Indonesia ternyata dalam keadaan genting dan terancam krisis energi. Semua itu ternyata karena harga batu bara yang terus meningkat dan produsen tidak memenuhi kewajiban pemenuhan suplai domestik atau domestic market obligation (DMO).
Menteri ESDM Arifin Tasrif pun mengakui bahwa Indonesia terjadi krisis energi. Hal itu disebabkan karena kurangnya pasokan untuk bahan bakar PLTU.
"Jadi memang kita terinformasikan adanya krisis suplai energi primer antara lain LNG dan batu bara. Padahal krisis batu bara ini tuh sudah dimulai dari sejak Agustus lalu, tahun lalu. Waktu itu sudah dilakukan langkah-langkah pengamanan tapi ternyata di akhir tahun ini situasinya bukan membaik, kecenderungan terulang kembali," ucapnya usai melakukan sidak di Kantor Pusat PLN, Jakarta Selatan, Selasa (4/1/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Arif pun buka-bukaan mengenai biang kerok terjadinya krisis energi ini. Ternyata ada banyak produsen batu bara yang tidak memenuhi kewajiban DMO-nya. Meskipun ada juga yang disiplin.
"Kita lagi inventarisasi, ya cukup banyak. Ya banyak yang tidak disiplin, tapi banyak yang disiplin. Dan mereka ini yang menolong karena kapal-kapal, sebenarnya mereka sudah terlepas dari kewajiban DMO karena sudah bisa 100% tetapi karena kekurangan kapalnya kita alihkan dulu dan mereka rela," terangnya.
Sementara seretnya pasokan batu bara yang terjadi di akhir tahun ini menurut Arifin juga disebabkan karena harga batu bara internasional yang tinggi. Mereka cenderung banyak mengekspor pasokannya.
"Ini kita akan mendisiplinkan produsen yang harus mengikuti aturan pasokan untuk keperluan pasar domestik. Ini kita sudah punya daftarnya," tambahnya.
Arif memastikan, bahwa produsen batu bara sudah berkomitmen meningkatkan DMO-nya sementara waktu. Mereka berkomitmen untuk mengalokasikan sekitar 6,2-6,3 juta ton batu bara untuk kebutuhan dalam negeri.
"Biasanya per bulan konsumsi PLN itu berkisar antara 10-11 juta ton, yang 6 juta ini tambahan untuk mengatasi krisis," tuturnya.
Berlanjut ke halaman berikutnya.