Pemerintah masih menahan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertalite di kisaran Rp 7.650/liter. Namun sinyal Pertalite naik semakin terlihat dari pernyataan beberapa pejabat negara.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) sampai lima kali menyinggung beratnya beban subsidi energi yang mencapai Rp 502 triliun. Bahkan Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengajak masyarakat siap-siap atas kemungkinan naiknya harga BBM.
Jika harga Pertalite naik, bagaimana dampaknya ke inflasi?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah mengatakan, harga Pertalite naik berpotensi mendongkrak inflasi. Angkanya bisa mencapai 8%.
"Ini yang akan secara keseluruhan menaikkan ekspektasi inflasi naik. Mendorong barang-barang naik. Saya perkirakan inflasi bisa di atas 8%," katanya saat dihubungi detikcom, Jumat (19/8/2022).
Oleh karena itu Piter mengusulkan pemerintah tidak menaikkan harga Pertalite. Sebab, hal ini bisa memicu lonjakan inflasi dan merusak momentum pemulihan ekonomi nasional.
Ia menyebut subsidi energi sebagai salah satu kunci keberhasilan Indonesia dalam menahan angka inflasi. Kisarannya berada di angka 4,94%, lebih baik dibanding negara-negara lain.
Inflasi yang terkontrol juga tertolong oleh langkah produsen yang belum sepenuhnya mentransmisikan kenaikan harga bahan baku ke harga konsumen. Misalnya, meskipun harga gandum naik tetapi harga mie instan tidak melonjak naik.
"Dan yang paling saya khawatirkan adalah mendorong produsen benar-benar mentransmisikan kenaikan bahan baku tadi. Yang tadinya tidak menaikkan, mereka mengikuti kenaikan BBM," ungkapnya.
Pemerintah disarankan tahan harga Pertalite. Cek halaman berikutnya.