Setelah resign dari BUMN, Linda Yuli Yani (31), ibu dua anak ini memilih untuk mulai berdagang. Dia keluar dari BUMN pada 2015 dan memberanikan diri untuk berjualan aksesoris.
Awalnya, Linda memulai bisnis dari hobi yang ia sukai yaitu membuat pernak-pernik hingga menjadi aksesoris seperti kalung, gelang, tas macrame, hingga strap masker dan connector masker. Dia sempat tak menyangka, usaha yang dibangun hanya dengan modal Rp 400 ribu ini bisa berkembang hingga sampai sekarang.
"Kalau untuk cerita awalnya gimana bisa bangun bisnis ini awalnya dari hobi. Awalnya nggak niat buat dijadikan bisnis yang menjanjikan, tapi karena seiring berjalannya waktu akhirnya diseriusin, didukung juga sama keluarga dan suami jadi alhamdulillah bisa sampai sekarang," kata Linda saat berbincang dengan detikcom, Kamis (9/9/2021).
Selama ini, Linda hanya menggunakan Instagram sebagai media promosinya. Dengan bekal pengalaman di pekerjaan sebelumnya, dia mengaku cukup terbantu untuk persoalan marketing dan pelayanan kepada pembeli.
Usaha yang diberi nama Elye Craft tersebut sudah berjalan hingga 6 tahun menuju tahun ke-7. Meski begitu, di awal, dia sempat berhenti membuat kerajinan karena memiliki momongan dan seluruh waktunya difokuskan untuk mengurus anak.
Hingga akhirnya, Linda berinisiatif untuk meneruskan bisnisnya dengan menambah produk dagangan dengan menjadi pemasok alat-alat pembuat kerajinan tangan.
"Setelah itu saya coba inisiatif buat supply bahan-bahannya, karena kalo untuk bahan-bahannya itu kan nggak perlu ada proses pembuatan hanya cuman ngejual bahan mentahnya aja, nah dari situ mulai saya jualin perintilan bahan-bahan craft-nya," paparnya.
Sampai saat ini, bisnis kerajinan aksesoris Linda telah berkembang dan menambah tiga cabang kerajinan yaitu satu cabang bisnis menjual bahan-bahannya, menjual hasil karya berupa strap masker dan lain-lain, serta satu lagi menjual hasil karya tas macrame (tali temali). Tak hanya itu, Linda juga telah mempekerjakan 11 karyawan di bisnisnya tersebut.
Omzet yang didapat dari modal awal Rp 400 ribu pun mulai berkembang, dari Rp 3 juta per bulan di tahun pertama menjadi Rp 500 juta per bulan saat ini.
Berlanjut ke halaman berikutnya.
(ara/ara)