Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat realisasi program bioenergi dalam bentuk campuran 40% biodiesel dari minyak sawit dan 60% solar (B40) hingga September 2025 mencapai 10,57 juta kiloliter (KL) dengan nilai tambah crude palm oil (CPO) sebesar Rp 14,7 triliun. Hal ini bersamaan dengan satu tahun pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mengatakan program ini telah menghemat devisa hingga Rp 93,43 triliun. Selain itu, mandatori ini juga mampu menyerap lebih dari 1,3 juta tenaga kerja serta menurunkan emisi karbon hingga 28 juta ton.
"Petani sawit menjadi pahlawan energi baru. Program transisi energi ini membuka lapangan kerja baru sambil menjaga kelestarian bumi. Dari kebun sawit rakyat hingga tangki kendaraan bermotor, rantai nilai biodiesel telah menjadi bukti Indonesia mampu menciptakan ekosistem energi yang mandiri, berkelanjutan, dan berkeadilan," katanya dalam keterangan tertulis, Rabu (22/10/2025).
Selain bioenergi, Bahlil mengatakan pemerintah juga mempercepat pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) dan menggencarkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Ia mengatakan, pemerintah sudah meresmikan puluhan pembangkit energi terbarukan yang mampu mempercepat proyek PLTS berkapasitas 100 gigawatt (GW).
Sepanjang 2025, proyek pembangkit listrik diresmikan dua kali oleh Presiden Prabowo Subianto. Pertama pada 20 Januari 2025, Prabowo dan Bahlil meresmikan 26 pembangkit listrik dengan total kapasitas 3,2 GW.
"Dari total kapasitas pembangkit tersebut, sebanyak 89% merupakan pembangkit berbasis EBT," katanya.
Kemudian pada 26 Juni 2025, 55 pembangkit listrik diresmikan, dengan rincian 8 PLT Panas Bumi dan sisanya adalah PLTS yang tersebar di 15 provinsi. Total kapasitas pembangkit yang diresmikan tersebut sebesar 379,7 megawatt (MW).
(ara/ara)