Retak di Pesawat Garuda & Sriwijaya, Nih Peternak Babi Berharta Rp 196 T

Round-Up 5 Berita Terpopuler

Retak di Pesawat Garuda & Sriwijaya, Nih Peternak Babi Berharta Rp 196 T

Trio Hamdani - detikFinance
Selasa, 15 Okt 2019 21:30 WIB
Retak di Pesawat Garuda & Sriwijaya, Nih Peternak Babi Berharta Rp 196 T
Ilustrasi/Foto: Hendra Kusuma
Jakarta - Berita terpopuler detikFinance Selasa (15/10/2019) adalah tentang keretakan di pesawat Boeing Garuda Indonesia dan Sriwijaya Air. Menurut Direktur Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Avirianto, hasil pemeriksaan yang telah dilakukan per 10 Oktober 2019, menjelaskan bahwa ada 1 dari 3 pesawat B737NG milik Garuda. Sementara 2 dari 5 pesawat Sriwijaya Air yang retak.

Selain itu berita terpopuler lainnya adalah pengusaha babi asal China berharta Rp 196 triliun. Berdasarkan laporan dari Hurun, mereka jadi orang terkaya di China peringkat ke 15 karena sudah menjual sebanyak 5,8 juta ekor babi. Kekayaan Qin dan Qian mencapai US$ 14 miliar atau sekitar Rp 196 triliun (Rp 14.000/US$).

Mau tahu informasi selengkapnya? Baca 5 berita detikFinance terpopuler berikut ini:
Avirianto, Direktur Kelaikudaran dan Pengoperasian Pesawat Udara Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menjelaskan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan per 10 Oktober 2019, menjelaskan bahwa ada 1 dari 3 pesawat B737NG milik Garuda mengalami keretakan yang berumur lebih dari 30.000 FCN, serta 5 pesawat milik Sriwijaya Air, ditemukan 2 dari 5 pesawat yang mengalami keretakan juga berumur lebih dari 30.000 FCN.

Berdasarkan hasil dari pemeriksaan pada pesawat B737NG yang berumur lebih dari 30.000 FC per 10 Oktober 2019, ditemukan 3 pesawat yang mengalami keretakan, dan harus diberhentikan beroperasi sambil menunggu hasil dari rekomendasi lebih lanjut dari pihak Boeing.

"Selanjutnya DKPPU meminta kepada operator yang mengoperasikan B737NG yaitu Garuda Indonesia, Lion Air, Batik Air dan Sriwijaya Air, untuk memasukkan pemeriksaan atau inspeksi sesuai DGCA AD 19-10-003, kedalam Maintenance Program dengan interval rutin setiap 3500 Flight Cycle (FC)," tutur Avirianto

Baca selengkapnya di sini: Ada Retak di Pesawat Boeing Garuda dan Sriwijaya Air

Qin Yinglin dan istri Qian Ying boleh jadi peternak paling sukses di dunia. Karena profesinya beternak babi, mereka jadi orang terkaya di China.

Qin Yinglin dan Qian Ying mulai beternak babi sejak 1992. Dikutip dari Forbes, Senin (14/10/2019), saat itu mereka mulai beternak 22 ekor babi.

Berdasarkan laporan dari Hurun, mereka jadi orang terkaya di China peringkat ke 15 karena sudah menjual sebanyak 5,8 juta ekor babi. Kekayaan Qin dan Qian mencapai US$ 14 miliar atau sekitar Rp 196 triliun (Rp 14.000/US$). Kekayaan tersebut didapatkan setelah mereka menjual 5,8 juta ekor babi saat harga hewan ternak tersebut sedang tinggi-tingginya.

Baca selengkapnya di sini: Nih Peternak Babi Berharta Rp 196 T yang Jadi Orang Terkaya China

Penurunan permukaan tanah di Jakarta jadi persoalan serius. Di wilayah utara Jakarta, air laut sudah menembus batas dan masuk ke wilayah permukiman.

Badan Geologi Kementerian ESDM mencatat, dari hasil pemantauan dengan GPS Geodetic, laju penurunan tanah di Jakarta Utara mencapai 12 cm setiap tahunnya. Jika dibiarkan bukan tidak mungkin Jakarta akan tenggelam secara harafiah.

Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Rudy Suhendar mengaku tidak mengetahui secara pasti kapan Jakarta akan tenggelam. Tapi menurutnya dampak terburuk itu bisa benar terjadi ratusan tahun mendatang.

"Kapannya si saya nggak tahu. Tapi indikasinya bisa dilihat dari benteng di garis pantai teluk Jakarta sudah masuk air laut. Tapi Jakarta kan luas, perlu ratusan tahun. Mungkin kalau puluhan tahun saya tidak percaya. Tapi indikasi Jakarta mulai kemasukan air laut sudah terlihat," ujarnya dalam acara Media Gathering 'Selamatkan Air Tanah Jakarta, Sekarang atau Tunggu Jakarta Tenggelam di Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (15/10/2019).

Baca selengkapnya di sini: Air Laut Sudah Sampai Monas, Kapan Jakarta Tenggelam?

Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan memastikan Perpres 51/2014 yang memungkinkan Teluk Benoa untuk reklamasi masih berlaku. Gubernur Bali Wayan Koster meminta polemik ini dihentikan, apalagi setelah terbitnya Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti yang menjadikan Teluk Benoa menjadi kawasan konservasi.

"Perpres memang tidak dicabut tapi Sarbagita (Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan). Memang di dalamnya ada pengaturan Teluk Benoa sebagai kawasan yang bisa dimanfaatkan dalam perpres, tapi jangan lupa untuk melaksanakan perpres ada kewenangan menteri teknis yaitu menteri kelautan dan perikanan," kata Koster kepada wartawan di Denpasar, Bali, Senin (15/10/2019).

Koster pun tegas meminta Luhut tidak berpolemik lagi soal reklamasi di Teluk Benoa. Dia menegaskan dengan Keputusan Menteri Susi, reklamasi di kawasan Teluk Benoa tidak bisa dilakukan.

"Jadi berhentilah berpolemik. Kan Pak Menko cuma bilang perpres 51 masih berlaku, tapi tidak bisa dilaksanakan. Saya minta Pak Menko sebaiknya jangan lagi berpolemik, diam saja," tutur Koster.

Baca selengkapnya di sini: Koster ke Luhut soal Reklamasi Benoa: Jangan Berpolemik, Diam Saja!

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sudah menetapkan Teluk Benoa jadi Kawasan Konservasi Maritim (KKM) sesuai Kepmen KKP 46 tahun 2019. Di Teluk Benoa sendiri terdapat satu proyek reklamasi garapan PT Tirta Wahana Bali Internasional (TWBI).

Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut (PRL) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Brahmantya Satyamurti Poerwadi, mengatakan proyek reklamasi akan dihentikan. Karena nantinya, kawasan Teluk Benoa akan dijadikan kawasan perlindungan maritim.

"Memang ada reklamasi di titik tadi, semua pihak harus mengikuti (Kepmen) dan tidak melakukan reklamasi, pihak yang punya izin lokasi juga kan belum melakukan apa-apa. Itu saja, mereka juga akan berkoordinasi dengan kita," jelas pria yang akrab disapa Tyo ini, Selasa (15/10/2019).

Baca selengkapnya di sini: Luhut Bilang Reklamasi Benoa Jalan Terus, Kok Susi Bilang Setop?

Hide Ads