Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menilai melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS karena faktor eksternal. Salah satunya karena banyak dana investor yang kembali ke Amerika.
"Seperti dijelaskan oleh Bank Indonesia, kan hampir (semua) mata uang di Asia ini melemah dengan USD karena ada perkembangan di Amerika tentu. Ada suatu optimism sehingga banyak kembali, dana-dana investment Amerika itu kembali ke Amerika sehingga menyebabkan mata uang di Asia ini melemah. Itu terjadi semua berarti faktor eksternal," kata JK di kantornya di Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat.
Lanjut JK, setiap pelemahan rupiah terhadap dolar AS akan memberi dampak terhadap ekspor dan impor. Pelemahan rupiah terhadap dolar AS akan baik untuk ekspor dan buruk untuk impor.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagai dampak pelemahan rupiah, cadangan devisa negara dikatakan JK hanya bisa ditambah dengan meningkatkan ekspor. Salah satu yang diupayakan pemerintah dengan memperluas perdagangan ke luar negeri.
Sementara itu, Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) meminta pemerintah tidak panik menanggapi penguatan mata uang dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah belakangan ini.
Ketua Umum Apindo Hariyadi Sukamdani mengatakan depresiasi rupiah terhadap dolar AS yang terjadi lebih dikarenakan faktor eksternal.
"Sebetulnya sudah bisa diprediksi akan terjadi pelemahan, sekarang ini yang penting pemerintah tidak panik, karena memang sangat pengaruh dari kebijakan The Fed, mereka ada target menaikkan suku bunga 4 kali," kata Hariyadi di Grand Sahid Jaya, Jakarta.
Hariyadi menyebut, tugas pemerintah saat ini harus benar-benar mendorong ekspor lebih tinggi lagi. Hal ini sebagai memanfaatkan momen depresiasi. Sebab, jika rupiah melemah maka uang yang didapat dari ekspor pun akan semakin banyak.
Hasil dari ekspor pun bisa dikelola sebagai cadangan devisa (cadev) yang nantinya bisa digunakan untuk intervensi pasar.