-
Kementerian Keuangan kembali menerbitkan surat utang berbasis syariah.
negara ritel (sukri) yang resmi ditawarkan kemarin adalah seri SR-011.
Dalam penerbitan sukri kali ini pemerintah menetapkan tingkat imbalan atau kupon 8,05% per tahun dan bersifat tetap. Kupon itu dibayarkan setiap tanggal 10 setiap bulannya.
Apa saja keunggulannya? Untung mana jika dibandingkan dengan instrumen investasi lainnya? Berikut dirangkum detikFinance, Sabtu (2/3/2019).
Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu Luky Alfirman mengatakan, salah satu keunggulan dari SR-011 adalah sifatnya tanpa warkat dan dapat diperdagangkan di pasar sekunder.
"Kalau bisa diperdagangkan dia bisa dapat capital gain. Kalau investor juga lagi butuh dana ya bisa diperjual belikan di sana. Itu feature tadi," ujarnya di Hotel DoubleTree, Cikini, Jakarta, Jumat (1/3/2019).
Lalu SR-011 bersifat ritel dan hanya ditujukan kepada investor individu Warga Negara Indonesia (WNI). Salah satu syarat SR-011 bisa diperdagangkan adalah hanya dapat dijual kepada investor domestik.
Angka minimum pemesanannya juga cukup terjangkau yakni Rp 1 juta. Sementara nilai maksimum pemesanan dibatasi hanya sampai Rp 3 miliar.
"Kami arahnya memang ingin menambah basis investor domestik," tambah Luky.
SR-011 juga memiliki underlying asset berasal dari Barang Milik Negara (BMN) dan proyek APBN tahun 2019. Sehingga instrumen ini dipandang minim risiko.
SR-011 sendiri dapat diperdagangkan di pasar sekunder setelah dua periode imbalan yakni sejak 11 Juni 2019.
Untuk pembayaran kupon dilakukan setiap tanggal 10 setiap bulannya. Jika tanggal pembayaran bukan di hari kerja maka pembayaran dilakukan pada hari kerja berikutnya. Sayangnya SR-011 tidak bisa dibeli secara online.
Lalu bagaimana jika dibandingkan dengan jenis instrumen investasi lainya?
detikFinance mencoba untuk membandingkannya dengan instrumen investasi lain yang juga minim risiko, contohnya deposito. Memang jika dilihat dari sisi imbal hasilnya, SR-011 menang jauh. Sebab suku bunga deposito bank-bank BUKU IV saat ini rata-rata di kisaran 4-5,5%, tergantung dari tenor dan besarannya.
Kemudian deposito juga memiliki pajak yang lebih tinggi yakni 20%. Sementara instrumen surat utang pajaknya saat ini 15%.
Deposito
Ambil contoh investasi di deposito sebesar Rp 100.000.000 dengan suku bunga 5,5% maka bunga kotor yang didapat pertahun mencapai Rp 5.500.000. Lalu jika dihitung perbulannya bunga kotornya mencapai Rp 5.500.000:12= Rp 458.333.
Kemudian keuntungan kotor itu dikurangi pajak, hitungannya Rp 458.333 x 20% = Rp 91.666. Dengan begitu jumlah bunga bersih yang didapat setiap bulannya Rp 458.333 - Rp 91.666 = Rp 366.667.
Andaikan menyimpan uang di deposito selama 3 tahun sama seperti tenor SR-011 maka total bunga yang didapat Rp 13.200.012. Jika total deposito plus bungannya setelah 3 tahun menjadi menjadi Rp 100.000.000 + Rp 13.200.012 = Rp 113.200.012
Sukuk Negara Ritel SR-011
Jika membeli SR-011 dengan nilai yang sama Rp 100.000.000 maka pembayaran kupon sebesar 8,05% mencapai Rp 8.050.000 per tahun.
Kupon ini dibayarkan setiap bulannya. Maka pembayaran kupon kotor perbulan mencapai Rp 8.050.000:12= Rp 670.833.
Pemerintah sendiri mengenakan pajak untuk instrumen sukuk sebesar 15%. Hitungannya jika dikurangi pajak Rp 670.833x15%= Rp 100.625. Nah setelah dikurangi pajak maka kupon yang diterima setiap bulannya mencapai Rp 570.208.
Jika dihitung per tahun maka keuntungan bersih dari kupon Rp 570.208x12= Rp 6.842.496. SR-011 ini memiliki tenor 3 tahun, jika dikalikan 3 tahun kupon bersihnya mencapai Rp 20.527.488. Ditambah dengan dana awal yang ditanamkan maka jumlah uangnya menjadi Rp 120.527.488.
Pemerintah menargetkan bisa meraup dana hingga Rp 10 triliun dari penerbitan instrumen surat utang berbasis syariah ini.
Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu Luky Alfirman mengatakan, sukuk regara ritel SR-011 ini sifatnya bisa diperdagangkan. Oleh karena itu target yang ditetapkan itu lebih besar dari seri penerbitan sukuk sebelumnya.
"Kalau sukuk tabungan kemarin sifatnya non tradable itu dapat Rp 3,1 triliun. Kalau ini kami targetkan Rp 10 triliun," ujarnya di Hotel DoubleTree, Cikini, Jakarta Pusat, Jumat (1/3/2019).
Pada penerbitan sebelumnya, Sukuk Tabungan seri 003 (ST-003) tercatat sudah meraup dana hingga Rp 3,13 triliun. Raihan dana itu oversubscribe sebanyak 1,56 kali dari target Rp 2 triliun.
Selain itu, lanjut Luky, SR-011 memiliki tenor yang lebih panjang yakni 3 tahun. Itu untuk menunjang fitur dari SR-011 yang bersifat dapat diperdagangkan.
"Kalau dari sisi volume yang tradable itu lebih banyak, karena kan lebih fleksibel. Kalau non tradable itu kan uangnya disimpan selama masa habis. Kalau yang tradable dibuat fiturnya sedemikian rupa makanya bid-nya lebih besar," tambahnya.
Kemenkeu juga telah menunjuk 22 agen penjual yang terdiri dari perbankan dan perusahaan sekuritas. Di antaranya Citibank N.A Indonesia, BRISyariah, BCA, Bank Commonwealth, Bank Danamon Indonesia, DBS Indonesia.
Lalu HSBC Indonesia, Bank Mandiri, Maybank Indonesia, Bank Mega, Bank Muamalat, BNI, OCBC NISP, Panin, Bank Permata, BRI, Bank Syariah Mandiri, BTN, CIMB Niaga, Stamcard Chartered, MNC Sekuritas, Trimegah Sekuritas.