Buka-bukaan Nasib Bisnis Penerbangan di Tengah Pandemi

Wawancara Khusus Dirut AP II Muhammad Awaluddin

Buka-bukaan Nasib Bisnis Penerbangan di Tengah Pandemi

Soraya Novika - detikFinance
Senin, 31 Agu 2020 08:30 WIB
Direktur Utama Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin
Foto: Rini Friastuti/detikcom

Rencana bisnis apa saja yang tertunda akibat COVID-19?

Sebagian besar rencana business-nya adalah di pengembangan infrastruktur bandara dan itu rata-rata sebagian besar juga adalah di gedung terminal, jadi kalau di Airside Facilities kebetulan projek-projek besarnya alhamdulillah sebelum COVID-19 melanda itu sudah selesai seperti Runway 3 sudah selesai, kemudian east cross taxiway itu sudah selesai.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kemudian yang cukup besar itu kan pengembangan Terminal 3 dengan penambahan extension di Pier 1, ini juga sudah selesai. Ada beberapa yang memang seperti hotel Terminal 3 kebetulan juga sudah selesai, jadi memang yang cukup berdampak ini adalah beberapa yang memang perluasan atau pengembangan infrastruktur bandara khususnya gedung terminal tapi di luar Soekarno Hatta.

Contoh misalnya di Bandara Internasional Minangkabau, kita sedang perluasan kapasitas, di Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru kita juga sedang pengembangan kapasitas, di Bandara Depati Amir di Bangka itu juga sedang pengembangan, perluasan kapasitas gedung terminal. Terus kemudian juga di Bandara Supadio Pontianak kita sedang melakukan perpanjangan runway dari 2.500 meter menjadi 3.000 meter. Kemudian juga ada beberapa bandara-bandara kecil lainnya.

ADVERTISEMENT

Tapi menurut saya tidak terlalu signifikan dibanding dengan yang tadi saya sebutkan, sehingga hal-hal tersebut, kita memang melakukan rescheduling. Jadi program-program yang kita lakukan itu adalah termasuk dalam fase business survival yang sedang kita jalankan.

Jadi business survival period yang sebenarnya kita lakukan sejak 1 April sampai dengan hari ini. AP II dalam strategi business continuity manajemennya itu menjalankan periode business survival. Kami memperkirakan business survival period ini masih akan berlangsung sampai 31 Desember 2020.

Sehingga, jika kita lihat apa saja yang kemudian menjadi strategi AP II setelah COVID-19 pandemic ini melanda kami melakukan rescheduling untuk penyelesaian-penyelesaian pekerjaan-pekerjaan tadi.

Untuk diketahui, AP II capex-nya tahun 2020 ini yang sudah disetujui pemegang saham itu adalah sebesar Rp 7,8 triliun tapi karena COVID-19 ini melanda dengan konteks tadi business survival tadi kita melakukan 3 hal. Pertama, kita melakukan cost leadership. Kemudian kita juga melakukan penataan cashflow, jadi cash flow manajemen kita sangat ketat. Termasuk juga untuk program-program pembiayaan infrastruktur tadi.

Nah yang ketiga itu adalah capex disbursement yang kita lakukan. Nah capex disbursement ini yang kita lakukan ini cukup signifikan.

Sehingga tahun ini merupakan tahun relaksasi untuk pengembangan infrastruktur dari sebelumnya capex kita yang sudah disetujui pemegang saham tadi Rp 7,8 triliun kemudian kita pangkas hampir 90% lebih menjadi hanya sekitar Rp 712 miliar saja, di mana Rp 712 miliar itu lebih kepada bagaimana menjaminkan untuk proyek-proyek multiyears.

Kemudian juga menjaminkan bahwa pengembangan-pengembangan infrastruktur bandara yang membutuhkan jaminan terhadap compliance ke regulasi 3S+1C. Sehingga safety penerbangan, security penerbangan dan juga service penerbangan itu bisa kita jaminkan.

Oleh karena itu, yang kita potong dan pangkas itu adalah benar-benar program di luar prioritas. Yang direalisasikan adalah program prioritas seperti untuk menjaminkan proyek-proyek yang multiyears yang on going



Simak Video "Momen Cium Tangan dan Kawal Bahar Smith Bikin 3 Petugas Bandara Dipecat"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads