Kisah Kiki Soemantri Jual Ratusan Gerabah Hingga Bidik Pasar Eropa

Saatnya Jadi Bos

Kisah Kiki Soemantri Jual Ratusan Gerabah Hingga Bidik Pasar Eropa

Aldiansyah Nurrahman - detikFinance
Jumat, 29 Apr 2022 07:00 WIB
Kisah Kiki Soemantri Jual Gerabah Hasilkan Rupiah Hingga Bidik Pasar Eropa
Foto: Dok. Pribadi
Jakarta -

Konon Syekh Abdurakhman yang kelak disebut juga Syekh Panjunan menyebarkan Islam dari Cirebon ke Plered, Purwakarta sembari mengajarkan pembuatan gerabah. Dari penyebaran agama di abad ke-15 itu lah, akhirnya hingga sekarang Plered terkenal akan perajin gerabahnya.

Demikian hal itu disampaikan oleh Pemilik Amari Ceramic, Kiki Soemantri. Ia mengatakan sejak saat itu, perajin gerabah terus menurunkan kemampuannya dan usahanya turun temurun ke garis keturunannya hingga kini, salah satunya adalah dirinya.

Pembuatan gerabah, kata Kiki, terus mengalami transformasi seiring perkembangan zaman, yang sebelumnya masih sangat tradisional hanya menggunakan tangan kini sudah ada beberapa tahapan pembuatan yang menggunakan mesin. Seperti tanah yang merupakan bahan baku gerabah sudah diolah menggunakan penggilingan sekarang yang tadinya menggunakan tangan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Amari Ceramic, dijelaskan Kiki, merupakan usaha kerajinan keramik gerabah yang seluruhnya menggunakan bahan lokal ramah lingkungan, yaitu tanah liat. Keramik gerabah dipilih karena memiliki nilai estetika yang tinggi dan banyak fungsi. Produk yang ditawarkan meliputi pot, bak mandi, dan guci.

"Produknya ada barang fungsi, ada barang hias. Barang hias itu untuk di indoor kaya guci dan barang fungsi kaya pot, buat di outdoor," katanya kepada detikcom, ditulis Jumat (29/4/2022).

ADVERTISEMENT
Kisah Kiki Soemantri Jual Gerabah Hasilkan Rupiah Hingga Bidik Pasar EropaKisah Kiki Soemantri Jual Gerabah Hasilkan Rupiah Hingga Bidik Pasar Eropa Foto: Dok. Pribadi

Usaha Kiki ini sejak dulu mengalami beberapa kali pergantian nama. Untuk nama Amari Ceramic diterapkan sekitar 2016 yang dicetuskan anak Kiki. Anaknya itu juga sedang disiapkan Kiki menggantikan dirinya dalam menjalankan usaha keramik gerabah ini.

Amari Ceramic telah dipasarkan ke beberapa kota termasuk Jakarta, Bandung, Bogor, dan Purwakarta. Bahkan sempat menembus pasar internasional.

"Kalau saya juga pernah bekerjasama dengan eksportir bareng perajin lainnya, sekitar 2003. Awalnya pelan-pelan 20 kontainer dulu, sampai akhirnya 100 kontainer," ungkap Kiki.

Kiki menambahkan, secara hitung-hitungan bulanan Amari Ceramic produksi keramik hingga 500 buah setiap bulannya. Namun, ketika pandemi COVID-19, produksinya merosot tajam.. Tidak tanggung-tanggung penurunan produksinya hingga 70%.

Kemerosotan itu membuat Kiki memutar otak agar usahanya tetap bertahan. Caranya dengan hanya mempekerjakan pekerja lepas untuk membantunya produksi. Ia juga bekerja sama dengan perajin lainnya untuk saling membantu produksi keramik gerabah dan pemasaran.

Berlanjut ke halaman berikutnya.

Kiki ngotot mempertahankan usahanya ini bukan tanpa alasan. Dalam kacamatanya usaha keramik gerabah ini mempunyai peluang usaha tinggi di dunia internasional. Ia menargetkan pasar ekspor.

"Saya juga masih besar hati. Saya masih yakin selama dikasih umur inginlah nanti menawarkan ke dunia produk Indonesia ini (keramik gerabah)," kata Kiki.

Jika sudah bicara potensi pasar global, menurutnya, satu sentra keramik gerabah di Plered ini saja tidak mencukupi. Di Eropa dan Australia mempunyai pasar yang tinggi untuk keramik gerabah.

"Saya juga pernah dengan dari Italia itu katanya minat barang fungsi itu setahun 200 kontainer. Itu baru satu buyer, belum negara lain," ungkap dia.

Jika saja pandemi ini tidak ada, Kiki mengatakan pada 2020 banyak perajin gerabah yang sudah ekspor, karena saat itu adalah pasar bebas. Hal itu juga akan berdampak ke perekonomian Indonesia yang meningkat.

Dengan mengendurnya aturan pandemi, Kiki mengatakan, maka peluang usaha global semakin terbuka lebar. Jika tidak ada hal yang membuat dunia bergejolak, tahun depan ekspor akan bisa dilakukan.
Selain peluang usaha yang tinggi, hal yang membuatnya bertahan adalah karena usaha yang dijalankannya ini sudah turun temurun.

"Ini kan istilahnya turun temurun, ini harus tetap dilestarikan. Kalau pun nanti kita ingin ekspansi usaha di bidang yang lain jangan sampai ditinggalkan, pertahankan, karena ini pusaka. Itu kalau orang tua bilang," tutur dia.

Bagi masyarakat yang berminat dengan produk Amari Ceramic, Kiki memberikan penawaran membeli secara retailer dan reseller. Kepada reseller ia akan menjual produknya dari Rp 10 ribu hingga Rp 500 ribu. Sementara untuk retailer harganya dua kali lipat dari itu.

"Kalau ritel kan belinya paling satu atau dua. Kalau reseller bisa semobil, karena orientasinya dia untuk dijual lagi," pungkasnya


Hide Ads