Jika Harga Pertalite Naik, Inflasi RI Bisa Tembus 8%

Jika Harga Pertalite Naik, Inflasi RI Bisa Tembus 8%

Ilyas Fadilah - detikFinance
Jumat, 19 Agu 2022 13:55 WIB
PT Pertamina (Persero) sudah siap untuk menjual produk bensin terbarunya yakni Pertalite. Bensin RON 90 ini akan dijual pertamakali di SPBU Coco, Abdul Muis, Jakarta pada Jumat (24/7/2015) mendatang. Petugas beraktivitas di SPBU Coco, Abdul Muis, Jakarta, Selasa (21/7/2015). Pada Jumat (24/7/2015) mendatang, SPBU ini siap menjual Pertalite RON 90.  Hasan Al Habshy/detikcom.
Jika Harga Pertalite Naik, Inflasi RI Bisa Tembus 8%/Foto: Hasan Al Habshy
Jakarta -

Pemerintah masih menahan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertalite di kisaran Rp 7.650/liter. Namun sinyal Pertalite naik semakin terlihat dari pernyataan beberapa pejabat negara.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) sampai lima kali menyinggung beratnya beban subsidi energi yang mencapai Rp 502 triliun. Bahkan Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengajak masyarakat siap-siap atas kemungkinan naiknya harga BBM.

Jika harga Pertalite naik, bagaimana dampaknya ke inflasi?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah mengatakan, harga Pertalite naik berpotensi mendongkrak inflasi. Angkanya bisa mencapai 8%.

"Ini yang akan secara keseluruhan menaikkan ekspektasi inflasi naik. Mendorong barang-barang naik. Saya perkirakan inflasi bisa di atas 8%," katanya saat dihubungi detikcom, Jumat (19/8/2022).

ADVERTISEMENT

Oleh karena itu Piter mengusulkan pemerintah tidak menaikkan harga Pertalite. Sebab, hal ini bisa memicu lonjakan inflasi dan merusak momentum pemulihan ekonomi nasional.

Ia menyebut subsidi energi sebagai salah satu kunci keberhasilan Indonesia dalam menahan angka inflasi. Kisarannya berada di angka 4,94%, lebih baik dibanding negara-negara lain.

Inflasi yang terkontrol juga tertolong oleh langkah produsen yang belum sepenuhnya mentransmisikan kenaikan harga bahan baku ke harga konsumen. Misalnya, meskipun harga gandum naik tetapi harga mie instan tidak melonjak naik.

"Dan yang paling saya khawatirkan adalah mendorong produsen benar-benar mentransmisikan kenaikan bahan baku tadi. Yang tadinya tidak menaikkan, mereka mengikuti kenaikan BBM," ungkapnya.

Pemerintah disarankan tahan harga Pertalite. Cek halaman berikutnya.

Meski subsidi energi mencapai Rp 502 triliun, Piter menyarankan pemerintah tetap menahan harga Pertalite. Selain menghindari letupan inflasi, Piter berpendapat APBN masih mampu memberi subsidi karena selalu dalam kondisi surplus.

"Memang beban di APBN besar. Tapi kan kalau menurut saya, itu tertutupi kenaikan penerimaan pemerintah oleh adanya kenaikan harga komoditas. Pemerintah kan sering mengatakan APBN surplus karena adanya kenaikan komoditas," ujarnya.

Senada dengan Piter, Direktur Eksekutif Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Tauhid Ahmad menyebut kenaikan Pertalite akan mendongkrak inflasi. Terlebih, inflasi komoditas energi sudah mencapai 5,03% berdasarkan data Bank Indonesia (BI).

Selain kenaikan Pertalite, menurut Tauhid inflasi dapat dipicu oleh kenaikan komoditas lain seperti Solar, Pertamax, hingga gas LPG.

"Itu bukan hanya Pertalite, ada Pertamax, Solar, kenaikannya itu 5% ya terhadap inflasi, jadi besar. Artinya bahwa memang nanti kenaikan terhadap inflasi saya kira lumayan besar," ungkapnya.

Terkait prediksi kenaikan Inflasi, Tauhid menyatakan perlu hitung-hitungan yang akurat. Namun, kenaikan Pertalite disebutnya akan berdampak pada kenaikan inflasi di atas 5%.


Hide Ads