinggi untuk keramik gerabah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya juga pernah dengan dari Italia itu katanya minat barang fungsi itu setahun 200 kontainer. Itu baru satu buyer, belum negara lain," ungkap dia.
Jika saja pandemi ini tidak ada, Kiki mengatakan pada 2020 banyak perajin gerabah yang sudah ekspor, karena saat itu adalah pasar bebas. Hal itu juga akan berdampak ke perekonomian Indonesia yang meningkat.
Dengan mengendurnya aturan pandemi, Kiki mengatakan, maka peluang usaha global semakin terbuka lebar. Jika tidak ada hal yang membuat dunia bergejolak, tahun depan ekspor akan bisa dilakukan.
Selain peluang usaha yang tinggi, hal yang membuatnya bertahan adalah karena usaha yang dijalankannya ini sudah turun temurun.
"Ini kan istilahnya turun temurun, ini harus tetap dilestarikan. Kalau pun nanti kita ingin ekspansi usaha di bidang yang lain jangan sampai ditinggalkan, pertahankan, karena ini pusaka. Itu kalau orang tua bilang," tutur dia.
Bagi masyarakat yang berminat dengan produk Amari Ceramic, Kiki memberikan penawaran membeli secara retailer dan reseller. Kepada reseller ia akan menjual produknya dari Rp 10 ribu hingga Rp 500 ribu. Sementara untuk retailer harganya dua kali lipat dari itu.
"Kalau ritel kan belinya paling satu atau dua. Kalau reseller bisa semobil, karena orientasinya dia untuk dijual lagi," pungkasnya
(ara/ara)