Buka-bukaan BI Soal Tantangan Ekonomi di 2020

Wawancara Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia

Buka-bukaan BI Soal Tantangan Ekonomi di 2020

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Senin, 30 Des 2019 18:20 WIB
Foto: Deputi Gubernur BI Destry Damayanti (Sylke Febrina Laucereno)


Di datanya BI yang lebih cepet turun bunga deposito dibanding bunga kredit, memang transmisinya lama?

Ya memang kita juga kemarin kenapa nggak turunin suku bunga BI karena kita lihat transmisinya tertinggal. Kalau di pasar uang kelihatan sekali kita sudah turun 100 bps dan pasar uang juga turun ratusan bps.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kalau di kredit kan 30 bps, kalau di dana 70an bps. Karena memang permintaan kredit itu membuktikan bunga bukan segalanya pertama. Kedua, ya bank sekarang juga lebih banyak yang sedang konsolidasi kan mereka hadapi masa cukup sulit dengan kondisi global seperti itu. Apalagi yang ekspor oriented.

Bagaimanapun kita masih tumbuh 5%, tapi melambat dengan kondisi jadi pasti akan ada yang slowdown ekonominya. Sehingga butuh adjustment, jadi investasi konsumsi masyarakat juga itu akhirnya mungkin membuat investornya juga menahan diri dulu. Dan banknya pun konsolidasi dulu, beresin dulu buku bukunya yang perlu perhatian supaya ngga jadi NPL, konsolidasi lah.

Ketiga dari sisi demandnya mereka yang moodnya wait and see cuma sekarang kan nggak bisa kalau wait and see saja. Makanya dari BI dengan kebijakan makroprudensial kita koordinasi dengan OJK sektor strategis mana yang akan didorong supaya bisa tumbuh.

Jadi ya ini menandakan memang saat ini transmisi belum optimal karena ekonomi kita lagi konsolidasi juga ya. Tapi yang pasti dari kitanya di BI tetap berusaha stabilitasnya terjaga karena buat kita dengan adanya stabilitas itu bisa pengaruhi konfidens. KIta bisa menjaga stabilitas inflasi rendah kan daya beli masyarakat akan kuat. Sehingga orang terus beralih ke konsumsi.

Terus juga nilai tukar juga sama dengan nilai tukar yang stabil kan buat masyarakat, pengusaha itu nilai tukarnya harus stabil. Misal level tertentu, bisa memberi mereka kepastian untuk berbisnis. Misal sekarang di Rp 13.900an, saya impor Rp13,900 saat barang mau hasil produksi kalau nggak stabil tiba tiba rate naik melonjak tinggi kan rugi dia kalau ada kenaikan drastis. Makanya stabilitas itu penting. Nilai tukar ya harus sesuai fundamentalnya. Sekarang kita tidak pernah bicara level.

(kil/zlf)

Hide Ads