Pemerintah masih terus berupaya menangani permasalahan PT Asuransi Jiwasraya (Persero). Hal itu sejalan dengan penyelesaian proses hukum yang menyangkut perusahaan pelat merah.
Kondisi Jiwasraya sendiri memang terbilang sangat parah. Posisi total klaim terakhir mencapai Rp 18 triliun. Angka ini mengalami peningkatan dibanding posisi terakhir di kisaran Rp 16 triliun.
Baca juga: 3 Fakta Jiwasraya Mau Ditutup |
Sejumlah opsi disiapkan pemerintah untuk menyelamatkan Jiwasraya yang saat ini terus dibahas dengan DPR. Opsi yang ditawarkan dari pembentukan perusahaan baru Nusantara Life hingga penyertaan modal negara (PMN).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Manajemen Jiwasraya pun buka suara terkait arah penyehatan perusahaan. Kepada detikcom, Direktur Utama Jiwasraya Hexana Tri Sasongko bercerita mengenai rencana penyehatan perusahaan di kantornya, Kamis (9/8/2020). Bukan hanya itu, Hexana juga bercerita mengenai kondisi terakhir Jiwasraya.
Berikut wawancara lengkapnya di halaman berikut>>>
Bagaimana proses penyehatan Jiwasraya?
Sebelum detil, dulu saya mengatakan untuk menyehatkan perusahaan ini apa sih yang dilakukan. Saya katakan perusahaan ini harus direstrukturisasi. Saya melakukan turn around. Apa yang turn around, bisnisnya. Kedua setelah diperbaiki nggak cukup harus ada penguatan permodalan. Penguatan permodalan domainnya pemegang saham.
Terus dibalik, Pak kalau pemegang saham menginject, memperkuat modal selamat nggak perusahaan ini? Saya jawab tidak, kenapa tidak, harus diperbaiki dulu perusahaannya, kalau nggak ya sia-sia.
Sebenarnya restrukturisasi kita bagi menjadi dua, yaitu menyehatkan portofolio eksisting baik yang tradisional maupun yang saving plan. Yang tradisional terutama yang korporasi itu harus disehatkan menjadi bahasanya Pak Tiko, yang penting diwajarkan dalam modelling dan pricing terutama.
Kenapa begitu, karena janji yang diberikan bersifat garansi dan jujur saja tidak mungkin bisa di-cover dari investasi keuangan. Kenapa, karena mengasumsikan dengan rate yang tinggi, jangka panjang. Sedangkan Anda tahu negara semakin maju itu tendensi inflasi makin turun, suku bunga makin turun. Anda bisa benchmarknya adalah government bond, yield government bond berapa? Padahal investasi Jiwasraya masih kena pajak final 15%. Sedangkan manfaat yang diberikan kepada nasabah adalah net. Sehingga itulah sebabnya kalau itu nggak direstrukturisasi, diinject berapapun percuma karena hanya akan menutup negatif spread-nya saja. Itulah kenapa perlu direstrukturisasi.
Dan restrukturisasi ini hanya mengembalikan pada return yang wajar. Mungkin nasabah bagi yang masih mengiur jangka panjang harus disesuaikan. Tapi kami mengakui pengembangan yang sudah dijanjikan sampai dengan saat restrukturisasi nanti, hanya ke depannya pasca restrukturisasi supaya perusahaan ini berjalan dengan normal.
Kalau punya liabilities yang ongkosnya tidak bisa ditutup investasi aset pasti perusahaan itu merugi. Makanya saya bilang sama teman-teman, tim ini juga berat restrukturisasi tapi kita bikin pengertian, hubungan bisnis itu harus sehat.
Kami menyediakan jasa, nasabah membutuhkan jasa. Saya mulai korporasi ini program manfaat pensiun, manfaat hari tua dari perusahaan-perusahaan jadi mengembalikan pada kurva yang wajar. Misalnya BUMN, menitip pengelolaan hari tua atau manfaat pensiun di sini dijanjiin bunga x, katakanlah 10-11-13% net. Padahal marketnya berapa makin lama makin turun. Gapnya negatif diteruskan akan ke sana, kalau diinject begitu untuk negatif ini uangnya lari habis dibayarkan ke bunga nasabah.
Kenapa? Income 7% gross, costnya 11% net, pasti habis. Sampai saya bilang karyawan, ini ritel bekerja sampai keringatnya kering, untungnya habis untuk membayar itu. Jadi sebenarnya bukan dirugikan, tapi dikembalikan ke kurva, dikembalikan ke kurva yang wajar sesuai market kira-kira gitu. Tapi kita hormati, yang sudah tinggi, nanti dikembangkan dengan bunga yang baru, kemarin Pak Tiko ngomong akan turun, ya akan turun, in general seperti itu.
Kalau itu sudah bisa direstrukturisasi artinya dibandingkan market positif, maka perusahaan itu akan berubah menjadi perusahaan yang profit itu yang saya sebut portolio yang sehat. Apa stay di sini, apa ditransfer, saya memakai asumsi government bond saja perusahaan itu sudah sehat, kalau sehat kita bisa memenuhi janji kita manfaat polis semua terbayar.
Sebab begini filosofi manfaat pensiun menjaga kesejahteraan, nilai ketika memasuki masa tidak produktif, bukan untuk berspekulasi. Jadi orang ngomong manfaat pensiun itu bukan, berbeda filosofinya dengan investment banking harus ada konservatif. Nilainya supaya nggak turun, turun itu apa, tidak kemakan inflasi. Maka di negara-negara maju, dana pensiun asuransi wajib investasi di government bond, di Indonesia itu sudah ada aturan sejak tahun 2016. Tahun 2017 Desember minimal itu sudah harus minimal 30% government bond di negara-negara lain bahkan lebih. Itu menunjukkan spiritnya mengelola dana pensiun atau manfaat pensiun tidak ada tuntutan berspekulasi menjaga nilainya tidak turun.
Jadi apa, nomor satu harus save, jadi investasi harus pada instrumen kredit rating bagus, itu sebabnya diwajibkan minimal 30% government bond risk free rate, dapatnya government bond, jadi kalau menjanjikan ini itu bisa melanggar filosofi.
Restrukturisasi kunci, key success factornya apakah Jiwasraya atau siapapun, jadi nanti kalau perusahaan itu diinject oleh pemerintah mempunyai investasi yang bagus, aset yang bagus, maka dipastikan bisa menjamin pembayaran liabilities yang jatuh tempo dan perusahaan menjadi perusahaan profitable. Jadi perusahaan dijauhkan dari spekulasi.
Posisi saat bapak masuk?
Ketika saya datang, saya belum efektif, bulan Juni itu sudah negatif, sudah rugi, sudah membukukan rugi Rp 4,9 triliun, sebelum efektif suruh masuk. Saya lihat sudah declining dari Desember, saving plan sudah negatif premi dari bulan Desember 2017.
Defisit sebelum masuk?
Iya, dan lebih ngeri lagi, ketika akhir September tinggal deposito Rp 725 miliar, gironya Rp 50 miliar, government bond ada Rp 3 triliun tapi yang free tinggal ratusan miliar. Utang klaimnya Oktober sudah hampir Rp 3 triliun saya lupa persisnya, 2018, sudah declining, dan itu belum ada cadangan gaji.
Jadi angka Rp 802 miliar yang selama ini diberitakan?
Itu waktu diumumkan memang kurangnya Rp 802 miliar, tapi saving plan itu punya sifat, setiap hari ada jatuh tempo, akumulasi, sampai hari ini jatuh tempo semua Rp 16,7 triliun itu.
Jadi bukan Rp 802 miliar?
Bukan, itu Rp 802 itu ketika saat diumumkan, sudah jatuh tempo. Kan sifatnya saving plan tiap hari ada yang jatuh tempo tapi akumulasi terus, seperti yang diberitakan sampai akhir tahun, berapa ya Rp 4,7 triliun.
Itu sebuah pilihan agar kita going concern, pilihannya kan begini uang segitu nggak ada apa-apanya dibanding tagihan sampai Oktober Rp 2,8 triliun, pilihannya berhenti di sini atau cari nafas, sambil mencari inisiatif-inisiatifnya
Barang-barang tidak laku dijual atau rugi tajam kalau dijual saya repokan, itu strategi yang tepat, karena kemudian market recover saya dapat balik utuh, kalau di cut loss hari itu rugi 50% belum tentu laku 50%. Begitu balik, balik uang saya utuh, tetap bernapas dapat dari yang dipakai bayar kemarin. Duit dari mana itu, dari gara-gara saya repo terhindar cut loss, Pas hari itu sudah balik, saya tarik balik saya lunasi saya dapat sisa Rp 400 miliar. Itu dari repo BRI sama BTN dapat Rp 400 miliar yang bayar kemarin.
Halaman selanjutnya>>>
Kondisi Jiwasraya terakhir?
Jadi progres solusinya skema-skemanya sudah makin mengerucut seperti kesepakatan Komisi VI, belum bisa kita sampaikan karena masih pembahasan. Kira-kira garis besarnya seperti Pak Tiko sampaikanlah, sudah Pak Wamen sendiri yang memberi statemen, pemegang saham.
Intinya begini, bahwa asetnya itu sekarang yang tersisa itu sudah kurang dari sepertiga liabilities itu kondisinya, faktanya seperti itu., Jadi aset tanpa menyebutkan jumlah persisnya, tinggal sepertiga dari total liabilities.
Dalam kondisi seperti itu, maka pilihannya adalah diselamatkan atau tidak diselamatkan. Kalau suruh selamat sendiri mungkin nggak? Sudah tidak mungkin mbok bisnis digenjot apapun, namanya aset yang menghasilkan uang cuma sepertiga dari yang minta makan. Saya pakai bahasa gampang aja, sudah tidak mungkin. Maka, kuncinya tinggal apakah mau diselamatkan atau tidak.
Nah sekarang mengupayakan penyelamatan dan pemegang saham yang dalam hal ini Kementerian Keuangan, bersama kuasa pemegang saham Kementerian BUMN, Jiwasraya juga melibatkan OJK, sedang berupaya untuk itu. Sumbernya dari mana, ada yang dari PMN, ada yang dari non PMN. Saya tidak mau mendahului dulu karena semua belum diputus, masih belum bisa dibicarakan.
Tapi solusi kepada nasabah, termasuk restructuring sangat tergantung dari berapa penyelamatan yang kita peroleh. Semakin besar dapatnya, semakin baguslah skenario penyelamatan. dari perspektif nasabah ya. Semakin kecil sacrificing-nya nasabah sharing the pain semakin terasa. Kita akan menyelamatkan polisnya, apa sih penyelamatan polis? Orang beli asuransi kan kontrak, nanti kalau sampai sekian, tidak semuanya dalam bentuk cash, memang yang memerlukan cash yang motifnya investasi itu yang dominan cash, tapi solusinya kombinasi antara cash dan non cash dan tentu bertahap, tapi saya belum bicara detil dulu.
Kita sedang filling produk yang akan menggantikan produk lama, yang disebut filling minta izin kepada otoritas atau OJK baik ritel, produk ritel maupun produk korporasi kita sudah filling kepada otoritas.
Soal pembubaran Jiwasraya?
Setelah kosong, ditransfer portofolionya. Jadi konsep good bank, bad bank, yang good bank yang bisa restructure, kan goodbank atau good portofolio lah good bank kadang-kadang diasumsikan bank, bukan. Itu diangkut yang baru maksudnya Pak Tiko. Yang tidak kan ditinggal, kalau ditinggal sudah nggak punya apa-apa. Maksudnya Pak Tiko likuidasi sudah kosong dengan ngasih harapan semua ikut direstrukturisasi.
Jadi kalau sudah kosong ya sudah tinggal cangkangnya doang, nggak ada apa-apa, sudah tidak memenuhi insurance company. Itu kalau skenario itu, skenario kemarin-kemarin. Sekali lagi polisnya diselamatkan lah.
Restrukturisasi akan seperti apa yang diterima nasabah?
Saya belum bisa bicara detil karena sangat tergantung skenarionya itu. Intinya restrukturisasi itu mengembalikan normality, yang disebut normality kalau ngasih janji return yang wajar, market berapa, industri berapa. Soal persis terutama restrukturisasi eks bancassurance itu saya belum bisa bilang karena sekali itu sangat tergantung dari berapa yang kita peroleh.
Pengembalian dana nasabah seperti apa?
Agak berkembang dari yang dulu dalam arti saya pikir yang kemarin kita temukan, sedikit lebih baik yang pertama kita susun. Tapi sekali lagi semua itu tergantung skenario mana yang belum diputuskan panja. Panja akan merekomendasikan ke fraksi, fraksi masuk lagi ke panja lagi, baru rekomendasi ke pemerintah. Kita belum tahu yang dipilih yang mana. Jujur aja yang kita sampaikan soft landing dan hard landing.
Pemerintah adalah pemegang saham, ini hadir sebagai pemegang saham, cuma semua harus paham bahwa pengelolaan keuangan negara ada prosedurnya mengeluarkan uang dari pemerintah.
Berapa lama dicicil, berapa besarannya?
Untuk menjawab itu apa yang harus diketahui, berapa uang yang tersedia, makanya saya bilang tadi makin gede uangnya makin gampang, makin cepet, makin kecil makin susah makin lama.
Ya ini kan sudah masuk ke domain pemegang saham nggak lagi perusahaan, berapa besarnya itu tergantung pemegang saham, pemegang saham punya constrain jumlah maupun waktu, karena perlu proses, mengeluarkan uang dari kantong negara nggak gampang, ada prosedur yang mesti dipatuhi, perlu infrastruktur hukum macam-macam.
Kemampuan Jiwasraya menghasilkan uang di luar campur tangan pemerintah?
Kita kan punya aset-aset yg dianggurkan selama ini, kita akan kerjasamakan dengan banyak pihak atau likuidasi dijual . Jujur saja komposisi aset propertinya itu cukup tinggi, tanah bangunan gedung itu banyak Jiwasraya. Itu kan turn over kan rendah, mungkin zaman dulu belum ada instrumen keuangan. Perusahaan zaman Belanda dan tanah-tanah diperoleh zaman dulu, warisan aja lah.
Cuma terlambat menurut saya Jiwasraya melikuidasi aset karena perbedaan sudut pandang, paradigma ketika saya masuk itu menganggap itu sakral, padahal itu barang dagangan. Jadi aset properti di Jiwasraya dipisah dua satu barang dagangan satu aktiva tetap. Dan asuransi beda dengan bank, kalau bank tidak boleh memperoleh penghasilan dari properti, kalau asuransi boleh dikerjasamakan dijual, itu boleh.
Makanya sejak saya, saya urus, saya bentuk tim, saya perkuat dokumentasi kepemilikannya, kontrak-kontraknya karena ada kontrak zaman nggak enak. Kemudian kita kurangi porsinya dengan cara menjual. Sayang kena COVID-19 menjadi nggak smooth. Tapi intinya rencana ke depan roadmap akan diputar menjadi aset lebih likuid. Sebagai financial institution itu tidak selayaknya mempunyai aset berupa properti, tanah dan bangunan dalam jumlah besar.
Nilai sekarang?
Masih di atas Rp 6 triliun, Rp 6,7 triliun tapi siapa mau beli, mau? Ada di Talaud, Sangihe Talaud, sana arah Filipina, Dulu kaya kantor lah punya Cilacap untuk apa, Jogja, Bandung, Surabaya, Medan, Makassar, Jember Denpasar gede-gede nggak orangnya, karena asuransi nggak butuh banyak orang di daerah apalagi centralise processing nggak ada orang,
Jadi restructuring ini solusi lebih baik daripada likuidasi, kenapa kalau likuidasi anda itu paripasu di mana asetnya itu kurang sepertiga liabilities dan bentuknya Rp 6,7 triliun sendiri adalah aset berupa tanah dan bangunan, yang tidak semuanya likuid ada yang tersebar di seluruh Indonesia, kapan kecepatan likuidasi.
Ko bisa ada aset di Talaud?
Dulu itu punya namanya kita, unit buka cabang.