Fakta di Balik Dolar AS yang Nyaris Tembus Rp 14.000

Fakta di Balik Dolar AS yang Nyaris Tembus Rp 14.000

Hendra Kusuma - detikFinance
Rabu, 25 Apr 2018 07:27 WIB
Fakta di Balik Dolar AS yang Nyaris Tembus Rp 14.000
Foto: Agung Pambudhy
Jakarta - Dolar Amerika Serikat (AS) terus menunjukkan keperkasaannya dengan berada di level Rp 13.970. Kemarin mata uang Paman Sam ini 30 poin lagi menyentuh Rp 14.000.

Dikutip dari Reuters, Selasa (24/4/2018), Level tertinggi dolar AS Rp 13.970 tidak bertahan lama. Dolar AS terhadap rupiah perlahan turun dan kini berada di level Rp 13.895.

Depresiasi rupiah ini memberikan banyak dampak terhadap perekonomian nasional. Bahkan, utang pemerintah pun makin bengkak karena rupiahnya melemah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pemerintah diharapkan tidak tinggal diam dengan fenomena pelemahan rupiah yang dianggap karena ketidakpastian global ini.

Bagaimana cerita selengkapnya, simak beberapa faktanya di sini:
Total utang pemerintah bisa makin bengkak lantaran terdampak oleh pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Total utang pemerintah per Maret 2018 sebesar Rp 4.136,49 triliun, dengan porsi valuta asing (valas) sebesar US$ 109,6 miliar. Pada periode tersebut, dolar dihitung Rp 13.700.

Sementara saat ini dolar nyaris tembus ke level Rp 14.000. Maka artinya, ketika utang valas dikonversikan ke rupiah, maka nilainya menjadi lebih besar.

"Total stok utang akan meningkat (menurun) ketika dirupiahkan dengan kurs yang lebih tinggi (rendah)," kata Kepala Subdirektorat Perencanaan dan Strategi Pembiayaan DJPPR Kementerian Keuangan, Erwin Ginting saat dihubungi detikFinance, Jakarta.

Hal yang sama ketika terjadi kondisi sebaliknya. Total utang pemerintah pun akan mengalami penurunan jika nilai tukar mengalami penguatan alias apresiasi terhadap dolar AS.

Erwin mengatakan total utang pemerintah akan bertambah Rp 10,96 triliun setiap terjadi pelemahan Rp 100 per dolar AS.

"Jadi dengan stok utang valas sebesar US$ 109,6 miliar, bisa terjadi depresiasi Rp 100 per dolar AS, utangnya nambah Rp 10,96 triliun," kata Erwin.

Erwin menjelaskan, utang pemerintah dalam valas terdiri dari beragam mata uang. Tiga yang dominan, yaitu dolar AS, euro, dan yen. Namun bila disetarakan, maka utang dalam bentuk valas ekuivalen dengan US$ 109,6 miliar.

Dengan demikian, pelemahan rupiah pada saat ini akan membuat total utang menjadi lebih besar. Kemarin dolar AS sempat berada di level Rp 13.940.

Erwin meminta masyarakat tidak terlalu khawatir. Utang pemerintah dalam mata uang asing ini tidak serta merta langsung dibayar atau dilunasi pada saat ini juga, melainkan sudah sesuai dengan jatuh temponya.

"Kembali lagi, keseluruhan utang itu punya jatuh temponya yang dikelola sedemikian rupa sehingga tidak memberatkan saat pembayaran kembali," jelas dia.

Penguatan mata uang dolar Amerika Serikat (AS) membuat nilai tukar rupiah terus terperosok. Hal ini juga menjadi suatu yang tidak diinginkan oleh para pelaku industri di tanah air.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan stabilitas nilai tukar menjadi suatu yang penting bagi pelaku industri dalam menjalankan bisnisnya.

"Pelemahan rupiah tentu stabilitas mata uang rupiah penting bagi industri. Jadi kalau mata uang yang tidak stabil itu tentu tidak dikehendaki oleh para pengusaha," kata Airlangga usai acara Munas X Apindo di Grand Sahid Jaya, Jakarta.

Dia menyebut depresiasi rupiah terhadap dolar AS menyebabkan dua hal, positif dan negatif bagi pelaku industri. Positifnya, bagi industri yang menjalankan ekspor akan mendapatkan penghasilan yang lebih besar, sedangkan untuk yang impor akan mengeluarkan uang lebih banyak.

Oleh karena itu, Airlangga meminta kepada Bank Indonesia (BI) untuk tetap menstabilkan nilai tukar rupiah.

"Yang penting dia harus stabil, kalau impor sudah pasti lebih mahal, kalau ekspor bisa dapat tambahan, kalau utang ya tambah. Tugas utama Bank Indonesia kan menjaga stabilitas mata uang," tutup dia.

Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menilai melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS karena faktor eksternal. Salah satunya karena banyak dana investor yang kembali ke Amerika.

"Seperti dijelaskan oleh Bank Indonesia, kan hampir (semua) mata uang di Asia ini melemah dengan USD karena ada perkembangan di Amerika tentu. Ada suatu optimism sehingga banyak kembali, dana-dana investment Amerika itu kembali ke Amerika sehingga menyebabkan mata uang di Asia ini melemah. Itu terjadi semua berarti faktor eksternal," kata JK di kantornya di Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat.

Lanjut JK, setiap pelemahan rupiah terhadap dolar AS akan memberi dampak terhadap ekspor dan impor. Pelemahan rupiah terhadap dolar AS akan baik untuk ekspor dan buruk untuk impor.

"Ya setiap pelemahan begitu, pasti bagus untuk ekspor, tapi tidak bagus untuk impor," ujarnya.

Sebagai dampak pelemahan rupiah, cadangan devisa negara dikatakan JK hanya bisa ditambah dengan meningkatkan ekspor. Salah satu yang diupayakan pemerintah dengan memperluas perdagangan ke luar negeri.

Sementara itu, Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) meminta pemerintah tidak panik menanggapi penguatan mata uang dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah belakangan ini.

Ketua Umum Apindo Hariyadi Sukamdani mengatakan depresiasi rupiah terhadap dolar AS yang terjadi lebih dikarenakan faktor eksternal.

"Sebetulnya sudah bisa diprediksi akan terjadi pelemahan, sekarang ini yang penting pemerintah tidak panik, karena memang sangat pengaruh dari kebijakan The Fed, mereka ada target menaikkan suku bunga 4 kali," kata Hariyadi di Grand Sahid Jaya, Jakarta.

Hariyadi menyebut, tugas pemerintah saat ini harus benar-benar mendorong ekspor lebih tinggi lagi. Hal ini sebagai memanfaatkan momen depresiasi. Sebab, jika rupiah melemah maka uang yang didapat dari ekspor pun akan semakin banyak.

Hasil dari ekspor pun bisa dikelola sebagai cadangan devisa (cadev) yang nantinya bisa digunakan untuk intervensi pasar.

Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono punya pandangan soal pelemahan nilai tukar rupiah yang terjadi saat ini. Menurutnya, setiap orang harus bijak menyikapi kondisi ini dan tidak cepat merespons negatif atas pelemahan yang terjadi.

"Nilai tukar dolar terhadap rupiah sekarang ini berubah dengan cepat naiknya relatif tajam di satu minggu terakhir ini dan dikatakan rupiah melemah. Saya pantau 1 dolar amerika itu sama dengan Rp 14.000. Cara membacanya gini. Kalau kenaikan harga dolar ini berlaku di kawasan Asia atau seluruh dunia memang itu akibat dari kebijakan AS peningkatan suku bunga. Jadi boleh dikatakan akan begitu (rupiah melemah karena faktor eksternal)," kata SBY dikutip dari video yang diunggah oleh Humas Partai Demokrat Imelda Sari dalam akun Facebook-nya.

Namun, kata dia, pemerintah dan pemangku kebijakan jangan juga terlena. Karena masih ada potensi pelemahan rupiah disebabkan oleh faktor dalam negeri. Ia meminta pemerintah lebih cermat mengawasi berbagai aspek yang mempengaruhi.

"Kalau pelemahan itu tajam pelemahan nilai rupiah nilai tukar kita jauh lebih buruk dibandingkan negara negara lain, ini harus hati hati betul. Ini harus diwaspadai, ada apa?" kata dia.

Bila memang ditemukan ada indikasi masalah di dalam negeri, SBY meminta pemerntah saat ini bertindak cepat.

"Harapan saya, pemerintah, Bank Indonesia, pemerintah sendiri segera melakukan langkah-langkah untuk jangan sampai ini terjadi kepanikan. Awas ini bisa seperti dulu, akhirnya berlomba lomba membeli dolar. Tambah jatuh rupiah kita," ujar dia.

Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono punya pandangan soal pelemahan nilai tukar rupiah yang terjadi saat ini. Menurutnya, setiap orang harus bijak menyikapi kondisi ini dan tidak cepat merespons negatif atas pelemahan yang terjadi.

"Nilai tukar dolar terhadap rupiah sekarang ini berubah dengan cepat naiknya relatif tajam di satu minggu terakhir ini dan dikatakan rupiah melemah. Saya pantau 1 dolar amerika itu sama dengan Rp 14.000. Cara membacanya gini. Kalau kenaikan harga dolar ini berlaku di kawasan Asia atau seluruh dunia memang itu akibat dari kebijakan AS peningkatan suku bunga. Jadi boleh dikatakan akan begitu (rupiah melemah karena faktor eksternal)," kata SBY dikutip dari video yang diunggah oleh Humas Partai Demokrat Imelda Sari dalam akun Facebook-nya.

Namun, kata dia, pemerintah dan pemangku kebijakan jangan juga terlena. Karena masih ada potensi pelemahan rupiah disebabkan oleh faktor dalam negeri. Ia meminta pemerintah lebih cermat mengawasi berbagai aspek yang mempengaruhi.

"Kalau pelemahan itu tajam pelemahan nilai rupiah nilai tukar kita jauh lebih buruk dibandingkan negara negara lain, ini harus hati hati betul. Ini harus diwaspadai, ada apa?" kata dia.

Bila memang ditemukan ada indikasi masalah di dalam negeri, SBY meminta pemerntah saat ini bertindak cepat.

"Harapan saya, pemerintah, Bank Indonesia, pemerintah sendiri segera melakukan langkah-langkah untuk jangan sampai ini terjadi kepanikan. Awas ini bisa seperti dulu, akhirnya berlomba lomba membeli dolar. Tambah jatuh rupiah kita," ujar dia.

Direktur Utama PLN Sofyan Basir menyampaikan nilai tukar rupiah terus melemah terhadap dolar AS sangat berpengaruh bagi Keuangan PLN, apalagi perseroan diamanatkan tidak menaikkan tarif listrik hingga 2019.

"(Pelemahan rupiah, listrik tidak naik berpengaruh ke keuangan PLN), sangat," kata Sofyan ditemui di Kompleks DPR RI, Jakarta.

Nilai tukar ini begitu berpengaruh lantaran material yang digunakan untuk memproduksi listrik dibeli menggunakan dolar AS.

Lantas, bagaimana PLN mengantisipasi pelemahan nilai tukar itu?

"Ya tetap nggak ada antisipasi. Itu kan memang ada selisih setiap Rp 100 ada konsekuensi sekian nambah biaya. Gitu aja. Kita cari uangnya nanti," sebut Sofyan.

"Memang ada kurs (nilai tukar) ya, yang agak lompat-lompat, kurs (dolar AS terhadap rupiah) memang ada tekanan kepada kami," kata Sofyan.

Direktur Utama PLN Sofyan Basir menyampaikan nilai tukar rupiah terus melemah terhadap dolar AS sangat berpengaruh bagi Keuangan PLN, apalagi perseroan diamanatkan tidak menaikkan tarif listrik hingga 2019.

"(Pelemahan rupiah, listrik tidak naik berpengaruh ke keuangan PLN), sangat," kata Sofyan ditemui di Kompleks DPR RI, Jakarta.

Nilai tukar ini begitu berpengaruh lantaran material yang digunakan untuk memproduksi listrik dibeli menggunakan dolar AS.

Lantas, bagaimana PLN mengantisipasi pelemahan nilai tukar itu?

"Ya tetap nggak ada antisipasi. Itu kan memang ada selisih setiap Rp 100 ada konsekuensi sekian nambah biaya. Gitu aja. Kita cari uangnya nanti," sebut Sofyan.

"Memang ada kurs (nilai tukar) ya, yang agak lompat-lompat, kurs (dolar AS terhadap rupiah) memang ada tekanan kepada kami," kata Sofyan.

Wakil Ketua DPR RI, Taufik Kurniawan mengingatkan, pemerintah dan Bank Indonesia harus mengantisipasi pelemahan nilai tukar rupiah ini. Menurutnya, fundamental ekonomi harus diperkuat. BI harus melakukan intervensi terhadap hal ini, sehingga rupiah pun dapat kembali menguat.

"Kita tentu tidak ingin kurs rupiah tembus Rp 14.000, atau bahkan Rp 15.000. Pemerintah dan BI tak bisa terus menyalahkan kondisi global. BI harus melakukan intervensi dan stabilisasi nilai tukar rupiah," tegas Taufik di Jakarta.

Dia khawatir, pelemahan ini berdampak besar pada Indonesia. Selain memberikan pengaruh pada kondisi utang Indonesia, hal ini juga berpengaruh kepada dunia usaha. Terutama bagi usaha yang mengandalkan bahan baku impor, yang transaksinya menggunakan dolar AS. Namun hal positif dapat didapatkan industri yang menjalankan ekspor, karena akan mendapatkan penghasilan yang lebih besar.

"Pengaruh eksternal memang ada. Tapi kita lihat, kondisi ekonomi dalam negeri baik-baik saja, sehingga seharusnya rupiah dalam kondisi stabil. Kita berharap, antisipasi dari pemerintah dan BI dapat mempercepat penguatan rupiah, sehingga pelemahan ini hanya temporari saja," imbuh Taufik.

Penguatan mata uang dolar AS membuat nilai tukar rupiah terus terperosok. Bahkan kondisi ini terus berlanjut dan tidak menutup kemungkinan dolar AS bisa tembus Rp 14.000.

Wakil Ketua DPR RI, Taufik Kurniawan mengingatkan, pemerintah dan Bank Indonesia harus mengantisipasi pelemahan nilai tukar rupiah ini. Menurutnya, fundamental ekonomi harus diperkuat. BI harus melakukan intervensi terhadap hal ini, sehingga rupiah pun dapat kembali menguat.

"Kita tentu tidak ingin kurs rupiah tembus Rp 14.000, atau bahkan Rp 15.000. Pemerintah dan BI tak bisa terus menyalahkan kondisi global. BI harus melakukan intervensi dan stabilisasi nilai tukar rupiah," tegas Taufik di Jakarta.

Dia khawatir, pelemahan ini berdampak besar pada Indonesia. Selain memberikan pengaruh pada kondisi utang Indonesia, hal ini juga berpengaruh kepada dunia usaha. Terutama bagi usaha yang mengandalkan bahan baku impor, yang transaksinya menggunakan dolar AS. Namun hal positif dapat didapatkan industri yang menjalankan ekspor, karena akan mendapatkan penghasilan yang lebih besar.

"Pengaruh eksternal memang ada. Tapi kita lihat, kondisi ekonomi dalam negeri baik-baik saja, sehingga seharusnya rupiah dalam kondisi stabil. Kita berharap, antisipasi dari pemerintah dan BI dapat mempercepat penguatan rupiah, sehingga pelemahan ini hanya temporari saja," imbuh Taufik.

Penguatan mata uang dolar AS membuat nilai tukar rupiah terus terperosok. Bahkan kondisi ini terus berlanjut dan tidak menutup kemungkinan dolar AS bisa tembus Rp 14.000.

Hide Ads