Kisah Ratu Prabu, Sowan ke Sandi Hingga Mau Bangun LRT Rp 405 T

Kisah Ratu Prabu, Sowan ke Sandi Hingga Mau Bangun LRT Rp 405 T

Ardan Adhi Chandra - detikFinance
Sabtu, 06 Jan 2018 11:23 WIB
Kisah Ratu Prabu, Sowan ke Sandi Hingga Mau Bangun LRT Rp 405 T
Foto: Kiagoos Auliansyah
Jakarta - Presiden Direktur PT Ratu Prabu Energi Tbk (ARTI) B. Bur Maras menyambangi Balai Kota DKI Jakarta, Kamis (4/1/2018), dan bertemu Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno. Dalam kesempatan itu, ia menyampaikan rencananya membangun LRT dengan panjang lebih dari 400 kilometer (km) yang terbagi ke tiga fase.

Bur Maras menjelaskan, kebutuhan investasi untuk pembangunan LRT sepanjang 400 km sekitar Rp 405 triliun.

"Keseluruhan 400 km lebih, karena Jakarta besar dan masih diperlukan lagi. Rp 405 triliun untuk 400 km lebih," ujarnya saat berbincang dengan detikFinance di kantornya Gedung Ratu Prabu 1, Jakarta Selatan, Jumat (5/1/2018).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Adapun pembangunan LRT sepanjang 400 km terbagi ke dalam 3 fase. Fase pertama terdiri dari 9 jalur (line) mulai dari line A-I. Fase kedua terdiri dari line J-M dan fase ketiga terdiri dari line N-Q.

"Fase pertama secara teknisnya 9 line, semua dipasang serentak kita pasang," katanya.


[Gambas:Video 20detik]


Dalam pertemuan bersama Sandiaga, Kamis (4/1/2018), Bur Maras menuturkan Pemprov DKI Jakarta merestui pembangunan LRT ini. Bahkan Sandi meminta proyek ini bisa dimulai secepatnya.


"Pak Sandi anjurkan secepat mungkin mulai, karena enggak perlu dana pemerintah," tuturnya.

Ingin tahu alasan di balik Ratu Prabu mau bangun LRT Rp 405 triliun hingga rute lengkapnya, baca selengkapnya di sini:
Presiden Direktur PT Ratu Prabu Energi Tbk, B Bur Maras, mengungkapkan alasan dibalik ide membangun LRT. Sekitar 10 tahun lalu, Bur Maras membutuhkan waktu 3 jam untuk pergi dan pulang kantor dari Pondok Indah ke Sudirman.

"Dulu pergi kerja 1,5 jam, 1,5 jam pulang. 10 tahun lalu rumah Pondok Indah. Waktu ini banyak betul hilang," ujar Bur Maras kepada detikFinance, Jumat (5/1/2018).

Melihat dari negara maju lainnya, transportasi massal juga menjadi tumpuan masyarakat untuk melakukan mobilitas.

Bur Maras menambahkan, rencana ini sudah diperhitungkan sejak 5 tahun lalu. Bahkan ia juga sudah membayar konsultan asal Amerika Serikat (AS) Bechtel Corporation untuk melakukan studi pembangunan LRT sepanjang 400 km tersebut.

Tak ketinggalan, ia juga menggunakan jasa konsultan ternama dari Eropa dan juga Australia.

"Semua US$ 10 juta untuk kajian," tuturnya.

Ratu Prabu Energi yang merupakan perusahaan migas melirik investasi di sektor transportasi juga disebabkan industri hulu migas yang tengah lesu. Ia menyebut kebijakan terkait investasi hulu migas saat ini kurang bersahabat.

"Karena minyak mati kalau di Indonesia itu, mati total. Masih kurang menarik, orang bisa ke negara lain," katanya.

PT Ratu Prabu Energi Tbk (ARTI) sudah mengeluarkan dana sebesar US$ 10 juta atau setara Rp 135 miliar (kurs: Rp 13.500/US$ dolar) untuk melakukan studi terkait pembangunan LRT sepanjang 400 kilometer (km). Dana itu dikeluarkan dari kantong pribadi Presiden Direktur PT Ratu Prabu Energi Tbk (ARTI) B. Bur Maras.

"Semua US$ 10 juta untuk kajian," kata Bur Maras kepada detikFinance, Jumat (5/1/2017).

Dana sebesar US$ 10 juta, katanya, digelontorkan untuk studi yang dilakukan oleh konsultan asal Eropa, Australia, dan Amerika Serikat (AS). Ia pun menunjukkan tiga tumpukan buku hasil kajian tersebut.

"Jadi saya undang konsultan terhebat Eropa, saya undang konsultan terhebat Australia, saya undang konsultan terhebat Amerika Serikat (AS). Perusahaan Amerika namanya Bechtel Corporation umurnya 120 tahun lebih," ujarnya.

Bur Maras menambahkan, studi terkait pembangunan LRT sepanjang 400 km sudah dilakukan dengan matang dan sangat detail. Bahkan, dengan adanya studi tersebut bisa membuat rencana pembangunan LRT ini kredibel dan mendapatkan pendanaan dari bank.

"Seluruhnya dihitung Bechtel. Kalau hitung itu bukan hitung berapa angin terkencang, gempa berapa kali setahun, diukur secara teknis, sesudah itu dihitung kelayakan keuangan," katanya.

Pihak bank dari Jepang, Korea Selatan, dan China sudah tertarik memberikan pendanaan untuk pembangunan LRT sepanjang 400 kilometer (km). Kebutuhan investasi untuk pembangunan LRT tersebut diperkirakan mencapai Rp 405 triliun.

"Nah, sudah terjadi saya bicara dengan Jepang, saya bicara dengan Korea (Selatan), saya bicara dengan China. Tiga-tiganya berebut mau danai, bagus ini karena menguntungkan jadi berebut," kata Presiden Direktur PT Ratu Prabu Energi Tbk (ARTI) B. Bur Maras saat berbincang dengan detikFinance.

Ia menambahkan, kebutuhan pendanaan untuk pembangunan LRT tersebut juga seluruhnya didapatkan dari pinjaman ketiga bank tersebut. Sehingga tidak membebani keuangan perusahaan.

"Kita offer sama dia oke kalau mau ambil mana. Semua dari pinjaman," ujarnya.

Rencana pembangunan LRT tersebut dimulai 2019. Saat ini, PT Ratu Prabu Energi Tbk fokus menyelesaikan administrasi terkait pendanaan dari perbankan yang diakuinya tertarik mendanai pembangunan LRT.

"Tahun ini surat menyurat bank-bank, setahun setengah (kemudian) baru mulai konstruksi di 2019 kalau cepat. Kita usahakan setahun selesai administrasinya," terang Presiden Direktur PT Ratu Prabu Energi Tbk, B Bur Maras kepada detikFinance, Jumat (5/1/2018).

Ia menambahkan, pembangunan dilakukan bertahap yang terbagi ke dalam tiga fase. Kemungkinan fase I dilakukan pembangunan terlebih dahulu pada jalur yang lebih siap.

"Itu kan total tiga fase," ujarnya.

Bur Maras mengungkapkan, konsep LRT yang diajukannya serupa dengan LRT Jabodebek yang saat ini tengah dilakukan pembangunan.

"Sama (seperti LRT Jabodebek). Nanti dia bisa loncat ke sana (LRT Jabodebek) bisa dekat ke sini," tuturnya.

Pembangunan LRT sepanjang 400 km terbagi ke dalam 3 fase. Fase pertama terdiri dari 9 jalur (line) mulai dari line A-I. Fase kedua terdiri dari line J-M dan fase ketiga terdiri dari line N-Q.

Proyek LRT sepanjang 400 km terbagi ke dalam tiga fase. Fase pertama terdiri dari 9 jalur (line) mulai dari line A-I. Fase kedua terdiri dari line J-M dan fase ketiga terdiri dari line N-Q.

"Fase 1 sampai 3, 17 line," terang Presiden Direktur PT Ratu Prabu Energi Tbk, B Bur Maras, kepada detikFinance, Jumat (5/1/2018).

Bur Maras menunjukkan rencana pembangunan LRT di ketiga fase tersebut. Di fase pertama yang terdiri dari 9 jalur (line) A-I membentang di segala penjuru Jakarta.

Line A membentang dari Karawaci sampai Jalan Sultan Agung, line B dari Jalan Raya Serpong sampai Bandara Soekarno Hatta, line C dari Bendungan Hilir sampai Kampung Bandan, line D dari Bandara Soekarno Hatta sampai Cawang, dan line E dari Jalan Joglo Raya sampai Gelanggang Olahraga.

Kemudian, berlanjut di line F dari Cikunir sampai Selamat Sempurna (Pluit), line G dari Antasari sampai Depok, dan Line I dari Dufan menuju Bintara.

Kemudian di fase kedua terdapat 4 jalur, line J dari nasional 1 (Kapuk Muara) sampai Bintara Permai, line K dari Tentara Pelajar sampai Kemang Raya, line L dan M direncanakan menuju Pulau Reklamasi.

Terakhir fase ketiga, dimulai dari line N Jalan Otto Iskandar Dinata menuju Depok, line O dari Jalan Nasional 2 sampai Jalan Pajajaran Bogor, line P dari Jalan R.E Martadinata di Jakarta Utara sampai Cikunir, dan line Q direncanakan dari Depok menuju Jalan Raya Bogor.

Hide Ads