Nama Gojek makin besar dan dikenal masyarakat di Indonesia. Apalagi kini Gojek resmi bergabung dengan Tokopedia, membuat kapasitas perusahaan rintisan itu makin besar.
Gojek dan Tokopedia yang akhirnya resmi merger ini diketahui dari tayangan video yang diunggah di akun YouTube resmi Gojek Indonesia dan juga Tokopedia. Usai merger, keduanya disebut-sebut sebagai grup teknologi terbesar di Indonesia.
Di deskripsi video berjudul GoTo: Go Far, Go Together tersebut, disebutkan GoTo adalah sebuah ekosistem yang memudahkan masyarakat Indonesia untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari dan mendorong lebih banyak orang untuk berpartisipasi dalam ekonomi digital, sehingga dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi bangsa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: GoTo Lahir, Gojek Buka-bukaan soal IPO |
Nah jauh sebelum itu, Gojek ternyata awalnya dibesut hanya sebagai call center. Nadiem Makarim menjadi sosok vital di balik hal tersebut, berawal dari keresahannya untuk mendapatkan ojek di Jakarta, Nadiem membangun Gojek.
"Awal mulanya idenya datang dari kekesalan saya sewaktu naik ojek untuk ke mana-mana di Jakarta. Saya adalah pengguna setia ojek dan untuk saya, ini adalah tentang mengalahkan kemacetan, tetapi harganya sangat tidak transparan, saya sering juga tidak bisa menemukan ojek saat jam sibuk dan biasanya sulit diandalkan," kata Nadiem dalam wawancaranya dengan CNBC, seperti dikutip, Selasa (3/7/2018) silam.
Nadiem pun beranjak membuat pergerakan, di sekitar tahun 2010, dia membentuk Go-Biz, sebuah layanan pesan ojek dengan medium telepon. Layanan itu bisa dibilang adalah embrio terbentuknya Gojek seperti sekarang.
Saat mendirikan Go-Biz di 2010, Nadiem hanya memiliki kantor berukuran 5 x 7 meter saja. Konsumen yang ingin memakai jasanya harus terlebih dahulu menelepon ke call center tersebut untuk mendapatkan driver yang terdekat dengan konsumen. Semua murni dilakukan dari awal, bahkan terkadang Nadiem ikut menjadi penerima telepon untuk memesan ojek.
Saat itu, untuk tukang ojeknya, Nadiem mulai dari yang berada di dekatnya. Pak Mulyono namanya, seorang tukang ojek yang tinggal di dekat rumahnya. Pak Mulyono menjadi mitra pengemudi pertama yang direkrut Nadiem, kemudian menyusul 19 orang lainnya.
"Jadinya manual sistemnya. Kalau ada yang ingat, pesan Gojek ya seperti itu. Harus telepon dulu, terus kata CS-nya 'ok tunggu bentar ya', kemudian ditutup, lalu ditelepon driver satu per satu driver sampai ada yang nerima. Kalau beruntung, driver bisa datang 15 menit," kisah Nadiem saat merayakan 9 tahun Gojek, di kantor Gojek, Pasaraya Blok M, Jakarta, Senin (22/7/2019).
Sebagai perusahaan rintisan, suntikan modal jadi hal penting untuk melakukan ekspansi. Namun, Nadiem bercerita di awal-awal pendirian Go-Biz, tak ada satupun yang mau ikut mendanai perusahaan rintisan tersebut.
Bahkan Nadiem mengatakan dirinya harus pinjam uang ke orang terdekat, bahkan sambil bekerja di tempat lain demi menjaga dan mempertahankan keuangan perusahaan yang dia rintis itu.
"Nggak ada yang mau mendanai Gojek. Jadinya kita harus bersusah-susah mencari pendanaan sendiri, pinjam uang ke teman, keluarga, dan lain-lain. Saya pun harus bekerja di tempat lain untuk mencari nafkah buat saya dan juga menomboki perusahaan Gojek. Itu suatu periode yang tidak mudah," tutur Nadiem.
Berlanjut ke halaman berikutnya.
Lihat Video: 5 Fakta Merger Gojek dan Tokopedia yang Lahirkan GoTo