Jakarta -
Aksi borong mobil baru yang dilakukan sejumlah warga belakangan viral di media sosial. Aksi borong mobil baru itu dilakukan oleh warga di Tuban yang mendadak jadi miliarder usai menerima uang ganti rugi proyek kilang minyak kerja sama Pertamina dan perusahaan asal Rusia, Rosneft.
Aksi yang viral itu terjadi di Desa Sumurgeneng, Kecamatan Jenu, Tuban. Hal itu pun dibenarkan oleh Kades Sumurgeneng, Gihanto.
Menurutnya, warga beramai-ramai memborong mobil baru usai menerima uang ganti rugi pembebasan lahan untuk pembangunan kilang minyak, dari Pertamina dan Rosneft, perusahaan asal Rusia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tanah warga dibayar dengan harga Rp 600 ribu sampai Rp 800 ribu per meternya. Ia menambahkan, uang ganti rugi dari proyek kilang minyak yang diterima warga terbilang banyak sehingga mereka memutuskan membeli mobil, yang bisa digunakan untuk sehari-hari.
"Sampai sekarang sudah ada sekitar 176 mobil baru yang datang. Terakhir kemarin ada 17 mobil baru," kata Gihanto saat dihubungi detikcom, Selasa kemarin (16/2/2021).
Menurutnya, rata-rata warga mendapatkan uang ganti rugi pembebasan lahan oleh Pertamina Rp 8 miliar. Lalu ada warga dengan kepemilikan lahan 4 hektare yang menerima Rp 26 miliar. "Ada juga warga Surabaya yang memiliki lahan di sini mendapat Rp 28 miliar," imbuh Gihanto.
Sementara, dikutip dari laman Kementerian Luar Negeri (Kemlu), Rabu (17/2/2021), Pertamina dan Rosneft tengah menjalin kerja sama untuk proyek pembangunan dan pengoperasian kilang minyak yang terintegrasi dengan kompleks petrokimia (New Grass Root Refinery and Petrochemical/NGRR) di Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Keduanya kemudian membentuk perusahaan patungan bernama PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia (PRPP). Dalam usaha patungan ini (joint venture), kepemilikan saham Pertamina 55% dan Rosneft 45%.
Hal itu pun kemudian ditindaklanjuti penandatangan kontrak PRPP dengan Spanish Tecnicas Reunidas SA (TRSA) di Moskow, Rusia pada 28 Oktober 2019 lalu. Penandatanganan dilakukan oleh Kadek Ambara Jaya, Project Coordinator NGRR Tuban dari Pertamina, Pavel Vagero, Finance Director PT PRPP dari Rosneft, dan Miguel Paradinas, Direktur Jenderal TRSA. Penandatanganan disaksikan oleh Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup Menko Perekonomian RI Montty Giriana dan Kuasa Usaha Ad Interim/Wakil Duta Besar RI untuk Federasi Rusia dan Republik Belarus Azis Nurwahyudi.
Tonton video 'Penampakan Desa 'Miliarder' di Tuban yang Warganya Borong 176 Mobil':
[Gambas:Video 20detik]
Sebesar apa kilang minyak tersebut? klik halaman selanjutnya.
Perjanjian kontrak yang ditandatangani antara PRPP dan TRSA ini dititikberatkan pada pelaksanaan Basic Engineering Design (BED) dan Front End Engineering Design (FEED) terkait proyek tersebut.
Proyek NGRR Tuban akan memproduksi bahan bakar minyak yang berkualitas Euro V. Kilang minyak di Tuban ini diperkirakan akan memiliki kapasitas produksi sebesar 300.000 barel per hari.
Dalam pertemuan dengan Delegasi Pertamina di Wisma Duta KBRI Moskow pada 29 Oktober 2019, Duta Besar RI untuk Federasi Rusia merangkap Republik Belarus, M Wahid Supriyadi mengapresiasi penandatangan kontrak tersebut. Dia bilang, proyek ini merupakan realisasi kunjungan Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Rusia pada 2016 lalu.
"Proyek ini adalah realisasi dari hasil kunjungan Presiden Joko Widodo ke Sochi, Rusia pada Mei 2016 dan Alhamdulillah setelah semua permasalahan dapat diselesaikan kedua pihak," katanya.
Menurut Wahid, kerja sama ini sebagai bukti kedekatan hubungan Indonesia dengan Rusia yang pada tahun 2020 kedua negara akan memperingati 70 tahun hubungan diplomatik. Ia berharap, proyek ini rampung tahun 2025.
"Kita berharap proyek ini dapat selesai sebagaimana direncanakan tahun 2025 dan proyek ini menjadi semakin penting sebagai salah satu proyek strategis dan prioritas nasional pemerintah Indonesia," tambahnya.
Mengutip keterangan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), kerja sama antara Pertamina dan Rosneft terbentuk di tahun 2017. Pembangunan proyek senilai Rp 211,9 triliun ini sempat tertunda lama karena terkendala pembebasan lahan.
Masalah pembebasan lahan proyek tersebut yang menyentuh lahan warga memang sempat berlangsung alot. Pemerintah melalui BKPM sampai membentuk tim khusus untuk mempercepat penyelesaian masalah di Tuban.
Melansir situs web KPPIP, kilang tersebut ditargetkan beroperasi pada 2024. Rencananya pembangunannya akan menggunakan konfigurasi petrokimia (terintegrasi dengan PT Trans Pacific Petrochemical Indotama).
Apa kata Pertamina? klik halaman selanjutnya.
PT Pertamina (Persero) melalui Subholding Refining & Petrochemical PT Kilang Pertamina Internasional (PT KPI) pun memberi penjelasan. Corporate Secretary Subholding Refining & Petrochemical PT KPI, Ifki Sukarya mengatakan, lahan warga yang dibebaskan tersebut untuk pembangunan kilang baru (New Grass Root Refinery and Petrochemical/NGRR).
Dia mengatakan, dengan proyek tersebut maka kapasitas kilang Pertamina bisa meningkat. Sehingga, bisa mengurangi ketergantungan impor bensin dan solat.
"Akan membangun New Grass Root Refinery di Tuban, betul, sebagai proyek PSN. Dengan harapan dengan proyek ini, ini kilang baru, jadi kapasitas kilang Pertamina akan meningkat dibandingkan dengan sebelumnya," katanya detikcom, Rabu (17/3/2021).
"Proyek ini sangat penting dalam rangka kita bisa mengurangi ketergantungan kita terhadap produk BBM khusunya gasoline dan diesel. Dan juga akan menciptakan nilai tambah ekonomi karena kilang minyak ini di integrasikan dengan petrokimia," sambungnya.
Dia mengatakan, lahan yang dibebaskan mencakup sekitar 870 KK. Proyek ini sendiri melintasi tiga desa.
"Tiga desa, Wadung, Desa Kaliuntu, Sumurgeneng," tambahnya.
Soal nilai ganti rugi, pihaknya tak bisa mengungkapkan. Yang pasti, kata dia, ganti rugi ini mengikuti ketentuan pemerintah yang diatur dalam Undang-undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum.
"Ini tentunya kami dibantu Konsultan Jasa Penilai Publik jadi mereka independen. Kami tidak mencampuri soal masalah harga tentunya didampingi BPN setempat dan kita juga didukung pemda Kabupaten Tuban untuk masalah harga karena masing-masing akan berbeda," ujarnya.
Dia melanjutkan, proyek ini ditargetkan rampung pada tahun 2026. Kilang tersebut mampu mengolah minyak mentah 300 ribu barel per hari.
"Kalau kita target, tentunya target yang kita sampaikan ke pemerintah. Jadi kalau target yang kita sampaikan ke pemerintah tahun 2026," ujarnya.
"Itu bisa mengolah 300 ribu barel per hari, nanti hasilnya 80 ribu barel gasoline, dieselnya sekitar 100 ribu barel per hari, petrokimia sekitar 3600 kilo ton per annum," terangnya.