Industri Rokok Lesu, Saham Berguguran hingga Pabrik Tak Produksi

Industri Rokok Lesu, Saham Berguguran hingga Pabrik Tak Produksi

Danang Sugianto - detikFinance
Senin, 07 Mei 2018 08:15 WIB
Industri Rokok Lesu, Saham Berguguran hingga Pabrik Tak Produksi
Ilustrasi laporan keuangan. Foto: Dok. Istimewa

Jika dilihat dari laporan keuangan emiten rokok sebenarnya tidak telalu buruk. Seperti misalnya PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) laba bersihnya di 2017 turun tipis 0,71% dari Rp 12,76 triliun di 2016 menjadi Rp 12,67 triliun.

HMSP sebenarnya mencatatkan kenaikan penjualan bersih yang lumayan, dari Rp 95,46 triliun di 2016 menjadi Rp 99,09 triliun. Namun beban pokok penjualan perseroan juga naik dari Rp 761,6 triliun menjadi Rp 74,87 triliun. Laba kotor pun hanya naik dari Rp 23,8 triliun menjadi Rp 24,2 triliun.

Pos beban lainnya juga mengalami kenaikan, seperti beban penjualan yang naik dari Rp 6 triliun menjadi Rp 6,2 triliun. Beban umum dan administrasi juga naik dari Rp 1,7 triliun menjadi Rp 1,8 triliun. Hal itu membuat laba sebelum pajak penghasilan HMSP turun dari Rp 17,01 triliun menjadi Rp 16,89 triliun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

PT Gudang Garam Tbk (GGRM) bahkan mampu mencatatkan kenaikan laba bersih di tahun buku 2017. Laba bersih GGRM pada 2017 sebesar Rp 7,75 triliun, naik 16,07% dari laba bersih 2016 sebesar Rp 6,67 triliun.

Pendapatan GGRM di 2017 juga naik 9,22% dari Rp 76,27 triliun menjadi Rp 83,3 triliun. Meskipun beban biaya pokok penjualan perusahaan juga naik dari Rp 59,65 triliun menjadi Rp 65,08 triliun.

Beban perusahaan lainnya juga tercatat naik, seperti beban usaha naik dari Rp 6,6 triliun menjadi Rp 7,1 triliun. Beban lainnya juga naik dari posisi Rp 13,5 miliar menjadi Rp 32,8 miliar.

Namun untuk PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM) bernasib berbeda. Produsen rokok ini mengalami penurunan laba besih di 2017 sebesar 61,81% dari Rp 106,15 miliar di 2016 menjadi Rp 40,53 miliar.

Penjualan bersih WIIM juga tercatat turun 12,4% dari Rp 1,68 triliun menjadi Rp 1,47 triliun. Meskipun beban pokok penjualan perseroan turun dari Rp 1,17 triliun menjadi Rp 1,04 triliun.

Beban usaha perseroan juga tercatat stabil, seperti beban penjualan dari Rp 224,03 miliar menjadi Rp 230,13 miliar, serta beban umum dan administrasi sebesar dari Rp 150,8 miliar menjadi Rp 158,48 miliar.


Hide Ads