Konon Syekh Abdurakhman yang kelak disebut juga Syekh Panjunan menyebarkan Islam dari Cirebon ke Plered, Purwakarta sembari mengajarkan pembuatan gerabah. Dari penyebaran agama di abad ke-15 itu lah, akhirnya hingga sekarang Plered terkenal akan perajin gerabahnya.
Demikian hal itu disampaikan oleh Pemilik Amari Ceramic, Kiki Soemantri. Ia mengatakan sejak saat itu, perajin gerabah terus menurunkan kemampuannya dan usahanya turun temurun ke garis keturunannya hingga kini, salah satunya adalah dirinya.
Pembuatan gerabah, kata Kiki, terus mengalami transformasi seiring perkembangan zaman, yang sebelumnya masih sangat tradisional hanya menggunakan tangan kini sudah ada beberapa tahapan pembuatan yang menggunakan mesin. Seperti tanah yang merupakan bahan baku gerabah sudah diolah menggunakan penggilingan sekarang yang tadinya menggunakan tangan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Amari Ceramic, dijelaskan Kiki, merupakan usaha kerajinan keramik gerabah yang seluruhnya menggunakan bahan lokal ramah lingkungan, yaitu tanah liat. Keramik gerabah dipilih karena memiliki nilai estetika yang tinggi dan banyak fungsi. Produk yang ditawarkan meliputi pot, bak mandi, dan guci.
"Produknya ada barang fungsi, ada barang hias. Barang hias itu untuk di indoor kaya guci dan barang fungsi kaya pot, buat di outdoor," katanya kepada detikcom, ditulis Jumat (29/4/2022).
![]() |
Usaha Kiki ini sejak dulu mengalami beberapa kali pergantian nama. Untuk nama Amari Ceramic diterapkan sekitar 2016 yang dicetuskan anak Kiki. Anaknya itu juga sedang disiapkan Kiki menggantikan dirinya dalam menjalankan usaha keramik gerabah ini.
Amari Ceramic telah dipasarkan ke beberapa kota termasuk Jakarta, Bandung, Bogor, dan Purwakarta. Bahkan sempat menembus pasar internasional.
"Kalau saya juga pernah bekerjasama dengan eksportir bareng perajin lainnya, sekitar 2003. Awalnya pelan-pelan 20 kontainer dulu, sampai akhirnya 100 kontainer," ungkap Kiki.
Kiki menambahkan, secara hitung-hitungan bulanan Amari Ceramic produksi keramik hingga 500 buah setiap bulannya. Namun, ketika pandemi COVID-19, produksinya merosot tajam.. Tidak tanggung-tanggung penurunan produksinya hingga 70%.
Kemerosotan itu membuat Kiki memutar otak agar usahanya tetap bertahan. Caranya dengan hanya mempekerjakan pekerja lepas untuk membantunya produksi. Ia juga bekerja sama dengan perajin lainnya untuk saling membantu produksi keramik gerabah dan pemasaran.
Berlanjut ke halaman berikutnya.