Banyak investasi yang keluar?
Sekarang arahnya banyak keluar, semua negara juga begitu. Jadi itu menimbulkan risiko juga ke kita karena ekonomi kita ini cukup dekat dengan China dan secara sentimen juga China panutan buat emerging market, apa yang terjadi di China gampang sekali kena di emerging market termasuk Indonesia. Apalagi China negara nomor dua tujuan ekspor kita juga. Jadi kedekatan secara ekonomi secara realnya cukup besar karena investasi China juga makin besar gara-gara tadi, strategi juga lebih ke outward looking lebih keluar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari global itu kita mungkin belum bisa berharap banyak. Nah sekarang tinggal yang domestik kan sama kita selama ini di-support konsumsi masyarakat yang stabil di 5%. Tapikan at the end konsumsi masyarakat kalau tidak diimbangi dengan investasi nggak bisa sustain.
Makanya kenapa pemerintah bersikeras untuk agar investasi tumbuh dan makanya ada Omnibuslaw karena itu kunci investasi supaya pertumbuhannya bisa sustain. Bank Indonesia sendiripun melihat itu sejauh ini bisa jaga stabilitas, rupiahnya stabil karena juga banyak terobosan yang dilakukan BI, dari instrumen DNDF instrumen repo, fx swap sama BI diaktifkan sehingga kekurangan likuiditas cepat diisi oleh Indonesia.
Ditambah lagi masalah inflasi BI sama sama dengan pemerintah kan punya tim pengendali inflasi daerah (TPID) itu kan berhasil dan bagus ya dengan pemerintah sama-sama kita mengidentifikais penyebab inflasi terbesar di daerah. Jadi memperhatikannya lebih ke daerahnya dan itu sejauh ini bisa dikelompokkan oh ternyata masalah cabai, ayo kita sama-sama tanam cabai atau yang lain. Atau dari pusat melihat komoditi ini langka mau nggak mau mengimpor. At least inflasi terkendali, data inflasi mau keluar ya kita perkirakan sesuai target.
Terus sekarang rupiah relatif stabil, year to date juga membaik. Lalu sekarang apalagi yang perlu dilakukan Bank Indonesia? Karena kan stabilitas itu tidak akan mungkin bertahan lama kalau tidak ada growth, karena itu saling terkait apalagi visi BI berkontribusi nyata untuk pertumbuhan. BI mendukung momentum pertumbuhan ini, makanya kebijakan yang dilakukan BI itu kan dia tidak hanya mengandalkan moneter.
Sementara kalau kita melihat negara-negara lain itu cuma interest rate aja yang mereka hajar. Terakhir mereka mulai quantitative easing, kita kan juga ada makroprudensial, tapi ditambah memperkaya instrumen juga. Misalnya dengan sistem pembayaran karena kita juga kan harus ciptakan yang lebih cepat dan efisien.
Bagaimana menciptakan sistem pembayaran yang agile dan dengan kondisi sekarang digital ekonomi tapi juga bisa cepat aman dan itu sedang dikembangkan oleh BI dan kebijakan yang syariah menggali potensi yang ada. Jadi berbagai ramuan kebijakan ini dilakukan oleh BI supaya dukung program pemerintah termasuk membantu klaster yang terkait dengan inflasi.
Nah jadi kita melihat ke arah sana, kita lihat untuk global belum bisa banyak diandalkan. Jadi domestik harus beralih tidak hanya bisa dari konsumsi. Kan program pemerintah banyak sekali menyasar program subsidi non bbm sudah targeted dan di bawah sudah. Kemudian ada program kesehatan sekolah dan segala macam nah sekarang didorong dari produksinya investasi makanya BI mendukung omnibuslaw yang akan memberikan kemudahan.