Bank Indonesia (BI) terus memantau penguatan mata uang dolar Amerika Serikat (AS) dan dampaknya terhadap nilai tukar rupiah. Intervensi dilakukan setiap hari untuk memastikan rupiah tetap stabil.
Gubernur BI Perry Warjiyo memastikan komitmen bank sentral untuk terus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah gejolak global.
"BI selalu berada di pasar dan hampir setiap hari, bahkan setiap hari kita intervensi baik di pasar spot maupun domestik non delivery forward agar rupiah tetap stabil," kata Perry dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta Pusat, Rabu (19/2/2025).
Baca juga: Rupiah Keok, Dolar AS Sentuh Rp 16.355 |
Perry menilai kestabilan nilai tukar diukur dari setaranya dengan mata uang negara-negara berkembang. Menurutnya, stabilitas penting untuk memastikan ekonomi Indonesia terus bergulir.
"Negara-negara berkembang yang menjadi peer group kita ada China, Korea, Malaysia, Thailand, India dan Singapura, itu setaranya di situ kita arahkan. Stabilitas adalah yang paling penting agar ekonomi kita terus bergulir. Tidak ada suatu negara ekonominya bergulir tanpa adanya stabilitas termasuk stabilitas nilai tukar rupiah," beber Perry.
Berdasarkan data hingga 18 Februari 2025, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diklaim menguat sebesar 0,15% point to point dibandingkan dengan level pada akhir Januari 2024. Meski begitu, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS secara year to date yaitu dari akhir Desember 2024 mengalami depresiasi sebesar 1,06%.
Perry menilai rupiah relatif stabil jika dibandingkan dengan kelompok mata uang negara berkembang mitra dagang utama Indonesia. Sedangkan terhadap kelompok mata uang negara maju di luar dolar AS, rupiah berada dalam tren yang lebih kuat.
"Ke depan, nilai tukar rupiah diperkirakan stabil didukung komitmen BI dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, imbal hasil yang menarik, inflasi yang rendah dan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tetap baik," ucap Perry.
Tonton juga Video: Pimpinan DPR Sebut Kebijakan Trump Bikin Dolar AS Perkasa
(aid/ara)