-
Nama PT Ratu Prabu Energi Tbk (ARTI) tahun ini cukup ramai diperbincangkan. Padahal sebelumnya emiten itu namanya samar bahkan di kuping pelaku pasar lantaran sahamnya yang tidur di level gocap.
Nama Ratu Prabu Energi mencuat setelah Sandiaga Uno saat masih menjadi Wakil Gubernur DKI Jakarta menyebut-nyebut namanya pada awal Januari 2018. Sandi mengatakan kepada media bahwa perusahaan itu ingin membangun Light Rail Transit (LRT) di Jakarta.
Nah yang menarik perhatian publik cukup besar adalah pernyataan Sandi bahwa Ratu Prabu Energi mau membangun LRT Sepanjang 200 km. Sandi juga mengatakan perusahaan itu akan menyiapkan dana sekitar US$ 25 miliar atau setara Rp 320 triliun.
Namun ketika di konfirmasi ke perusahaan, ternyata yang mau dibangun LRT jauh lebih panjang yakni 400 km. Nilai investasi yang diperkirakan juga jauh lebih besar sekitar Rp 405 triliun.
Meski beritanya begitu heboh, namun rencana itu menguap begitu saja. Hingga saat ini belum ada realisasi, bahkan izin pun belum ada kabarnya.
Berikut rangkuman berita tentang Ratu Prabu mau bangun LRT Jakarta ratusan triliun rupiah yang sempat ramai diberitakan pada Januari 2018:
Kabar ini awalnya dihembuskan Sandi pada 4 Januari 2018. Saat itu dia mengaku telah melakukan pertemuan dengan PT Ratu Prabu Energi Tbk di Balai Kota, Jakarta Pusat. Dalam pertemuan itu, PT Ratu Prabu Energi membeberkan rencana pembangunan Light Rail Transit (LRT) 200 km di Jakarta.
"Tadi kita kedatangan grup Ratu Prabu Energi. Salah satu usaha besar di Indonesia yang membawa konsep yang sudah cukup matang yaitu membangun lebih dari 200 km tambahan LRT di wilayah Jakarta dan sekitarnya," kata Sandi.
Dikatakan Sandi, rencana pembangunan yang akan dilakukan ini murni bisnis, dan tidak melibatkan anggaran dari pemerintah. Ratu Prabu, katanya juga akan menggandeng investor dari China, Korea hingga Jepang.
Namun saat berbincang dengan Presiden Direktur PT Ratu Prabu Energi Tbk (ARTI) B. Bur Maras, dia menyampaikan rencananya membangun LRT dengan panjang lebih dari 400 kilometer (km) yang terbagi ke tiga fase.
Bur Maras mengungkapkan, kebutuhan investasi untuk pembangunan LRT sepanjang 400 km sekitar Rp 405 triliun.
"Keseluruhan 400 km lebih, karena Jakarta besar dan masih diperlukan lagi. Rp 405 triliun untuk 400 km lebih," ujarnya saat berbincang dengan detikFinance di kantornya Gedung Ratu Prabu 1, Jakarta Selatan, Jumat (5/1/2018).
Bur Maras mengungkapkan, pembangunan LRT sepanjang 400 km terbagi ke dalam 3 fase. Fase pertama terdiri dari 9 jalur (line) mulai dari line A-I. Fase kedua terdiri dari line J-M dan fase ketiga terdiri dari line N-Q.
"Fase pertama secara teknisnya 9 line, semua dipasang serentak kita pasang," katanya.
Soal investor, Bur Maras juga mengatakan hal yang sama. Dia mengaku sudah berbicara dengan para investor dari Jepang, China dan Korea Selatan.
Para menteri pun ikut berkomentar tentang rencana pembangunan LRT oleh Ratu Prabu. Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi salah satunya.
Dia mengingatkan agar investor yang minat bangun infrastruktur di Indonesia tidak sebatas gagasan semata. "Kita ingin sekali kalau kita ada ide, kita buat rencananya itu memang jalan. Jangan sebatas ide lalu selesai, enggak jalan," kata Budi Karya di kantornya, Jumat (5/1/2018).
Dia meminta agar investor, dalam hal ini Ratu Prabu lebih realistis dalam mengeluarkan angka investasi. Bahkan Budi menilai angka perkiraan investasi LRT Ratu Prabu bombastis
"Saya tidak mau komentar soal besarannya ya. Karena bombastis ya," ujarnya
Meski begitu dirinya menyambut baik adanya investor swasta yang ingin membangun infrastruktur di Indonesia, sehingga pembangunan tak hanya mengandalkan uang negara.
"Pada dasarnya pemerintah, Kemenhub sangat welcome dengan investor yang mau ke LRT karena kita ingin sekali infrastruktur tidak hanya dibuat oleh pemerintah," tambahnya.
Tak hanya menyambut baik, Budi juga memberikan masukan kepada Ratu Prabj. Dia ingin agar Ratu Prabu meneruskan pembangunan rute LRT yang sudah ada.
"Jadi yang kita ingin sampaikan ke Ratu Prabu adalah melengkapi jalur-jalur yang memang belum dikerjakan oleh investor. Kemana itu? banyak alternatif," kata Budi.
Dari sekian pengembangan LRT yang tengah dilakukan, Budi menyarankan agar Ratu Prabu lebih menyasar proyek yang pangsa pasarnya kalangan masyarakat menengah atas.
"Kalau saya, saran yang paling dibutuhkan, dan daya beli masyarakatnya relatif lebih besar itu ke bandara. Ke bandara itu ada beberapa jalur. Ada yang lewat selatan, sejajar tol. Nanti langsung ke tol pluit," sebut Menhub.
"Bisa juga dari Kelapa Gading diteruskan, terus langsung ke bandara, atau yang lain. Ke Tangerang juga. Ada proposal-proposal yang bisa dilakukan," tambahnya.
Sementara Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan tidak mempermasalahkan jika ada perusahaan swasta yang ingin membangun LRT. Meskipun saat itu dia mengaku belum mengetahui jika ada swasta yang ingin membangun LRT,
"Ya kalau sudah, kita support. Kalau ada, kenapa tidak? Enggak ada masalah siapa saja boleh investasi, kamu saja boleh," kata Luhut di Komplek Istana, Jakarta, Jumat (5/1/2018).
Dia mengaku sampai saat ini, belum ada pihak baik dari pemerintah dalam hal ini kementerian/lembaga, daerah maupun yang melaporkan terkait dengan niatan Ratu Prabu yang ingin membangun LRT.
Menurut Luhut, jika pihak Ratu Prabu niat ingin membangun LRT maka disegerakan menyampaikan kepada pemerintah pusat.
Pihak Ratu Prabu juga sempat mengaku sudah mengeluarkan dana sebesar US$ 10 juta atau setara Rp 135 miliar (kurs: Rp 13.500/US$ dolar) untuk melakukan studi terkait pembangunan LRT sepanjang 400 kilometer (km). Dana itu dikeluarkan dari kantong pribadi Presiden Direktur PT Ratu Prabu Energi Tbk (ARTI) B. Bur Maras.
"Semua US$ 10 juta untuk kajian," kata Bur Maras kepada detikFinance.
Dana sebesar US$ 10 juta, katanya, digelontorkan untuk studi yang dilakukan oleh konsultan asal Eropa, Australia, dan Amerika Serikat (AS). Dia pun menunjukkan tiga tumpukan buku hasil kajian tersebut.
"Jadi saya undang konsultan terhebat Eropa, saya undang konsultan terhebat Australia, saya undang konsultan terhebat Amerika Serikat (AS). Perusahaan Amerika namanya Bechtel Corporation umurnya 120 tahun lebih," ujarnya.
Bur Maras menambahkan, studi terkait pembangunan LRT sepanjang 400 km sudah dilakukan dengan matang dan sangat detail. Bahkan, dengan adanya studi tersebut bisa membuat rencana pembangunan LRT ini kredibel dan mendapatkan pendanaan dari bank.
"Seluruhnya dihitung Bechtel. Kalau hitung itu bukan hitung berapa angin terkencang, gempa berapa kali setahun, diukur secara teknis, sesudah itu dihitung kelayakan keuangan," katanya.
Kementerian Perhubungan juga mengakui sudah bertemu dengan PT Ratu Prabu Energi Tbk. Perusahaan itu sudah presentasi ke Ditjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan.
Namun Direktur Prasarana Perkeretaapian Kementerian Perhubungan, Zamrides mengatakan presentasi dari Ratu Prabu belum jelas. "Mereka sudah presentasi di kita. Cuma belum fokus ke mana," ujar .
Dikatakan Zamrides, belum banyak yang didiskusikan antara Kementerian Perhubungan dengan pihak dari Ratu Prabu. Termasuk soal investasi yang akan digelontorkan nantinya.
"Belum jelas (investasinya). Kita harus pertanyakan juga ke mereka, kalau memang serius, investasinya kira-kira berapa. Misalkan satu lintas itu berapa, mereka sanggup enggak nanti," paparnya.
Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) juga mengaku telah bertemu dengan pihak Ratu Prabu guna membahas pola kerja sama dalam pembangunan proyek kereta ringan tersebut.
Kepala BPTJ, Bambang Prihartono, mengungkapkan rencana ini sepenuhnya juga diinisiasi oleh pihak Ratu Prabu. Dia bilang, Ratu Prabu hanya menawarkan pembangunan LRT di dalam DKI Jakarta.
"Yang perlu saya sampaikan mereka itu menawarkan LRT di dalam DKI Jakarta. Kalau di luar DKI mereka enggak tertarik," kata Bambang kepada detikFinance, Jakarta, Jumat (5/1/2018).
Bambang mengatakan, pemerintah saat ini juga terus menawarkan agar Ratu Prabu tak hanya membangun LRT di Jakarta saja, tapi juga mencakup wilayah penyangganya.
Sebelumnya, Wakil Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Uno mengatakan bahwa rencana dari rute LRT yang akan dibangun Ratu Prabu mencakup berbagai wilayah, mulai dari BSD, Cibubur, hingga ke Bogor. Namun, menurut Bambang rute dari rencana LRT itu masih belum bisa dipastikan.
"Oh, itu kita yang tawarkan, tapi mereka tertariknya Jakarta. Tapi nanti kita lobi. Belum fixed rutenya, ini masih berproses," kata Bambang.
Kendati begitu, Bambang mengatakan, bahwa Ratu Prabu tidak bisa membangun LRT pada ruas-ruas yang dikerjakan oleh pihak BUMN. Ratu Prabu hanya bisa membangun LRT di ruas-ruas yang baru.
"Jadi ruas-ruas atau trase-trase yang sudah dikerjakan oleh BUMN, itu jangan dikerjakan lagi oleh swasta. Nanti Ratu Prabu mengerjakan ruas-ruas yang baru, dalam rangka pengembangan jaringan," katanya.