RI Krisis Batu Bara, Menteri ESDM: Banyak yang Tidak Disiplin

RI Krisis Batu Bara, Menteri ESDM: Banyak yang Tidak Disiplin

Danang Sugianto - detikFinance
Selasa, 04 Jan 2022 18:15 WIB
Arifin Tasrif
Menteri ESDM Arifin Tasrif/Foto: Kementerian ESDM
Jakarta -

Indonesia ternyata dalam keadaan genting dan terancam krisis energi. Semua itu ternyata karena harga batu bara yang terus meningkat dan produsen tidak memenuhi kewajiban pemenuhan suplai domestik atau domestic market obligation (DMO).

Menteri ESDM Arifin Tasrif pun mengakui bahwa Indonesia terjadi krisis energi. Hal itu disebabkan karena kurangnya pasokan untuk bahan bakar PLTU.

"Jadi memang kita terinformasikan adanya krisis suplai energi primer antara lain LNG dan batu bara. Padahal krisis batu bara ini tuh sudah dimulai dari sejak Agustus lalu, tahun lalu. Waktu itu sudah dilakukan langkah-langkah pengamanan tapi ternyata di akhir tahun ini situasinya bukan membaik, kecenderungan terulang kembali," ucapnya usai melakukan sidak di Kantor Pusat PLN, Jakarta Selatan, Selasa (4/1/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Arif pun buka-bukaan mengenai biang kerok terjadinya krisis energi ini. Ternyata ada banyak produsen batu bara yang tidak memenuhi kewajiban DMO-nya. Meskipun ada juga yang disiplin.

"Kita lagi inventarisasi, ya cukup banyak. Ya banyak yang tidak disiplin, tapi banyak yang disiplin. Dan mereka ini yang menolong karena kapal-kapal, sebenarnya mereka sudah terlepas dari kewajiban DMO karena sudah bisa 100% tetapi karena kekurangan kapalnya kita alihkan dulu dan mereka rela," terangnya.

ADVERTISEMENT

Sementara seretnya pasokan batu bara yang terjadi di akhir tahun ini menurut Arifin juga disebabkan karena harga batu bara internasional yang tinggi. Mereka cenderung banyak mengekspor pasokannya.

"Ini kita akan mendisiplinkan produsen yang harus mengikuti aturan pasokan untuk keperluan pasar domestik. Ini kita sudah punya daftarnya," tambahnya.

Arif memastikan, bahwa produsen batu bara sudah berkomitmen meningkatkan DMO-nya sementara waktu. Mereka berkomitmen untuk mengalokasikan sekitar 6,2-6,3 juta ton batu bara untuk kebutuhan dalam negeri.

"Biasanya per bulan konsumsi PLN itu berkisar antara 10-11 juta ton, yang 6 juta ini tambahan untuk mengatasi krisis," tuturnya.

Berlanjut ke halaman berikutnya.

Berdasarkan rencana kerja anggaran tahunan dari Kementerian ESDM rencana produksi tahunan mencapai 660 juta ton. Sementara realisasi produksinya sudah mencapai 650 juta ton.

"Dan itu 25% itu alokasi untuk DMO. Jadi kalau 25% untuk DMO berarti alokasi domestik 165 juta ton. Penyerapan kalau khusus listrik umum itu umumnya 80% dari 165 juta ton jadi kira kira 120 juta ton," ucapnya.

Meski begitu Arifin mengakui bahwa Indonesia selalu mengalami kendala pasokan di kuartal I dan kuartal IV. Namun pasokan tetap harus dijaga untuk 20 hari operasi.

Dalam kesempatan yang sama, Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan bahwa dirinya sudah menginstruksikan PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT PLN (Persero), dan PT Pertamina (Persero) berkolaborasi menyelesaikan masalah ini.

"Bahwa nantinya kalian harus berkontrak jangka panjang, lalu disesuaikan dengan DMO bulanan. Kan nanti DMO-nya bulanan bukan tahunan. Nah di DMO bulanan ini kelihatan," terangnya.

PTBA juga diminta untuk membuat kesepakatan jangka panjang dengan PLN. "Jadi 25% itu nanti kontraknya bisa dialokasikan ke PTBA, tapi hitungannya memang cost plus, artinya ini cost-nya kita buka angkanya, jadi terbuka," tutupnya.


Hide Ads